Monas, Monumen Ibukota Jakarta

  • 5 tahun yang lalu
TRIBUN-VIDEO.COM - Monumen Nasional (Monas) dibangun dari ide presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir Soekarno.

Sejarah berdirinya Monumen Nasional ini berawal pada tahun 1949.

Ir Soekarno pada saat itu berpikir dengan adanya Monumen Nasional ini akan menjadi pengingat generasi mendatang tentang perjuangan bangsa Indonesia.

Dalam membuat rancangan Monumen Nasional, panitia membuat sebuah sayembara.

Panitia akan menyeleksi karya rancangan Monumen Nasional dengan ketat.

Karya Frederich Silaban menjadi satu di antara karya-karya yang telah diseleksi panitia.

Karya milik Frederich Silaban ini memiliki keunggulan seperti ketentuan panitia.

Panitia kembali menggelar sayembara kedua pada tahun 1960.

Namun tak ada karya yang lebih baik di sayembara kedua.

Akhirnya, Presiden Soekarno meminta Frederich membuat rancangan berkonsep lingga dan yoni.

Frederich mengajak arsitek lain bernama R M Soedarsono sebagai partner bekerja.

Pembangunan Monumen Nasional ini kemudian dibuat sesuai dengan konsep yang diberikan Presiden Soekarno.

Lingga dan yoni merupakan bagian bangunan yang melambangkan kebudayaan Indonesia.

Jika di China terdapat ying dan yang, maka di Indonesia terdapat lingga dan yoni.

Lingga melambangkan energi positif yang juga digambarkan seperti alu (alat penumbuk padi).

Sedangkan yoni merupakan cawan untuk alas tempat lingga berada.

Yoni ini seperti lesung, tempat untuk menumbuk padi secara tradisional.

Monumen Nasional yang dirancang oleh Soedarsono, Frederich Silaban, dan Ir Rooseno ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1961.


Pembangunan Monumen Nasional terdiri atas tiga waktu dalam tiga bagian.

Dalam kurun waktu tiga tahun, Monumen Nasional dibangun dengan 360 pasak bumi ssebagai pondasi bangunan.

Pada tahap kedua, pembangunan sempat tertunda karena adanya Gerakan 30 September 1965 dan upaya kudeta.

Pembangunan berakhir pada tahun 1969 hingga 1976.

Sebelum diresmikan dengan nama Monumen Nasional, monumen ini sempat mengalami beberapa kali pergantian nama.

Monumen Nasional sempat disebut sebagai Lapangan Gambir, selanjutnya berubah menjadi Lapangan Ikada.

Setelah itu nama berubah menjadi Lapangan Merdeka, dan mengalami perubahan dengan nama Lapangan Monas.

Taman Monas menjadi perubahan nama terakhir sebelum diresmikan menjadi Monumen Nasional.

Arsitektur

Monumen Nasional ini memiliki tinggi 132 meter.

Bentuk bangunan lingga dan yoni yang memiliki filosofi sebagai unsur baik dan buruk ini menjulang tinggi.

Garis arsitektur tugu Monumen Nasional ini menggambarkan garis yang tidak monoton dan di atasnya membentuk lidah api yang menyala.

Badan tugu Monumen Nasional dengan lidah api yang menyala ini mempunyai gambaran semangat yang tidak pernah padam.

Terdapat bagian-bagian penting dalam Monumen Nasional ini seperti puncak monumen, ruang kemerdekaan, museum sejarah, relief sejarah, kolam dan patung Pangeran Diponegoro.

Dianjurkan