Akankah MRT Jakarta Bernasib Sama dengan Kereta Bandara?

  • 2 years ago
VIDEO.TEMPO.CO - Moda Raya Terpadu (MRT) resmi beroperasi untuk publik pada Senin, 25 Maret 2019. Namun, di hari pertama operasionalnya, MRT Jakarta terpantau sepi peminat. Berbeda ketika uji coba publik pekan lalu yang ramai dengan antrian yang panjang.

Dari enam gerbong yang beroperasi dengan rute Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun Bundaran HI, tidak semua kursi terisi penumpang. Padahal MRT ini diharapkan bisa menjadi moda transportasi pilihan warga ibukota agar bisa mengurai kemacetan.
Pembangunan MRT di Indonesia menghabiskan biaya pembangunan US$ 98 juta per kilometernya, termahal jika dibandingkan dengan negara Singapura yang menghabiskan US$ 37,3 juta per kilometer dan Santiago menghabiskan US$ 71,8 juta dolar per kilometer.

Lihat perbandingan pembangunan MRT di Indonesia dengan beberapa negara di dunia berikut ini:
1. MRT Indonesia memakan biaya US$98 juta per kilometernya.
2. Singapore Mass Rapid Transit menghabiskan US$ 37,3 juta per kilometer.
3. Seoul Metropolitan Rapid Transit menghabiskan US$ 45,2 juta per kilometer.
4. Kolkata Metro menghabiskan biaya pembangunan US$ 41 juta dolar per kilometer.
5. Mexico Line B menghabiskan US$ 40,9 juta dolar.
6. Caracas Metro Line 3 menghabiskan biaya pembangunan US$ 98,4 juta dolar.
Sepinya peminat MRT ini memunculkan kekhawatiran akan memiliki nasib sama dengan LRT Palembang. Diketahui LRT Palembang sempat menjadi perbincangan karena tidak banyak digunakan oleh masyarakat.

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, tetap optimistis jika MRT Jakarta akan berbeda dengan LRT Palembang.
Menurutnya, Jakarta memiliki jumlah populasi 10 kali lipat lebih banyak dari Palembang. Kemacetan parah di Jakarta juga akan mendorong warga DKI untuk menggunakan MRT. Terlebih jika tarifnya tidak terlalu mahal.

Tarif resmi rata-rata MRT Jakarta sebesar Rp 8.500 dan mulai berlaku 1 April 2019 mendatang. Sekarang, masyarakat masih bisa menaiki MRT secara gratis dengan mendaftar terlebih dahulu lewat situs ayocobamrtj.com.

Banyak pihak khawatir nasib MRT Jakarta ini juga bisa seperti kereta bandara. Sudah setahun beroperasi kereta Bandara Soekarno Hatta (Soetta) masih minim penumpang. Padahal layanan yang diberikan banyak kemajuan. Seperti pembelian tiket di stasiun yang lancar, ketepatan waktu kedatangan kereta, fasilitas WiFi gratis di area stasiun, tersedia ruang tunggu yang nyaman, toilet yang bersih, mushala, ruang laktasi, dan fasilitas penunjang lainnya.

Waktu tempuh kereta bandara ini sekitar 46 menit, tidak jauh berbeda jika menggunakan bus Damri sekitar 40-60 menit. Namun harga tiket kereta bandara lebih mahal Rp 30.000 dibanding harga tiket Damri. Penumpang juga harus transit menggunakan kereta layang untuk sampai ke terminal tujuan.

Menurut catatan PT Railink, okupansi kereta bandara Soetta di hari biasa sekitar 2.700-3.000 penumpang, hari Jumat 4.700-5.000 penumpang, dan 2.000-2.500 penumpang di akhir pekan. Angka ini masih jauh dari harapan.

Nampaknya kereta commuter line (KRL) masih menjadi transportasi primadona bagi masyarakat. Padatnya jumlah penumpang KRL membuat pemerintah berencana menambah jumlah gerbong dari 10 gerbong menjadi 12 gerbong. Diharapkan bisa mengangkut 2 juta penumpang per harinya, Agar lebih efisein, jarak waktu antar kereta juga akan dipangkas dari 5 menit jadi 3 menit.


Subscribe: https://www.youtube.com/c/tempovideochannel

Official Website: http://www.tempo.co
Official Video Channel on Website: http://video.tempo.co
Facebook: https://www.facebook.com/TempoMedia
Instagram:https://www.instagram.com/tempodotco/
Twitter: https://twitter.com/tempodotco
Google Plus: https://plus.google.com/+TempoVideoChannel

Recommended