Kisah Presiden Soekarno yang Sering Minta Uang dan Ditraktir Ajudan dan Sopir 

  • tahun lalu
Bung Karno tak segan meminta bawahannya untuk mentraktir makanan baik itu ajudan maupun sopir. Soekarno selama hidupnya sebagai presiden nyaris tak pernah pegang uang.

Saat Bung Karno berkunjung ke Bandung dan menemui Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie, Sukarno tak segan meminta uang kepada Ibrahim Adjie untuk sekedar beli sate.

Ibrahim Adjie adalah Pangdam Siliwangi periode 1960-1966 yang sangat dipercaya Sukarno.

Ceritanya, Bung Karno memiliki langganan seorang tukang sate ayam di satu sudut Jalan Asia Afrika. Setiap singgah ke Kota Bandung, pastilah dia akan makan di warung sate yang sebenarnya kondisinya sangat sederhana itu.

Priyatna Abdurrasyid (eks Jaksa Agung) masih ingat, setiap sesudah maghrib, Bung Karno akan keluar. Dengan menumpang jip dan memakai kaos putih oblong, celana pendek dan sandal, Bung Karno didampingi Brigjen Sabur (komandan Resimen Tjakarabirawa) siap keluyuran.

Demikian kisah Priyatna dalam otobiografinya, Dari Cilampeni ke New York: Mengikuti Hati Nurani (disusun oleh Ramadhan KH).

Sebelum pergi, kata Priyatna, biasanya Bung Karno akan menemui terlebih dahulu Ibrahim Adjie di Pakuan.

Begitu bertemu perwira tinggi ini, dari dalam jip Bung Karno tanpa ragu-ragu akan berteriak:

"Djie coba beri aku uang seribu rupiah! Aku mau makan sate nih…"

Tanpa banyak bicara, Pak Adjie pun akan merogoh saku celananya dan langsung memberikan uang ribuan kepada Bung Karno.



Bung Karno Termasuk Miskin Uang



Dan sekadar uang kecil untuk membeli lima ikat rambutan saja kadang dia memintanya dari ajudan atau sopir.

"Tidak aneh jika semua orang yang ada di dekatnya pada suatu kesempatan sering diminta bayarin jika di suatu tempat dia jajan buah-buahan atau makanan yang dia inginkan," kenang Maulwi Saelan, eks Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa.


Karena itulah TD Pardede, salah seorang pengusaha besar asal Medan masa itu, sama sekali tak percaya jika Bung Karno pernah korupsi.

Menurut pengusaha nasional asal Medan itu, Bung Karno termasuk 'miskin' uang.

Pernah saat menjelang kejatuhannya, Sukarno memanggil Pardede.

"Hei Pardede aku butuh duit buat bayar utang dan beli cat," katanya seperti dikisahkan oleh eks ajudannya Mangil Martowidjojo dalam buku Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967.

Diminta begitu oleh presiden-nya, tanpa banyak bertanya langsung memberikan uang sejumlah USD1000. Ketika disodori uang sejumlah itu, Bung Karno justru terkesima.

"Apa kurang, Pak?" tanya Pardede.

"Wah, banyak amat!" jawab Bung Karno dengan polosnya.

Salah seorang penulis biografi ‘Maulwi Saelan : Penjaga Terakhir Bung Karno’ melanjutkan, dengan kemampuan dan kecerdasan yang multi dimensi, Bung Karno dalam kepemimpinannya kerap kali menggunakan cara yang spontanitas dan autentik.

Contoh kecil dari aksi unik itu dilakukan Bung Karno, suatu kali waktu berkunjung ke Italia, saat iring-iringan mobil tamu negara kepresidenan yang membawa Bung Karno tiba-tiba menepi mendadak ke sebuah restoran.

Otomatis para pengawal dengan serentak ka

Dianjurkan