Ganjar Pranowo Cerita Risiko Jadi Pemimpin: Di-bully hingga Dimarahi Rakyat

  • last year

Bakal calon Presiden 2024 dari Partai Perindo, Ganjar Pranowo berbagi cerita menjadi saat menjadi seorang pemimpin harus terbiasa di-bully hingga dimarahi rakyat. Ia juga menyebutkan, untuk menjadi pemimpin juga tidak boleh ragu dalam mengambil sebuah keputusan.

 

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara di Talkshow: Hari Menjadi Manusia, di Kuningan City Ballroom, Jakarta Selatan, Sabtu (29/7/2023).

 

Ganjar menjelaskan, selama dirinya menjadi Gubernur Jawa Tengah dirinya harus selalu mendengarkan keluh kesah warganya. Sesekali bahkan ia sampai dimarahi jika ada suatu hal yang menurut warganya tidak benar. 

 

Lebih lanjut, ia juga mencontohkan beberapa permasalahan keputusan yang diambilnya membuat sejumlah pihak tidak terima.

 

Reporter: Riyan Rizki Roshali

Produser: Reza Ramadhan

Category

🗞
News
Transcript
00:00 pemerintah dan sebagainya, enggak juga.
00:02 Enggak juga bisa menyelesaikan.
00:04 Begitu saya jadi gubernur, saya tentukan.
00:06 Saya tentukanlah satu persatu.
00:09 Yang miskin sekolah gratis di sini,
00:12 kamu free semuanya, saya jamin.
00:14 Guru-guru agama yang banyak sekali itu
00:18 ternyata enggak pernah punya perhatian pemerintah,
00:20 saya kasih.
00:22 Simple kan.
00:23 Mereka yang startup mau bikin usaha dan sebagainya kesulitan,
00:26 mari saya buatkan semacam hub,
00:32 bisnis hub kecil untuk mereka bisa berbicara.
00:35 Mulai dari production,
00:37 kemudian dia mau bicara soal akses permodalan,
00:40 sampai pendampingan.
00:42 Itulah yang kemudian,
00:44 pilihan-pilihan yang kita lakukan pada saat itu.
00:46 Berarti memang ingin membuat sebuah keubahan pada saat itu ya?
00:49 Iya.
00:51 Dan ketika pada akhirnya Bapak harusnya menjadi seorang pemimpin,
00:55 saya boleh tahu gak sih Pak,
00:57 resiko sebagai seorang pemimpin yang mungkin orang gak banyak tahu gitu Pak,
01:01 yang mungkin berapa rasa Pak?
01:03 Yang pertama kita harus terbiasa untuk dibully.
01:06 Pencitraan tadi Mas Adi juga bilang, pencitraan.
01:12 Keputusannya tidak menyenangkan semua orang.
01:14 Dan semua orang yang percaya,
01:16 namanya pemimpin itu gak boleh ragu.
01:19 Kalau sudah dianalisis, semua didengarkan,
01:22 ada keputusannya, silahkan diambil.
01:25 Biasanya ini mereka ragu, gak berani.
01:28 Karena kemungkinan akan mendapatkan arus pertangan.
01:31 Buat saya biasa,
01:34 kalau jadi pemimpin, jangan ragu-ragu.
01:37 Pasti tidak bisa menyenangkan semua orang.
01:40 Kalau kamu yang menyenangkan semua orang,
01:42 jual es krim, semang-semang pasti.
01:45 Jadi pemimpin itu mendengarkan,
01:50 terus kemudian menganalisis,
01:52 pada titik tertentu ada problem,
01:54 mesti dibutuhkan, dengan segala risikonya.
01:56 Itu kita lakukan.
01:58 Sebenarnya, risiko berikutnya adalah
02:01 kalau kita mitigasi, nanti akan tidak senang,
02:03 amuk-amuk, marah-marah.
02:05 Banyak kok.
02:07 Saya jadi gubernur pertama,
02:09 ngurusi semen di rembang di Dirbunjabhan.
02:11 Hari ini masih ngurusi wadah, dimarahin lagi.
02:14 Kemarin bicara U20, dimarahin lagi.
02:18 Dan saya sastikan kepada teman-teman secara terbuka,
02:20 harus ada keputusan dan berani.
02:22 Tapi argumentasi kita ketika memutuskan itu,
02:25 harus ada.
02:27 Maka saya sampaikan pada saat,
02:29 saya sebagai gubernur, sebagai suami,
02:31 sebagai ayah,
02:33 pada saat memutuskan,
02:35 kemudian orang tidak suka, nah itu.
02:37 Kenapa yang dibully anak saya,
02:39 kenapa yang dibully istri saya?
02:41 Maka pada saat ngobrol dengan Mbak Nanta,
02:43 Mbak Nasya Asyiat, saya bilang,
02:45 "Hajar saya, tapi jangan hajar anak istri saya."
02:48 Sebuah tangan dong sekali buat Mbak Nanta.
02:51 (musik)

Recommended