JAKARTA, KOMPAS.TV - Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Dr. Muhammad Chatib Basri mengatakan ada beberapa langkah yang bisa dilakukan di tengah kondisi ekonomi saat ini.
Pertama, deregulasi diterapkan di sektor ekspor untuk membuat biaya produksi menjadi lebih murah dan harganya bisa bersaing.
Lebih lanjut, Chatib Basri mencontohkan beda fiskal stimulus ketika diterapkan di Amerika dan Indonesia.
Belanja menjadi salah satu cara untuk pemulihan ekonomi.
"Tapi kalau memulihkan ekonomi, itu belanja pangkal pulih. Kalau ada belanja, permintaannya ada. Kalau permintaannya ada, produksinya ada," katanya.
Kemudian, langkah lain adalah menggerakkan sektor pariwisata dan percepatan program sosial seperti MBG, agar penyerapan anggaran bisa segera terjadi dan mendorong ekonomi domestik.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
Link: https://youtu.be/ib7XgXwTH7Q?si=7VMyBfDSSj3dP5d9
#tariftrump #donaldtrump #tradepolicy
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/586355/strategi-pemulihan-ekonomi-chatib-basri-belanja-pangkal-pulih-rosi
Pertama, deregulasi diterapkan di sektor ekspor untuk membuat biaya produksi menjadi lebih murah dan harganya bisa bersaing.
Lebih lanjut, Chatib Basri mencontohkan beda fiskal stimulus ketika diterapkan di Amerika dan Indonesia.
Belanja menjadi salah satu cara untuk pemulihan ekonomi.
"Tapi kalau memulihkan ekonomi, itu belanja pangkal pulih. Kalau ada belanja, permintaannya ada. Kalau permintaannya ada, produksinya ada," katanya.
Kemudian, langkah lain adalah menggerakkan sektor pariwisata dan percepatan program sosial seperti MBG, agar penyerapan anggaran bisa segera terjadi dan mendorong ekonomi domestik.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
Link: https://youtu.be/ib7XgXwTH7Q?si=7VMyBfDSSj3dP5d9
#tariftrump #donaldtrump #tradepolicy
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/586355/strategi-pemulihan-ekonomi-chatib-basri-belanja-pangkal-pulih-rosi
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Misalnya versi Kementerian Tenaga Kerja itu 18.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaannya.
00:06Tetapi kalau dari asosiasi buruh itu sekitar 40.000.
00:10Ada untuk tahun awal tahun ini, Januari sampai Maret kalau nggak salah, 2025.
00:17Meskipun ada ketidaksamaan data, tapi katakanlah kita ambil tengahnya.
00:23Katakan di 25.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaannya.
00:26Jadi kita seperti dihantam dua kali.
00:30Meskipun efek teram itu tidak terlalu dramatis atau tidak terlalu kejam menghantam Indonesia.
00:35Tetapi sebelum ada teram, kita sendiri punya problem domestik yang belum selesai.
00:41Yaitu soal bagaimana tenaga kerja, ketidakpastian ekonomi.
00:48Mengapa saya meng-address ini Mas Dede?
00:51Inilah yang kemudian membuat para pelaku usaha semakin merasa kecil hati.
00:57Karena situasi ini belum juga diberikan penjelasan apa yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha.
01:05Apalagi sekarang sudah kuorter pertama.
01:08Pasti dengan adanya kebijakan Trump ini, itu akan mengubah rencana mereka di kuorter berikutnya.
01:14Jadi menggambarkan situasi dalam negeri yang belum selesai, ditambah dengan kebijakan Trump, apa sebenarnya yang harus menjadi pemahaman kita bersama?
01:24Oke, dua hal. Tadi saya katakan, yang pertama adalah buat yang mereka orientasi ekspor, tadi saya katakan diregulasi.
01:33Karena itu akan membuat biaya produksinya jadi jauh lebih murah.
01:36Jangan lupa loh, 90% dari import kita itu adalah bahan baku dan barang modal.
01:42Jadi kalau itu relatif murah, kita akan bisa kompit. Belum lagi berbagai penghutan.
01:47Itu satu hal, kita bisa bicara detail mengenai itu.
01:49Tapi yang kedua, akibat dari diregulasi akan ada sektor yang mungkin akan kalah dari kompetisi.
01:57Nah, pemerintah itu harus melakukan upaya perlindungan untuk ini.
02:03Nah, di sini saya lihat peran dari fiscal stimulus itu penting.
02:07Kemana fiscal stimulus itu harus dialokasikan?
02:10Harus dialokasikan kepada, ini saya kasih contoh ya.
02:14Di Amerika itu kenapa fiscal stimulusnya itu kadang-kadang tidak terlalu efektif?
02:18Karena di sana orangnya relatif kaya.
02:20Jadi kalau dia dikasih uang tambahan, dia nabung.
02:23Di kita, dari uang yang ada aja itu nggak cukup.
02:28Jadi kalau dikasih uang tambahan, dia pasti belanja.
02:32Nah, ini bertentangan dengan kalau kita waktu kecil disebutnya sebagai hemat, pangkal kaya, jangan belanja.
02:38Tapi kalau memulihkan ekonomi, itu belanja pangkal pulih.
02:41Kalau Anda belanja, permintaannya ada.
02:44Kalau permintaannya ada, produksinya ada.
02:45Nah, kalau pemerintah misalnya memberikan bantuan sosial kepada kelompok miskin,
02:50orang miskin itu nggak bisa nabung.
02:51Dia pasti belanja, dia pasti spend.
02:53Permintaannya ada.
02:54Kalau permintaannya ada, investasinya akan naik.
02:56Itu satu.
02:57Kemudian cari sektor yang bisa dieksekusi segera,
03:01yang punya backward-forward linkage banyak.
03:03Apa misalnya?
03:04Para wisata.
03:06Pemerintah lakukan di dalam program sosial, apakah itu dengan MBG dan segala macam.
03:11Percepat itu, sehingga kemudian penyerapan dari anggarannya bisa terjadi.
03:16Ini yang saya bilang akan mendorong ekonomi domestik.
03:18Karena tadi seperti Anda bilang, porsi terbesar dari ekonomi kita kan adalah konsumsi.
03:24Ini berbeda dengan pandangan istilah ekonominya itu supply side.
03:29Supply side itu percaya bahwa supply create season demand.
03:32Jadi kalau produksi ditambah, permintaannya ada.
03:36Kita nggak demand create season supply.
03:38Kalau permintaannya ada, maka perusahaan itu akan respon.
03:41Jadi yang paling penting adalah bagaimana mendorong domestic demand
03:45dengan cara supaya konsumsinya bisa jalan.