Lebih dari Satu Abad, Ini Dia Sosok Soeharto dengan Sepak Terjang dan Kontroversinya_ _

  • tahun lalu
Soeharto menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-2 hampir 32 tahun lamanya, menggantikan sosok Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno, di mana sosok Soeharto itu dikenal sebagai sosok yang otoriter dalam menjalankan pemerintahan Order Barunya hingga beberapa kebijakannya menuai kontroversi dan amarah rakyat saat itu.

Pria kelahiran Kemusuk, sebuah dusun yang berada di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta itu resmi menjadi Presiden RI ke-2 setelah diberikan mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara atau MPRS pada 26 Maret 1968 dan dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Masa pemerintahan Presiden Soeharto yang terus menerus menjadikan dirinya sebagai presiden RI terlama yang duduk di kursi kepresidenan selama lebih dari 3 dekade.

Hingga pada tahun 1998, Soeharto harus terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden setelah Indonesia mengalami krisis moneter dan mendapat desakan dari rakyat Indonesia.

Hal itu didukung dengan terjadinya peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan penjarahan Gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa yang mengakibatkan tragedi gugurnya mahasiswa Trisakti saat peristiwa itu.

Akhirnya Soeharto mundur dari jabatannya pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh B.J. Habibie.

Selama dirinya menjabat sebagai presiden, sosok Soeharto dikenal sebagai presiden yang otoriter dan kontroversi.

Modal utama yang dimiliki oleh Soeharto dalam berkuasa adalah dukungan militer dan memanfaatkan kemarahan rakyat kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada saat itu tengah membara.

Pria kelahiran 8 Juni 1921 itu sadar bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman politik sebanyak para pendahulunya, maka dari itu Soeharto melakukan beberapa cara dalam mempertahankan kekuasaannya dengan menyingkirkan semua perwira yang berpihak pada Soekarno, lalu mempromosikan para jenderal yang dijadikan sebagai alat, dan menyingkirkan para pendukung yang berpotensi menjadi pesaingnya.

Selama masa orde baru, hampir semua partai dilebur menjadi 3 bagian, yakni Golkar, PDI, dan PPP, di mana Partai Golkar mengemban tugas untuk menjadi kendaraan politik dan melegitimasi kekuasaan Soeharto.

Sementara untuk PDI dan PPP hanya menjadi kelompok politik hasil fusi sejumlah partai yang direkayasa oleh antek-antek Soeharto dan disebut sebagai pelengkap penderita di atas kekuasaan politik.

Tidak berhenti sampai disitu, orang-orang yang dipandang kritis akan politik dipastikan tidak akan memiliki kesempatan untuk duduk di kursi pemerintahan.

Namun, lantaran sejak pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis moneter, kekuasaan Soeharto secara perlahan mulai dibuat tak berkutik hingga harus menerima bantuan IMF untuk bangkit dari krisis moneter.

Pembentukan Komiter Reformasi dan perombakkan kabinet yang dilakukan Soeharto sebagai upayanya untuk mewujudkan reformasi kala itu berakhir sia-sia.

(M Asep Bahar)

Dianjurkan