• tahun lalu
Pelemparan granat kepada Sukarno di Sekolah Perguruan Cikini (Percik) pada 1957 silam, menjadi 1 dari 7 percobaan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno.

Ketika Insiden Cikini terjadi, Megawati yang saat itu masih sekolah dasar (SD) ada di lokasi kejadian.

Soekarno sebagai orang tua murid dari Megawati dan Guntur Soekarnoputra, sedang menghadiri acara amal dalam rangka ulang tahun ke-15 Sekolah Rakyat Perguruan Cikini.

Bendahara Umum Yayasan Percik Amendi Nasution yang juga rekan sekolah Megawati menceritakan momen 'berdarah' itu. Amendi menuturkan, saat itu perayaan HUT Percik sedang berlangsung meriah.

Ketika itu Amendi dan Megawati masih duduk di bangku kelas 5 SD. Megawati berada di dalam sekolah, sementara Amendi sudah di luar menunggu Bung Karno meninggalkan lokasi.

Amendi yang sedang menunggu rombongan Bung Karno di luar sekolah tiba-tiba dikagetkan dengan suara ledakan. Awalnya, dia mengira bunyi ledakan tersebut sebagai sambutan akhir untuk Bung Karno.

Suasana meriah berubah menjadi mencekam namun tak disangka, saat menginjakkan kaki di luar gedung presiden Soekarno diserbu oleh 6 lemparan granat yang 5 di antaranya meledak seketika.

Akibatnya, 10 orang meninggal dunia dan 48 lainnya luka-luka. Salah satu korban jiwa adalah pengawal presiden, dan banyak anak-anak yang mengalami luka parah. Soekarno sendiri selamat dari tragedi tersebut.

Salah satu yang selamat dari peristiwa itu adalah Megawati Soekarnoputri, yang saat itu berada di dalam sekolah. Pada saat itu Megawati menjaga pameran, sementara Guntur menjaga wahana permainan.

Dalam sebuah kesempatan, Megawati menceritakan kisahnya saat mengalami tragedi tersebut. Mega mengatakan, bahwa ia sedang bermain dengan teman-temannya di ruang kelas. Ketika mendengar suara ledakan, ia tidak menyadari bahwa itu adalah granat yang meledak.

"Saat itu ada acara ulang tahun sekolah. Saya sedang bermain dengan teman-teman saya di ruang kelas. Tiba-tiba saya dengar suara ledakan. Saya pikir itu petasan. Saya tidak tahu kalau itu granat," kata Megawati.

Megawati kemudian melihat ayahnya keluar dari gedung sekolah dengan wajah pucat dan baju berlumuran darah.

Ia mengira ayahnya terluka parah, tetapi ternyata darah itu berasal dari korban lain yang terkena ledakan granat.

Soekarno kemudian memeluk Megawati dan Guntur dan membawa mereka ke mobilnya untuk meninggalkan lokasi kejadian.

"Saya lihat ayah saya keluar dari gedung sekolah dengan wajah pucat dan baju berdarah. Saya kira ayah saya terluka parah," katanya.

"Ternyata darah itu bukan darah ayah saya, tetapi darah orang lain yang terkena ledakan granat. Ayah saya memeluk saya dan kakak saya dan membawa kami ke mobilnya," ujar Megawati.

Megawati mengaku sangat sedih melihat banyak teman-temannya yang menjadi korban ledakan granat itu. Ia mengatakan bahwa ratusan korban itu kebanyakan adalah murid Percik, termasuk yang meninggal dunia dan luka-luka. Ada juga yang cacat seumur hidup akibat insiden tersebut.

...

Dianjurkan