• yesterday
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus sebesar USD2,48 miliar. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 54 bulan beruntun.

Kinerja surplus neraca perdagangan Indonesia ditopang dari sektor non-migas senilai USD4,80 miliar, namun sektor migas mengalami defisit senilai USD2,32 miliar. Adapun nilai ekspor mencapai USD24,41 miliar naik 10,69%. Sedangkan, nilai impor mencapai USD21,94 miliar naik 16,54%.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Pemirsa, apa kabar anda hari ini? Langsung dari studio IDX Channel Jakarta, saya Prasetyo Wibowo kembali hadir dalam market review program yang mengupas isu-isu yang menjadi penting bagi pemerintah Indonesia.
00:20Halo pemirsa, apa kabar anda hari ini? Langsung dari studio IDX Channel Jakarta, saya Prasetyo Wibowo kembali hadir dalam market review program yang mengupas isu-isu yang menjadi penggerak ekonomi di Indonesia.
00:32Live streaming kami tentunya bisa anda saksikan di idxchannel.com dan langsung saja kita mulai market review selengkapnya.
00:40Pemirsa, neraca perdagangan Indonesia kembali mencitak surplus di bulan Oktober 2024 sebesar 2,48 miliar dolar Amerika Serikat.
00:56Meski demikian surplus neraca perdagangan di bulan Oktober tercatat lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan juga bulan yang sama di tahun 2023 lalu.
01:10Badan pusat statistik melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencitak surplus sebesar 2,48 miliar dolar Amerika Serikat pada bulan Oktober 2024.
01:20Dengan demikian Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 54 bulan beruntun sejak bulan Mei tahun 2020.
01:27Hidrarya surplus neraca perdagangan Indonesia di bulan Oktober 2024 ditopang dari sektor non-MIGAS senilai 4,80 miliar dolar namun sektor MIGAS mengalami defisit senilai 2,32 miliar dolar Amerika Serikat.
01:40Adapun nilai ekspor mencapai 24,41 miliar dolar naik 10,69 persen dibanding September 2024.
01:48Sedangkan nilai impor mencapai 21,94 miliar dolar naik 16,54 persen dibandingkan September 2024.
01:57VLT Kepala BPS Amalia Adinigar Widyasanti mengatakan nilai surplus neraca perdagangan di bulan Oktober tercatat turun sebesar 0,76 miliar dolar Amerika secara bulanan.
02:07Padahal sempat mengalami tren kenaikan di bulan Agustus 2,9 miliar dolar dan September 2024 3,26 miliar dolar Amerika Serikat.
02:16Neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar 2,48 miliar USD atau turun sebesar 0,76 miliar USD secara bulanan.
02:30Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 54 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
02:44Surplus neraca perdagangan bulan Oktober 2024 relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan juga bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.
02:58Amalia menambahkan secara kumulatif dari Januari hingga Oktober 2024 kinerja ekspor Indonesia sebesar 217,24 miliar dolar Amerika naik 10,25 persen dibanding tahun sebelumnya.
03:10Dan penyumbang ekspor terbesar adalah sektor industri manufaktur atau pengolahan.
03:40Di bulan Maret 2024 tepatnya sekitar 4,47 miliar dolar Amerika.
03:46Jenderal turun sampai dengan bulan Juli tercatat 0,47 miliar dolar kemudian naik kembali sampai dengan bulan September namun ada penurunan lagi di bulan Oktober 2,48 miliar dolar Amerika
03:58yang lebih rendah dari 2 bulan sebelumnya begitu yang sempat mencatatkan kenaikan.
04:03Dan berikutnya kita akan ceremati surplus neraca perdagangan kita di bulan Oktober yang tercatat tadi sekitar 2,48 miliar dolar secara bulanan ini nilai ekspornya naik 10,69 persen.
04:17Nilai ekspor mencapai 24,41 miliar dolar Amerika sementara impornya 21,94 miliar dolar Amerika atau mengalami kenaikan dari sisi impor 16,54 persen secara bulanan.
04:30Jadi ya beberapa data yang sudah kami sampaikan dan untuk membahas tema kita terkait dengan surplus neraca perdagangan Oktober 2024 yang melandai
04:38kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Angga Wiras Sekretaris Jenderal BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI.
04:45Ya halo Pak Angga apa kabar?
04:48Halo Mas Bros baik Alhamdulillah sehat.
04:51Terima kasih juga atas waktu yang disempatkan menarik kalau kita bicara lagi-lagi surplus neraca perdagangan
04:56berarti ini sudah cukup panjang begitu rekornya 54 beruntun begitu.
05:00Nah 54 bulan beruntun nah lantas bagaimana apakah dari sisi pelaku usaha sudah diprediksikan
05:06sesuai dengan konsensus dari pelaku usaha bahwa memang surplus ini masih akan terus berlanjut?
05:11Ya tentunya kita perlu memberikan apresiasi ya terkait surplus ini sudah beberapa kali kita juga berdiskusi
05:21dan perlu kita pertahankan dan terus kita tingkatkan surplus ya walaupun kalau kita lihat memang kinerja positif ini
05:31lebih sedikit lebih turun ya dibandingkan sebelumnya ya memang jenderal memang menjelang akhir tahun ya
05:41biasanya memang ada pelambatan-pelambatan ya nanti mulai pick lagi starting di awal tahun
05:51jadi memang apalagi kalau kita lihat dinamika global saat ini sangat-sangat dinamis ya apalagi kalau kita lihat
06:02di Amerika ya baru saja terpilih ya pemilu sudah usai dan terpilih presiden baru ya
06:13nah itu juga pastinya akan memicu berbagai macam sentimen dan strategi yang akan dilakukan tentunya oleh
06:22pemerintahan Amerika kedepan nah ini saya rasa perlu menjadi salah satu preferensi ya
06:31kita dalam mengambil berbagai macam policy ya.
06:37Berarti kondisi normal saja begitu perlambatan yang terjadi di bulan Oktober meskipun dua bulan sebelumnya
06:43sempat mengalami kenaikan begitu untuk nilai surplus perdagangan Indonesia ini?
06:48Ya menurut saya kan angkanya juga tidak terlalu signifikan ya mas Pras ya sedikit menurun saja gitu
06:57cuman kalau ya itu kan tetap harus menjadi perhatian juga gitu koreksi untuk kita
07:03karena kan ya kita harus terus mempush kinerja positif ini gitu apalagi kita lihat ya
07:13dengan terpilihnya Presiden Trump pastinya akan memperkuat proteksionisme di dalam negeri ya mas Pras ya
07:20sebenarnya ini menjadi salah satu momentum kita bisa menarik investasi dari Tiongkok ya
07:28untuk lebih masif ke kita untuk menjadikan kita sebagai salah satu basis produksinya gitu mas Pras
07:36walaupun memang ya kita harus berkompetisi dengan negara-negara tetangga kita ya khususnya Vietnam, Malaysia ya
07:44yang sekarang kita lihat juga pertumbuhan ekonominya cukup meyakinkan ya di dua tahun terakhir ini
07:52jadi saya rasa di pemerintahan baru ini kita harus punya skenario dan strategi yang tepat ya mas Pras ya
08:01Lantas yang menjadi trigger dominan lah kalau bisa dikatakan begitu terjadinya perlambatan
08:06dari serpa seneraca perdagangan di bulan Oktober ini lebih kepada faktor eksternal tadi
08:11dengan kondisi geopolitik juga yang semakin meluas dan memanas
08:15begitu kemudian terpilihnya juga Presiden baru di Amerika Serikat Donald Trump
08:19Ya kalau kita lihat kan memang ada pelemahan di harga komoditas utama ya mas Pras ya
08:25seperti CBO, Batubara gitu kan dan memang pelambatan ekonomi di negara-negara tujuan ekspor kita ya
08:36seperti China dan Amerika Serikat ya karena kemarin kan memang menghadapi pemilu gitu kan
08:43mereka pastinya juga pelaku pasarnya akan sangat berhati-hati ya mas Pras ya
08:48tapi kan kalau ketika sudah ada kepastian ya pastinya akan lebih agresif lagi ya mereka ya
08:54dan harapan kami dengan agresifitas yang ada itu bisa memberikan opportunity untuk kita ya gitu mas Pras
09:01Baik, lantas agresifitas kemudian setegi apa saja yang perlu diterapkan
09:05begitu kita akan bahas nanti di segmen berikutnya
09:07maksudnya kita akan jedah dulu sebentar sambil kita menantikan
09:10begitu bergabungnya Direktur Eksekutif Indef Ibu Sri Gua Esther Sri Astusti nanti di segmen berikutnya
09:16dan Pemirsa pastikan Anda masih bersamakan
09:25ya terima kasih Anda masih bergabung bersama kami dalam market review Pemirsa
09:30dan berikut ini kami sampaikan data kembali terkait dengan negara tujuan ekspor non-migas Indonesia
09:35di bulan Oktober 2024
09:37ya seperti yang bisa Anda saksikan kembali di layar televisionnya
09:40China masih menempati posisi pertama dengan nilai mencapai 5,66 miliar dolar Amerika
09:47kemudian menyusul wilayah ASEAN 4,32 miliar
09:50kemudian Amerika Serikat 2,34 miliar dolar
09:53kemudian India dan juga Uni Eropa
09:56itu dia negara tujuan ekspor non-migas Indonesia
09:58kemudian bagaimana dengan negara-negara yang menjadi importer sektor non-migas kita
10:03begitu di bulan Oktober ya China masih menempati posisi pertama
10:076,43 miliar dolar Amerika Serikat
10:11ya ada surplus lah kalau kita lihat ekspor kita di 5,66
10:14ada defisit maksud saya
10:16kemudian ASEAN 3,4 miliar dolar
10:19kemudian Jepang 1,5 miliar dolar Amerika
10:23kemudian ada Singapura dan juga Uni Eropa
10:27baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan arah sumber kita
10:30dan sudah bergabung ini Ibu Esther Setastuti
10:34dia adalah Direktur Eksekutif Indef
10:36ya halo apa kabar Ibu Esther?
10:38baik Mas Pras, terima kasih
10:40baik terima kasih juga atas waktunya tadi sudah berbincang bersama dengan Mas Anggawira
10:44dari HIPMI begitu terkait dengan kinerja ekspor kita
10:48raca perdagangan kita begitu
10:50nah lantas dari kacamata Indef sendiri bagaimana melihat ada sedikit ya perlambatan
10:56melandailah di bulan Oktober begitu
10:58apakah memang ini hal yang normal saja begitu
11:01atau ada sinyal yang perlu dicermati bersama begitu silahkan
11:05jadi kalau saya lihat ya perekonomian global
11:10maupun perekonomian domestik ini relatif melambat gitu ya
11:15ditandai di Indonesia sendiri itu adanya penurunan daya beli
11:21nah apa yang dilakukan ketika ada penurunan daya beli atau kelemahan daya beli
11:27yaitu konsumen tentunya akan mengerem ya konsumsi rumah tangannya
11:33karena konsumen mengalami yang namanya penurunan income real
11:38nah ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di beberapa negara
11:43namun demikian konklusi ini harusnya disikapi dengan lebih bijak ya
11:51dari sisi pemerintah
11:54artinya kebijakan yang diperlukan untuk mengakomodir atau mengstimulasi ya perekonomian
12:03agar tidak terus daya belinya lemah terus
12:07yaitu dengan kebijakan yang ekspansif
12:09kebijakan ekonomi yang ekspansif dan bukan kebijakan ekonomi yang kontraksi gitu
12:15baik nah kalau bicara mengenai kebijakan yang ekspansif
12:19sementara kita tahu kondisi di dalam negeri juga kan perlambatan ekonomi
12:23tengah terjadi begitu sudah meninggalkan level 5 persen kita
12:26kemudian dari global tadi sudah dibahas juga oleh mas Angga memang
12:30cukup tricky juga begitu ada pemilihan presiden Amerika Serikat Donald Trump
12:34yang terkenal dengan perang dagangnya
12:36apakah ini akan menjadi tekanan-tekanan baru yang perlu diwaspadei juga oleh Indonesia?
12:42Iya tentu saja kita sudah tahu track record Donald Trump pada saat tahun 2019
12:52ditandai dengan perang dagang pada saat itu antara US dengan China
12:57nah peluangnya kedepannya itu akan terjadi lagi gitu ya
13:03Donald Trump yang lebih ke dalam gitu ya artinya membela ekonomi US
13:12akan melihat mana-mana negara yang menyumbang
13:15defisit terbesar terhadap melacak dagangan US
13:20nah kalau itu Indonesia menjadi salah satu penyumbang defisit terbesar di US
13:28maka sikap Trump mungkin relatively akan sama gitu ya
13:33nah tetapi saya melihat ini masih China ya
13:37yang menjadi penyumbang defisit terbesar dari US melacak dagangan
13:45nah sehingga kedepannya kita harus bisa mengantisipasi ya
13:50jika nanti akan terjadi hal yang sama gitu
13:54sikap Trump sama maka kita harus mencari peluang
13:59apakah memang kita bisa atau tidak
14:01karena pada tahun 2019 yang menjadi pemenang sebenarnya bukan US dan bukan China
14:10tetapi adalah Vietnam
14:12Vietnam mengambil keuntungan ketika ada perang dagang antara US dengan China
14:17karena lokasi geografisnya itu dekat dengan China
14:23sehingga akan lebih mudah barang-barang atau produk-produk China
14:27itu dikirim ke Vietnam dulu untuk dilabeling made in Vietnam
14:31kemudian baru dikirim ke US
14:33nah Vietnam sendiri juga mempunyai beberapa trading agreement
14:41dengan negara-negara Eropa dan US
14:44sehingga itu mempermudah produk Vietnam untuk masuk ke negara tersebut
14:48nah arahnya Indonesia harus ke sana gitu ya
14:52pengen meningkatkan surplus perdagangan di dalam rancang perdagangannya
14:59kalau kita lihat dari HIPMI sendiri mas Angga
15:02strategi apa yang perlu dicari
15:05ataupun inovasi baru yang perlu dilakukan oleh pemerintah
15:08untuk menjaga surplus neraca perdagangan kita secara global
15:12sebenarnya kita ke Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir
15:15terus mengalami surplus meskipun trennya atau nilainya cenderung turun
15:21ya tentunya pertama perlu diversifikasi produk
15:25karena kalau kita lihat kan memang masih kita mengandalkan komoditas ya
15:32seperti batubara, CPO itu yang menjadi andalan utama kita
15:37jadi memang strategi kita untuk hilirisasi dan industrialisasi
15:42harus terus berjalan secara fokus dengan fokus terhadap komoditas-komoditas
15:48yang memang kita punya keunggulan kompetitif dan komparatif ya
15:53tadi Mbak Esther juga memberikan sinyal juga
15:57bahwasannya memang seperti produk-produk tekstil
16:01yang selama ini kita di tahun 2000-an 90-an
16:05kita menjadi salah satu produser terbesar
16:08saat sekarang ini industri kita sedang mengalami situasi yang sangat genting
16:15jadi memang perlu strategi yang tepat ya
16:18seperti stainless steel misalnya, baja kita juga perlu menjadi perhatian
16:23karena sebenarnya kalau kita bisa mendorong ke arah menjadi produk aja
16:29barang setengah jadi gitu misalnya
16:31ini pasti akan meningkatkan volume ya
16:34bukan hanya volume tapi juga secara kualitas kita juga akan meningkat
16:38jadi kalau saya lihat sih strateginya Pak Prabowo sudah cukup luar biasa ya
16:42dengan sangat agresif ya keluar ya
16:45karena pastinya hubungan perdagangan itu akan lebih mudah
16:50jika kita memiliki suatu hubungan yang baik ya
16:55di antara kedua negara pasti
16:57namanya G2G-nya kalau G2G-nya sangat baik
17:01pastinya B2B-nya juga kita akan mengikuti gitu loh Mas
17:05saya juga baru pulang kemarin dari Abu Dhabi misalnya ngikutin Adipac ya
17:10nah saya melihat sebenarnya kita punya peluang yang sangat besar ya
17:15untuk berkolaborasi juga dengan market-market di Timur Tengah
17:20misalnya yang sekarang sangat terbuka gitu kan
17:23hubungan kita misalnya dengan Uni Emirat Arab ya
17:26sebagai salah satu hub ya
17:28perdagangan di wilayah Timur Tengah dan Eropa itu kan cukup luar biasa cukup baik ya
17:33jadi saya rasa ini sebenarnya bisa menjadi salah satu strategi
17:39kita membangun networking global
17:41saya lihat perusahaan-perusahaan kita baik Multinational dan BUMN
17:47sudah mulai membuka kantornya di Uni Emirat Arab ya
17:53jadi saya rasa itu bisa menjadi salah satu strategi untuk mengoptimalkan ya
18:00potensi dan market serta berkolaborasi tentunya
18:02untuk menarik investasi dari luar
18:05itu dia menarik
18:06kalau kita berkaca dari beberapa waktu sebelumnya perang dagang yang terjadi Amerika Serikat China
18:10begitu kemudian ada katakan hilirisasi kemudian industrialisasi
18:14ini bisa menjadi game changer untuk menjaga dari sisi nilai ekspor kita
18:18sehingga surplus neraca perdagangan kita akan terus mengalami surplus
18:21tapi bagaimana justru Indonesia yang kan justru kebanjiran nih
18:24produk-produk dari China ataupun beberapa negara lainnya
18:27tapi kita akan bahas nanti di segmen berikutnya
18:29mas Angga, Bu Wester kita akan jadah dulu sebentar
18:32kami akan segera kembali usai pariwara berikut ini
18:43ya masih membahas tema surplus neraca perdagangan
18:45Oktober 2020 yang melandai
18:47dan kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan
18:49Angga Wira Sekretaris Jenderal BPP
18:51Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Tauhidmi
18:53dan juga Bu Wester Sriastuti Direktur Eksekutif Indef
18:56nah Bu Wester tadi sudah disampaikan
18:58begitu mas Angga ada beberapa game changer
19:00yang mungkin bisa dijadikan untuk bisa meningkatkan lagi
19:02surplus neraca perdagangan Indonesia
19:04ada hilirisasi, kemudian industrialisasi
19:07nah pandangan Indep sendiri bagaimana dengan tantangan tadi
19:10dari dalam negeri dan global serbuan produk-produk impor
19:13yang juga masih menghantui kinerja dan produktivitas
19:16industri di dalam negeri, silahkan
19:20Terima kasih mas Bas ini pertanyaan yang menarik
19:23jadi kalau seperti yang saya tadi jelaskan di awal ya
19:27untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi
19:30itu 8% maka harus mengaktifkan ya
19:35mesin-mesin pertumbuhan ekonomi tidak hanya
19:38konsumsi rumah tangga
19:40tetapi juga investasi dan meningkatkan nilai ekspor
19:45salah satu caranya adalah dengan meningkatkan nilai tambah
19:50dari produk yang diekspor
19:53nah caranya bagaimana ya kita olah dulu gitu ya
19:56jadi seperti yang mas Angga tadi jelaskan bahwa
19:59jangan mengekspor komoditas saja
20:02tetapi diolah dulu paling tidak menjadi produk intermediate
20:07kemudian baru diekspor
20:09sekur-sekur kalau bisa mengekspor produk final gitu ya
20:15nah sehingga itu akan meningkatkan nilai jual ya
20:20harga jual dari produk tersebut
20:22demikian mas
20:23baik-baik
20:24nah mas Angga dari pemerintahan Prabowo-Gibran
20:27Anda melihat strategi apa yang perlu diterapkan
20:29memang tadi kita tahu Pak Presiden juga sedang melakukan
20:32anjang sana begitu ke beberapa negara
20:34untuk bisa meningkatkan kerjasama tadi
20:36antara government to government
20:38kemudian yang nanti akan B2B nya juga lebih enak lagi
20:41ini bagaimana untuk bisa menjaga tadi
20:43neraca perdagangan kita tetap surplus
20:45semakin berkualitas
20:46dan tentunya juga buat Indonesia
20:48akan banyak lagi industri yang bisa terangkat
20:50PMI manufaktur kita juga semakin membaik
20:52dan kembali lagi ke level ekspansi
21:04pertama tentunya kita fokus ya
21:06terhadap program hilirisasi
21:09kalau gak salah
21:11oke
21:16sudah menyusun ya
21:18petajalan hilirisasi
21:20jadi saya rasa fokus kepada produk-produk tersebut
21:23dan yang lainnya tentunya
21:25menarik investasi dengan
21:27kita mendorong
21:29energi hijau
21:31kita kaya akan sumber daya
21:33listrik ya
21:36berbasis energi EBTKE
21:39ada panas bumi
21:41ada PLTA
21:43ada juga kita bisa masuk ke transisi menggunakan LNG
21:45misalnya itu saya rasa
21:47perlu kita dorong secara agresif
21:49sehingga
21:51teman-teman yang memang sudah punya komitmen
21:53untuk mengurangi
21:55karbon secara agresif ini
21:57bisa masuk kepada kita
21:59karena sebenarnya kita punya daya tarik yang cukup luar biasa
22:01dibandingkan dengan
22:03negara-negara tetangga kita
22:05baik tapi optimisme sendiri Anda melihat bagaimana
22:07dengan tantangan dalam negeri juga
22:09yang harus segera dituntaskan
22:11begitu dari sisi mungkin
22:13kebijakan-kebijakan, insentif
22:15kemudian sinergitas
22:17antar lembaga yang semakin banyak kan
22:19kita tahu di pemerintahan Prabowo saat ini
22:21ya
22:23intinya fokus tadi ya
22:25fokus terhadap
22:27planning yang sudah dilakukan
22:29kita eksekusi gitu
22:31dan tentunya ya
22:33kalau memang ada
22:35orang-orang atau yang tidak
22:37bisa achieve ya kita cari
22:39yang lain gitu, jadi harus berani
22:41Pak Prabowo
22:43aku rasa di awal ini memang kabinet kita
22:45juga akomodatif ya tapi pastinya
22:47juga akan ada evaluasi ya
22:49terhadap pihak-pihak atau
22:51instrumen-instrumen yang memang tidak bisa
22:53sesuai dengan KPI
22:55yang bisa dicapai ya
22:57Mas Prasya. Baik-baik, nah
22:59Bu Ester, kira-kira bagaimana melihat
23:01begitu Anda melihat tantangan ke depan
23:03dari seluruh pelancar perdagangan kita
23:0554 bulan berturut-turut ini
23:07akankah terus berlanjut
23:09begitu sampai dengan akhir tahun dan mungkin tahun depan juga
23:11Ya
23:13nah itu tergantung kita
23:15juga sih Mas, tergantung dari
23:17Indonesia
23:19intinya adalah kalau kita
23:21ingin meningkatkan
23:23seluruh pelancar perdagangan
23:25artinya kita harus meningkatkan
23:27fundamental dari ekonomi kita
23:29fundamental ekonomi kita
23:31ekonomi kita itu didorong oleh apa
23:33seperti yang tadi Mas Angga
23:35sudah ceritakan
23:37bahwa bisa dengan
23:39realisasi, dengan meningkatkan
23:41nilai produk
23:43nilai tambah dari produk
23:45kemudian diekspor
23:47namun demikian
23:49kita punya banyak sumber daya
23:51alam ya yang bisa
23:53berpeluang
23:55untuk diekspor
23:57tetapi yang harus kita temati
23:59kita harus tentukan
24:01produk mana yang
24:03based on market driven
24:05yang bisa dihilirkan
24:07market driven
24:09tentu kita akan
24:11mengirim atau mengekspor
24:13produk-produk yang
24:15banyak diminta oleh pasar di
24:17global, itu market driven
24:19yang kedua
24:21kita
24:23konsideranya adalah kita
24:25mempertimbangkan competitive advantage
24:27dalam teori
24:29perdagang internasional
24:31kita harus
24:33mempertimbangkan competitive advantage
24:35dan comparative advantage
24:37jadi jangan sampai kita
24:39memproduksi satu
24:41produk itu effortnya
24:43terlalu banyak sementara
24:45nilainya tidak
24:47terlalu signifikan untuk
24:49kontribusi ke perekonomian
24:51saat ini
24:53Menterian Investasi dan PKPM
24:55memang sudah mempunyai
24:57peta atau
24:59roadmap hilirisasi industri
25:01dari delapan sektor kita
25:03pilih beberapa
25:05komunitas yang memang berpeluang
25:07untuk diberikan
25:09nilai tambah, kemudian kita
25:11dorong untuk
25:13melakukan ekspor, nilai ekspor
25:15nah IDEP juga pada
25:17saat ini juga sedang
25:19melakukan riset tersebut
25:21ya itu dia, berarti memang tantangannya
25:23masih lagi-lagi secara
25:25fundamental yang perlu kita kuatkan lagi
25:27sinargitas, kemudian
25:29sektor-sektor mana yang menjadi prioritas
25:31sehingga menjadi selain itu
25:33pioneer, kemudian market driven juga
25:35bagi ekonomi Indonesia
25:37ke depan, begitu baik
25:39Bu Esther terima kasih banyak atas analisis
25:41informasi yang sudah anda sampaikan, Mas Angge terima kasih juga
25:43atas update dan juga
25:45informasi yang sudah diberikan ya
25:47selamat melanjutkan aktivitas anda kembali
25:49salam sehat sampai berjumpa kembali
25:51Mas Angge terima kasih
25:53Salam Esther, Mas Kuras
25:55Salam Mas Angge, Mas Bas

Recommended