PALU, KOMPAS.TV - Kelurahan Mamboro menjadi salah satu wilayah yang cepat pulih pasca-bencana pada 2018 lalu. Padahal, wilayah ini merupakan salah satu lokasi yang paling parah terdampak tsunami. Kini, warga Mamboro mulai gotong royong membangun kembali wilayah mereka dengan harapan bisa menjadi Kampung Resilien atau Kampung Tangguh.
Sejak terdampak bencana pada 2018, sebagian besar warga yang tinggal di pesisir pantai Mamboro enggan pindah ke hunian tetap di Tondo, yang jaraknya cukup jauh dari pantai. Alasannya, banyak dari mereka yang menggantungkan hidup sebagai nelayan.
Pemerintah kemudian memberikan opsi dana stimulan untuk membangun hunian di lokasi yang berada lebih dari seratus meter dari zona rawan bencana.
Dengan didampingi oleh relawan dari Arsitek Komunikasi (ARKOM), warga Mamboro kemudian membangun hunian tetap secara mandiri menggunakan dana stimulant. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), namun dengan model rumah panggung yang merupakan ciri khas warga pesisir.
Sebanyak 38 rumah dibangun di lokasi hunian tetap Mosinggani Mamboro. 10 di antaranya dibangun dengan konsep rumah panggung yang mengedepankan kearifan local, sementara 28 rumah lainnya menggunakan tipe rumah tapak.
Hunian tetap Mosinggani Mamboro ini kini menjadi contoh Kampung Tangguh Bencana di Kota Palu. Arkom Indonesia bersama warga Mamboro berhasil meraih penghargaan World Habitat Award Bronze Winner pada 2021, sebagai bangunan rumah kolektif untuk habitat yang lebih baik dari PBB melalui United Nations Human Settlements Programme (un-habitat).
Sejak terdampak bencana pada 2018, pembangunan di mamboro juga sudah menerapkan mitigasi terhadap bencana. Selain itu, Program Kampung Tangguh Bencana atau Kampung Resilien pun mulai digulirkan, melibatkan semua unsur, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat palu secara khusus.
#ProgramKampungTangguhBencana #KampungResilien #Huntap
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/571886/membangun-kampung-resilien-di-kelurahan-mamboro
Sejak terdampak bencana pada 2018, sebagian besar warga yang tinggal di pesisir pantai Mamboro enggan pindah ke hunian tetap di Tondo, yang jaraknya cukup jauh dari pantai. Alasannya, banyak dari mereka yang menggantungkan hidup sebagai nelayan.
Pemerintah kemudian memberikan opsi dana stimulan untuk membangun hunian di lokasi yang berada lebih dari seratus meter dari zona rawan bencana.
Dengan didampingi oleh relawan dari Arsitek Komunikasi (ARKOM), warga Mamboro kemudian membangun hunian tetap secara mandiri menggunakan dana stimulant. Rumah-rumah tersebut dibangun dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), namun dengan model rumah panggung yang merupakan ciri khas warga pesisir.
Sebanyak 38 rumah dibangun di lokasi hunian tetap Mosinggani Mamboro. 10 di antaranya dibangun dengan konsep rumah panggung yang mengedepankan kearifan local, sementara 28 rumah lainnya menggunakan tipe rumah tapak.
Hunian tetap Mosinggani Mamboro ini kini menjadi contoh Kampung Tangguh Bencana di Kota Palu. Arkom Indonesia bersama warga Mamboro berhasil meraih penghargaan World Habitat Award Bronze Winner pada 2021, sebagai bangunan rumah kolektif untuk habitat yang lebih baik dari PBB melalui United Nations Human Settlements Programme (un-habitat).
Sejak terdampak bencana pada 2018, pembangunan di mamboro juga sudah menerapkan mitigasi terhadap bencana. Selain itu, Program Kampung Tangguh Bencana atau Kampung Resilien pun mulai digulirkan, melibatkan semua unsur, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat palu secara khusus.
#ProgramKampungTangguhBencana #KampungResilien #Huntap
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/571886/membangun-kampung-resilien-di-kelurahan-mamboro
Kategori
🗞
Berita