• kemarin dulu
Pesona Budaya Jawa: Makna Nderek Langkung dalam Tata Krama Jogja

Nderek langkung atau nyuwun sewu berarti "permisi numpang lewat." Ungkapan sederhana ini mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang menjunjung tinggi kesopanan dan penghormatan terhadap sesama, terutama di Yogyakarta.
Filosofi Nderek Langkung dalam Budaya Jawa

Di Jogja, nderek langkung bukan sekadar ucapan, melainkan bagian dari tata krama yang diajarkan turun-temurun. Ini menjadi cerminan unggah-ungguh, atau perilaku sopan yang menunjukkan rasa hormat dalam interaksi sehari-hari.
Contoh Tata Krama dalam Kehidupan Sehari-hari

Menyapa dengan sopan
Ketika melewati orang yang lebih tua, masyarakat Jogja akan menyapa sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat, diiringi ucapan seperti "Nderek langkung" atau "Nuwun sewu".

Mendahului orang lain saat berjalan
Jika terpaksa mendahului, tegur sapa seperti "Mangga" atau "Kula ngrumiyini nggih" digunakan untuk menjaga kesopanan.

Memperhatikan sopan santun lainnya:
Mempersilakan duduk ("Mangga lenggah")
Menyapa sebelum berpisah ("Badhe tindak pundi")
Menawarkan bantuan ("Mangga kulo biantu")

Menjaga Warisan Budaya Jawa

Penggunaan bahasa dan tata krama seperti nderek langkung adalah cara sederhana namun bermakna untuk melestarikan budaya Jawa. Mulailah dengan menyapa orang di sekitar menggunakan bahasa Jawa, seperti:

"Sugeng enjing, Pak/Bu" (Selamat pagi)
"Sugeng ndalu, Pak/Bu" (Selamat malam)

Tindakan kecil ini tidak hanya memperkuat identitas budaya Jawa, tetapi juga menyebarkan nilai-nilai luhur yang patut dijaga.

Mari bersama-sama menjaga keindahan budaya Jawa dengan mempraktikkan tata krama seperti nderek langkung dalam kehidupan sehari-hari.

Dianjurkan