Bertani Pepaya di Atas Lahan Tidak Produktif Jembrana

  • 2 tahun yang lalu
Sebagai seorang petani harus ulet dan pandai mengolah lahan yang kurang produktif sehingga menghasilkan lahan yang bernilai ekonomis. Selain itu sebagai petani jangan mudah putus asa, tapi pandai mencari celah peluang dengan semangat.

Hal ini disampaikan petani modern Komang Endro asal Tegalabadeng Barat, Jembrana, belum lama ini. Ia mengungkapkan kisahnya yang berani menanam pepaya di atas lahan yang disewa seluas 80 are. Ia mempertimbangkan jenis pepaya unggulan untuk ditanam karena selain minim perawatan, hasil panennya juga mudah dijual.

"Awalnya tanah yang disewa hanya ditanam beberapa pohon jati yang tentu butuh proses waktu lama untuk panen. Lalu lahan itu dibeli dan ditebang habis, menjadi lahan yang lebih ekonomis dengan cara menanam pohon pepaya jenis pepaya unggulan," tuturnya.

Modal awal yang digunakan untuk menyewa lahan Rp10 juta per hektar per tahun. Sementara untuk harga bibit pepaya Rp3.000 per bibit pohon.. Hingga kini ada 1.200 pohon pepaya yang ditanam. Ia menggunakan sistem pengairan tadah hujan yang minim perawatan namun hasilnya maksimal.

"Sistem pengairan dengan sumur bor bagus diterapkan di lahan yang memang secara struktur tanah bisa bagus untuk ditanam segala jenis tanaman penghasil buah," tegasnya.

Komang berharap bagi para petani baik itu tanaman buah dan palawija harus bangkit serta berpikiran maju.

"Manfaatkan lahan yang kosong, hingga bisa menghasilkan seperti halnya tanaman pepaya ini. Intinya dengan semangat dan kerja keras tentu hal apapun sangat mudah dijalani," tuturnya.

Sementara petani pepaya dan pisang cavendis Komang Suartika, SH juga mengatakan petani sebenarnya berharap untuk memanfaatkan lahan-lahan yang kurang produktif, menjadi lebih produktif. Hal ini bisa dilihat secara garis besar karena masyarakat di Kabupaten Jembrana terutama secara agro wisatanya baik di tanaman pangan dan holtikultura.

"Masyarakat bisa melakukan inovasi, hingga bisa menghasilkan lahan untuk tanaman jenis buah dan palawija. Yang terutama pada buah, yang konsumen pada saat ini kebutuhan sangat tinggi. Selain sebagai petani dan juga sebagai supplyer karena permintaan buah segar sangatlah tinggi," paparnya.

Selain pepaya, pisang cavendis, buah alpukat dan juga nanas memiliki potensi pasar lokal maupun komoditi pasar luar negeri. Dengan ini para petani di kabupaten Jembrana bisa meraih peluang di lahan non produktif hingga bisa menghasilkan nilai ekonomis.

"Hal sudah kami rasakan sebagai petani buah yang justru peluang bisnis yang sangat menguntungkan. Ketika badai Covid-19 melanda di tahun 2019, justru sebagai seorang petani hal ini tidak terdampak hingga saat ini. Justru bisa memperdayakan bagi anak-anak muda yang terdampak pekerjaan karena pendemi. Bisa bekerja dengan mengajak mereka belajar. Sehingga bisa mengembangkan usaha dan ikut serta untuk peduli kondisi di lingkungan sendiri," ungkapnya.

Dianjurkan