Tradisi Mekrama, Melestarikan Tungku Dari Desa Airkuning Jembrana

  • 2 tahun yang lalu
Mekrama adalah tradisi turun temurun di Desa Airkuning. Tradisi yang berupa gotong-royong ini cukup terkenal dilakukan saat ada kegiatan baik itu acara perkawinan, khitanan dan acara keagamaan. Semua kaum hawa kerja bakti dari pasang terob hingga membuat dapur tungku.

Hal ini telah dilakukan sejak lama, dan jadi sebuah kegiatan yang tetap dilestarikan.

Sarmi (75) tahun tokoh yang dituakan di Banjar Anyar Desa Airkuning menuturkan, tradisi Mekrama dalam bahasa Bali yang berarti gotong royong. Salah satu kegiatan utamanya membuat dapur tungku. Bahan dasarnya adalah tanah yang terdiri lapisan genteng bekas, batang pisang ditaruh di tengah bahan olahan tanah agar tidak terlalu panas saat tungku dibakar oleh kayu bakar. Tradisi mungkin jarang dipakai oleh masyarakat di jaman sekarang ini.

"Mekrama selain merupakan rasa erat kekeluargaan yang hingga saat ini terpupuk sangat kental. Terutama membuat tungku yang melestarikan nilai-nilai tradisional. Takkan luntur bila ini terus di pupuk budaya, adat, dan juga kearifan lokal agar tidak luntur oleh jaman. Tungku yang bagus adalah saat digunakan api tidak panas disekitarnya. Pengerjaan tungku atau dapur ini hanya butuh waktu 2-3 jam dikerjakan bersama-sama," tuturnya.

Ia juga memaparkan, tungku atau yang masyarakat di Banjar Anyar menyebut dengan dapur ini jika siap digunakan maka melakukan ritual aci-aci (sesantun) berupa sirih, tembakau, rokok klintingan, nasi kuning, nasi hitam, nasi putih, nasi merah, dan nasi hijau. Hal-hal Ini dalam bentuk tumpeng. Ritual ini dilakukan agar tidak ada gangguan dalam pelaksanaan nantinya. Pada tungku ini ada lima lubang maka memasak lebih mudah dan cepat.

"Tradisi buat tungku atau dapur ini adalah rasa jiwa gotong royong yang jangan sampai punah. Terutama di desa dengan bermacam peradaban dan budaya yang dari luar. Bahkan masyarakat terutama di desa masih tetap memperdayakan kegiatan apapun melalui gotong royong. Sekecil apapun bila dikerjakan secara bersama, tentu akan lebih mudah dan cepat selesai. Harapan juga para generasi muda, selalu menjaga kelestarian budaya, adat dan juga tradisi di masing-masing desanya. Jangan hanya budaya yang justru merusak norma agama, adat, dan etika luhur bangsa ini," pungkasnya. (Jbr)

Dianjurkan