4 Kisah Soeharto Saat Blusukan dari Bawa Bekel Hingga Menginap di Rumah Warga
Presiden kedua Indonesia yakni Soeharto dikenal gemar melakukan blusukan ke daerah-daerah pelosok untuk melihat langsung kondisi rakyat Indonesia.
Bahkan blusukan yang mendadak seringkali membuat pejabat setempat menjadi kalang kabut karena tidak mengetahui kedatangan Soeharto.
Berikut ini adalah sejumlah kisah Soeharto saat melakukan blusukan di daerah Indonesia.
1. Membawa bekal sambal teri dan kering tempe
Ketika Soeharto melakukan blusukan di sejumlah daerah, Soeharto tidak pernah makan di restoran atau meminta dijamu oleh pejabat setempat. Rombongan kecilnya bahkan memasak nasi sendiri.
Dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, mantan ajudan Soeharto yakni Try Sutrisno mengungkapkan bahwa dalam urusan logistik saat melakukan blusukan, Soeharto dan istrinya yakni Siti Hartinah membawa beras dari Jakarta serta dilengkapi dengan sambal teri dan kering tempe.
Try mengungkapkan bahwa kondisi saat blusukan terkadang cukup memprihatinkan. Ia merasa heran melihat seorang Presiden yang menerima kondisi tersebut dengan lapang dada. Soeharto bahkan terlihat senang ketika melakukan blusukan.
2. Mengorek informasi dari petani
Pada tahun 1965, Indonesia menghadapi inflasi sebesar 500 persen. Harga beras melonjak naik hingga 900 persen, dan defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukan negara. Negara Indonesia berada di ambang kebangkrutan.
Setelah dilantik sebagai presiden pada tahun 1967, Soeharto melakukan kunjungan ke berbagai daerah. Ia mengumpulkan informasi dari petani dan menyadari bahwa sektor pertanian dan swasembada pangan menjadi kunci utama dalam memperbaiki perekonomian.
Melalui kunjungannya tersebut, Soeharto pun memahami apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pangan. Dari situlah dirumuskan Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.
3. Menyamar saat blusukan
Soeharto sebagai presiden kedua Republik Indonesia, sering melakukan penyamaran atau incognito. Ia melakukan kunjungan tak resmi ke daerah-daerah terpencil untuk melihat hasil pembangunan secara langsung.
Saat melakukan kunjungan tersebut, Soeharto biasanya hanya ditemani oleh ajudan, satu atau dua pengawal, dan dokter pribadi. Soeharto secara langsung meminta ajudannya untuk menyiapkan sebuah kendaraan yang tidak terlalu mencolok untuk perjalanannya menuju daerah yang akan ditinjau. Seperti contohnya saat kunjungan ke Jawa Barat pada tanggal 6-10 April 1970.
Soeharto berangkat dari Jakarta menggunakan mobil Toyota Hi-Ace tanpa terlalu banyak pengawalan. Bahkan, Soeharto meminta pengawalnya untuk menjaga jarak agar tidak menarik perhatian masyarakat sekitar.
Ia berpikir bahwa dengan cara tersebut, kunjungannya tidak akan terlalu mencolok. Soeharto sendiri memang tidak pernah memberi tahu rencana kunjungannya, sehingga kunjungan tiba-tiba tersebut seringkali membuat pejabat setempat terkejut dan kebingungan.
...
Presiden kedua Indonesia yakni Soeharto dikenal gemar melakukan blusukan ke daerah-daerah pelosok untuk melihat langsung kondisi rakyat Indonesia.
Bahkan blusukan yang mendadak seringkali membuat pejabat setempat menjadi kalang kabut karena tidak mengetahui kedatangan Soeharto.
Berikut ini adalah sejumlah kisah Soeharto saat melakukan blusukan di daerah Indonesia.
1. Membawa bekal sambal teri dan kering tempe
Ketika Soeharto melakukan blusukan di sejumlah daerah, Soeharto tidak pernah makan di restoran atau meminta dijamu oleh pejabat setempat. Rombongan kecilnya bahkan memasak nasi sendiri.
Dalam buku "Pak Harto The Untold Stories" yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, mantan ajudan Soeharto yakni Try Sutrisno mengungkapkan bahwa dalam urusan logistik saat melakukan blusukan, Soeharto dan istrinya yakni Siti Hartinah membawa beras dari Jakarta serta dilengkapi dengan sambal teri dan kering tempe.
Try mengungkapkan bahwa kondisi saat blusukan terkadang cukup memprihatinkan. Ia merasa heran melihat seorang Presiden yang menerima kondisi tersebut dengan lapang dada. Soeharto bahkan terlihat senang ketika melakukan blusukan.
2. Mengorek informasi dari petani
Pada tahun 1965, Indonesia menghadapi inflasi sebesar 500 persen. Harga beras melonjak naik hingga 900 persen, dan defisit anggaran belanja mencapai 300 persen dari pemasukan negara. Negara Indonesia berada di ambang kebangkrutan.
Setelah dilantik sebagai presiden pada tahun 1967, Soeharto melakukan kunjungan ke berbagai daerah. Ia mengumpulkan informasi dari petani dan menyadari bahwa sektor pertanian dan swasembada pangan menjadi kunci utama dalam memperbaiki perekonomian.
Melalui kunjungannya tersebut, Soeharto pun memahami apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pangan. Dari situlah dirumuskan Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun.
3. Menyamar saat blusukan
Soeharto sebagai presiden kedua Republik Indonesia, sering melakukan penyamaran atau incognito. Ia melakukan kunjungan tak resmi ke daerah-daerah terpencil untuk melihat hasil pembangunan secara langsung.
Saat melakukan kunjungan tersebut, Soeharto biasanya hanya ditemani oleh ajudan, satu atau dua pengawal, dan dokter pribadi. Soeharto secara langsung meminta ajudannya untuk menyiapkan sebuah kendaraan yang tidak terlalu mencolok untuk perjalanannya menuju daerah yang akan ditinjau. Seperti contohnya saat kunjungan ke Jawa Barat pada tanggal 6-10 April 1970.
Soeharto berangkat dari Jakarta menggunakan mobil Toyota Hi-Ace tanpa terlalu banyak pengawalan. Bahkan, Soeharto meminta pengawalnya untuk menjaga jarak agar tidak menarik perhatian masyarakat sekitar.
Ia berpikir bahwa dengan cara tersebut, kunjungannya tidak akan terlalu mencolok. Soeharto sendiri memang tidak pernah memberi tahu rencana kunjungannya, sehingga kunjungan tiba-tiba tersebut seringkali membuat pejabat setempat terkejut dan kebingungan.
...
Category
🗞
Berita