Warga Jepang dan China Ogah Punya Momongan, Indonesia Mulai Ikut-ikutan Tren-nya

  • tahun lalu
Seiring dengan menurunnya angka populasi di Jepang dan China, ternyata Indonesia juga sudah
mulai mengikuti tren yang sama.

Ternyata nih, menurut data World Population Prospects, pada 1990 TFR Indonesia masih di level
3,10.

Artinya, setiap satu orang perempuan rata-rata melahirkan tiga anak sepanjang masa reproduksinya.

Kemudian di tahun-tahun berikutnya TFR bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada tahun lalu.

Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64% selama periode 1990-2022.

Kendati ada penurunan angka kelahiran, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) menilai Indonesia tidak mengalami resesi seks.

Buktinya, di Indonesia, dalam satu tahun yang lahir hampir 4,8 juta anak. Jadi jauh dari resesi seks,
kalau diterjemahkan sebagai penurunan atau ketidakinginan punya anak.

BKKBN menyebutkan, orang mau berkeluarga di Indonesia cenderung untuk prokreasi atau
mendapatkan keturunan itu hampir 99 persen.

Karena katanya nih, kalau ditanya ke pasangan usia subur atau orang yang baru menikah, tujuannya
pasti prokreasi.

Jika ditelisik kembali, dipastikan bahwa rata-rata satu perempuan di Indonesia masih melahirkan satu
anak perempuan juga.

Jadi tidak perlu khawatir untuk terjadi resesi dari sisi reproduksi.

Namun demikian, saat ini perempuan Indonesia cenderung menikah di usia yang lebih tua.

Rata-rata usia perempuan yang menikah pertama kali di tahun 2021 berusia 22 tahun.

Sementara sekitar 5-10 tahun lalu, rata-rata usia perempuan menikah 20 atau 21 tahun, bahkan di
bawah itu.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) juga mengungkapkan, Indonesia bisa
terancam mengalami penurunan angka kelahiran, jika tidak ada strategi kebijakan untuk
meningkatkan pertumbuhan populasi.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menjelaskan, terdapat tiga skenario perhitungan
proyeksi penduduk Indonesia pada 2020 hingga 2050.

Pertama, skenario dengan tren tanpa adanya kebijakan, skenario moderat, dan skenario optimis.

Nah, berdasarkan skenario dengan tren tanpa adanya kebijakan, hasilnya angka kelahiran total atau
total fertility rate TFR di Indonesia bisa terus menyusut hingga di angka 1,9 pada 2045.

“Skenario tren tanpa ada kebijakan, hasilnya adalah nilai TFR terus menurun sampai 1,9 di tahun
2045 diiringi dengan infrant mortality rate/IMR (angka kematian bayi) mencapai 7,85,” jelas Suharso
belum lama ini.

Sebagai gambaran, fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah penduduk
disamping migrasi.

Apabila angka fertilitas lebih besar daripada angka mortalitas, maka pertumbuhan penduduk
menjadi positif, maka otomatis jumlah penduduk akan lebih banyak.

Begitu pun sebaliknya, jika angka mortalitas lebih tinggi dibandingkan angka fertilitas, maka
berpengaruh negatif terhadap demografi.

Semakin meningkat jumlah kematian, maka pertumbuhan penduduk akan semakin rendah.

...

Dianjurkan