• 2 tahun yang lalu
Bagi Soekarno, sepeda tidak hanya dianggap sebagai sarana transportasi biasa. Baginya sepeda memiliki makna yang lebih dalam sebagai alat untuk mencapai cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Saat masih menjadi siswa di HBS atau sekolah menengah atas di Surabaya pada akhir tahun 1910-an, jarak antara rumah kosnya dan sekolah sekitar 1 kilometer. Soekarno sering pergi ke sekolah dengan berjalan kaki atau naik sepeda temannya.

Dalam buku 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' Soekarno pernah mengatakan kepada Cindy Adams bahwa setiap anak memiliki sepeda, kecuali dirinya. Maka Soekarno sedikit demi sedikit menabung untuk membeli sepeda. Akhirnya ia pun berhasil membeli sepeda seharga Rp8.

Ia pun membeli sepeda Fongers yang berwarna hitam mengkilat buatan Belanda. Fongers adalah salah satu sepeda terkenal pada masa penjajahan Belanda di Hindia Belanda.

Soekarno telah bisa menaiki sepeda sejak remaja pada masa sekolahnya. Sepeda menjadi salah satu benda yang menjadi saksi perjalanan Soekarno melalui masa pubertasnya. Dengan menggunakan sepeda, Soekarno pernah mengajak gadis Belanda bernama Rika Melbusyeen sebagai penumpangnya.

Selain itu, Fongers milik Soekarno selalu terlihat bersinar dan menarik perhatian orang di sekitarnya. Salah satunya adalah Harsono, anak H.O.S. Tjokroaminoto, pemilik rumah kos.

Harsono pada saat itu berusia 7 tahun dan 10 tahun lebih muda daripada Soekarno. Ia pun diam-diam menggunakan sepeda Fongers tersebut. Namun sayangnya, karena kurang terampil dalam mengendarai sepeda, ia menabrak pohon dan menyebabkan kerusakan pada Fongers tersebut.

Ketika Soekarno mengetahui bahwa sepeda kesayangannya telah rusak parah, ia sangat marah. Ia bahkan menghentak pantat Harsono hingga membuatnya menangis. Namun setelah itu, Soekarno merasa bersalah atas tindakannya tersebut. Dia mulai menabung kembali dan membelikan sepeda baru dengan harga Rp8 untuk Harsono.

Setelah menyelesaikan kuliah di Bandung, sepeda sering menjadi teman setia Soekarno. Baik dalam perjalanan saat kuliah, ke rumah teman atau tempat-tempat yang menenangkan di Bandung untuk melepaskan kepenatan.

Sepeda juga menjadi kendaraan yang membawanya dalam pertemuan-pertemuan bersejarah serta menjadi dasar ideologi bagi para pengikutnya. Suatu kali, Soekarno membolos kuliah dan berkeliling Bandung dengan sepedanya.

Sejak masa muda, Soekarno telah terlibat dalam gerakan nasional. Ia belajar banyak hal dari Haji Omar Said Tjokroaminoto, pemilik kosnya dan juga menjadi ayah mertuanya di Surabaya. Sejak masa mudanya, Soekarno menjadi musuh pemerintah kolonial.

Sepeda juga menjadi saksi bisu yang mengantarkannya ke berbagai pertemuan politik yang sangat tidak disukai oleh aparat hukum kolonial. Sepeda tidak hanya mengantarnya ke kampus, tetapi juga ke rumah-rumah teman-teman yang terlibat dalam gerakan nasional yang ia ikuti.

Sepeda juga menjadi alat untuk membantu Soekarno menghindar dari aparat kolonial.

...

Dianjurkan