Nyesel Sama Penemuannya, Kisah Oppenheimer si Pencipta Bom Nuklir

  • tahun lalu
6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom uranium yang diberi nama "Little Boy" di Hiroshima. Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman meminta Jepang menyrah 16 jam kemudian dan mengancam akan adanya hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi. Namun, saat itu Jepang masih belum menyerah dan tetap berjuang hingga pada 9 Agustus 1945 Amerika Serikat kembali menjatuhkan bom plutonium bernama "Fat Man" di Nagasaki. Bom tersebut berhasil membuat jepang menyerah tanpa syarat.

Kali ini kita tidak akan membahas tentang perang dunia ke II secara keseluruhan, tetapi kita akan membahas sosok di balik layar yang melibatkan seorang tokoh terkenal Oppenheimer si pencpita bom atom.

Mengutip dari berbagai sumber, Julius Oppenheimer lahir di New York, Amerika Serikat pada 22 April 1904. Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai ahli fisika AS sekaligus penemu bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II.

Bom atom pertamanya diuji coba pada Juli 1945 di New Mexico yang dikenal dengan Trinity Test.

Tapi, selanjutnya yang terjadi adalah penyesalan. Pasca temuannya meluluhlantakkan Jepang, Oppenheimer, sang fisikawan, bahkan mendeskripsikan diri sebagai "penghancur dunia".

Oppenheimer lahir di keluarga berada. Ayahnya adalah importir tekstil dan ibunya seorang pelukis. Ia memiliki saudara laki-laki yang juga seorang ahli fisika, Frank Oppenheimer.

Di tahun terakhir sekolahnnya, ia tertarik mendalami ilmu kimia. Pada usia 18 tahun, ia masuk Universitas Harvard dengan studi mayor Kimia. Di universitas ini, mata kuliah tentang termodinamika menarik perhatiannya. Ia akhirnya mendalami fisika eksperimental. Oppenheimer pun diterima di Universitas Cambridge pada tahun 1924.

Dia semakin terbenam ke dalam ilmu fisika hingga teman-temannya menyebut Oppenheimer sebagai seseorang yang memiliki kecenderungan untuk merusak diri sendiri. Waktunya ia habiskan untuk merokok, disambi melakukan kerja dan pemikiran-pemikiran fisika, tanpa makan dan tidur.

Ia kemudian pindah ke Universitas Gottingen, yang merupakan pusat fisika teori termasyhur di dunia, dibawah bimbingan Max Born. Ia bertemu teman diskusi sesama fisikawan, antara lain Werner Heisenberg, Pascual Jordan, Wolfgang Pauli, Paul Dirac, Enrico Fermi, dan Edward Teller.

Oppenheimer kemudian tergabung dalam Manhattan Project yang mengembangkan proyek bom atom di AS. Ia menjadi salah satu ilmuwan yang berpengaruh dalam terciptanya bom atom bertenaga hebat.

Tim Manhattan Project melakukan riset bom atomnya di Laboratorium Los Alamos yang sebenarnya berfungsi sebagai laboratorium militer. Bom atom para ilmuwan tersebut diuji coba di New Mexico yang dikenal dengan nama Trinity Test.

Ketika bom atom akhirnya dijatuhkan di Negeri Sakura dan ratusan ribu nyawa melayang, Oppenheimer menyesali temuannya.

Dia menyarankan supaya benda tersebut digunakan untuk tujuan perdamaian.
Keputusannya membuat pemerintah mempertanyakan loyalitas Oppenheimer.

Dianjurkan