Begini Ijab Kabul Adat Tiongkok Kuno

  • 9 tahun yang lalu
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Adat dan prosesi ijab kabul pengantin Tiongkok masih kental bagi sebagian warga keturunan yang tinggal di Surabaya.

Seperti adat pengantin Jawa ritual liturgi pernikahan secara Taoisme ini juga melalui tahap-tahap yang harus dilalui secara berurutan.

Bertempat di klenteng Hian Thian Siong Tee, Yayasan Sahabat Sinoman Indonesia (YSSI) Jalan Kalisari, prosesi liturgi pernikahan Tao ini diawali dengan penjemputan kedua mempelai pasangan Siddi Arya Karuna (22) dan Octavia Chandra Setiawati (20).

Dua naga barongsai menjemput pasangan yang hendak berikrar janji ini tepat di depan pintu masuk klenteng.

Selanjutnya pasangan berbahagia ini di arak masuk ke dalam klenteng.

Namun sebelum masuk ke ruang utama, mereka harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus klenteng.

"Istilahnya harus permisi sebelum masuk ke ruang utama dengan sembayang dulu," ujar Stanley Prayogo, selaku Wu Maofu Daozhang atau Pendeta Tao di YSSI.

Jadi calon pengantin lebih dulu sembah sujud kepada yang kuasa, dan minta izin kepada pemilik atau penguus klenteng.

Usai sembayang, 10 orang Daozhang atau pendeta Tao dengan berpakaian kebesaran berwarna merah khas Tiongkok membawa pasangan berbahagia ini memasuki ruang utama untuk melakukan penghormatan kepada para dewa.

Para pendeta Tao ini terus mengiringi hingga calon pengantin ini mengucapkan janji keduanya di depan altar dan dewa jodoh.

Ritual lainnya yang dilakukan di depan altar ini antara lain, penancapan bunga emas kepada mempelai laki-laki dan penancapan tusuk konde kepada mempelai wanita.

Semuanya dilakukan berurutan hingga acara suao menyuap kedua mempelai dan diakhiri pelepasan dua ekor burung merpati dan balon gas di halaman klenteng.

Stanley mengatakan, upacara dan pembacaan liturgi pernikahan secara Taoisme ini sudah banyak ditinggalkan.

"Padahal tradisi ini adalah asli dari Tiongkok, saat itu paling marak adalah pada jaman dinasti Han," ujarnya.

Namun pihaknya tetap bersyukur di era zaman seperti ini masih ada warga keturunan yang masih mau melestarikan budaya asli Tiongkok ini.

Kemungkinan mereka enggan melakukan ritual ini karena pengantin inginnya yang ringkas, selain itu juga banyak yang belum mengerti tentang upacara tradisi ini.

Di klenteng YSSI misalnya selama tahun 2015 hanya ada satu pengantin yang melakukan pemberkatan dan prosesi pernikahan dengan adat tradisi tiongkok. Sebelumnya tahun 2014 juga asa satu pengantin.

"Banyak yang tidak mengerti padahal banyak makna di dalamnya," lanjutnya.

Ia mencontohkan penancapan kembang emas kepada pengantin pria, dimaksudkan sebagai yang bersangkutan sudah dewasa.

Sementara penancapan tusuk konde kepada pengantin wanita bermaksud si istri harus mengikuti suami.

Demikian dengan ritual suap menyuap pengantin pria dan wanita berupa telor dan misua.

Telor dimaksudkan agar cepat diberikan keturunan sedang misua lambang agar diberikan panjang umur.

Selain itu ada pula ronde yang bentuknya bulat, melambangkan sebagai bentuk kebersamaan.

Dan diakhiri dengan minum teh manis sebagai lambang dan harapan yang datang adalah yang manis-manis atau yang baik-baik.

Untuk pembacaan liturgi dilakukan dengan bahasa Indonesia, sementara yang berupa doa dan mantra tetap di ucapkan dengan bahasa mandarin.

Sementara itu pasangan pengantin sepakat jika pemberkatan dan ritual ijab kabul ini dilakukan di klenteng agar momen penting ini disaksikan oleh para dewa dan leluhurnya.

"Kami ingin apa yang dilakukan ini adalah cara terbaik sekaligus untuk melestarikan budaya leluhur," ujar Siddi yang terlihat sangat sumringah usai menjalani pemberkatan. (*)

Dianjurkan