Penderitaan etnis Rohingya di Myanmar tidak berkesudahan. Rumah-rumah mereka dibakar oleh tentara Myanmar dan kelompok Buddha garis keras. Tragedi kemanusiaan yang menimpa warga Rohingya di Rakhine State, berupa pembakaran rumah-rumah, pembunuhan dan penyiksaan, mengakibatkan ribuan warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh. Tak cuma itu, sejumlah perempuan Rohingya dihantui horor pemerkosaan yang diduga dilakukan oleh tentara Myanmar.
Shamila, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu korban pemerkosaan oleh tentara Myanmar. Di kamp pengungsian Reda, Bangladesh, ia menceritakan bagaimana orang beseragam tentara Myanmar mendatangi rumahnya dan memerkosanya. Shamila diperkosa di depan anak-anaknya sementara suami Shamila keluar saat serangan terjadi dan tak pernah bertemu lagi.
Kisah memilukan juga dialami perempuan Rohingya bernama Ayesha, bukan nama sebenarnya, yang datang ke klinik di Leda seminggu setelah tiba di Bangladesh dari Rakhine. Kepada AFP, perempuan 20 tahun itu menceritakan lima pria dengan seragam militer masuk ke rumahnya dan satu orang memperkosanya. Suaminya sudah meninggalkan desa setelah tersebar desas-desus bahwa orang Rohingya akan ditangkap.
Ayesha belum pernah melihat suaminya sejak itu, tapi dia telah mengetahui bahwa dia berhasil sampai di Bangladesh dan berharap bisa bertemu kembali.
Kisah semacam ini berkali-kali terdengar dari mulut para pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan. Dokter di klinik-klinik milik Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, di kamp pengungsian Leda, mengatakan bahwa dokter merawat ratusan perempuan yang menurut mereka mengalami luka akibat kekerasan seksual.
Shamila, bukan nama sebenarnya, adalah salah satu korban pemerkosaan oleh tentara Myanmar. Di kamp pengungsian Reda, Bangladesh, ia menceritakan bagaimana orang beseragam tentara Myanmar mendatangi rumahnya dan memerkosanya. Shamila diperkosa di depan anak-anaknya sementara suami Shamila keluar saat serangan terjadi dan tak pernah bertemu lagi.
Kisah memilukan juga dialami perempuan Rohingya bernama Ayesha, bukan nama sebenarnya, yang datang ke klinik di Leda seminggu setelah tiba di Bangladesh dari Rakhine. Kepada AFP, perempuan 20 tahun itu menceritakan lima pria dengan seragam militer masuk ke rumahnya dan satu orang memperkosanya. Suaminya sudah meninggalkan desa setelah tersebar desas-desus bahwa orang Rohingya akan ditangkap.
Ayesha belum pernah melihat suaminya sejak itu, tapi dia telah mengetahui bahwa dia berhasil sampai di Bangladesh dan berharap bisa bertemu kembali.
Kisah semacam ini berkali-kali terdengar dari mulut para pengungsi Rohingya di kamp-kamp penampungan. Dokter di klinik-klinik milik Organisasi Internasional untuk Migrasi, IOM, di kamp pengungsian Leda, mengatakan bahwa dokter merawat ratusan perempuan yang menurut mereka mengalami luka akibat kekerasan seksual.
Category
🗞
News