CHIEF TALK: UNJ Sikapi Syarat Kelulusan Tak Lagi dengan Skripsi

  • last year

Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof. Komarudin menyikapi syarat kelulusan mahasiswa tidak lagi melalui skripsi. Di UNJ sendiri jalur kelulusan terdiri dari tiga, yakni jalur tesis/skripsi, makalah, dan ujian komprehensif. UNJ melakukan penyesuaian, dengan menggunakan dua jalur dengan skripsi dan tugas akhir.

 

Sementara dalam menghadapi mahasiswa dan dosen, Prof. Komarudin mempunyai cara sehingga harmonisasi dapat terbentuk. Konsep kepemimpinan yang ia terapkan, di antaranya editional leadership kepemimpinan yang mendidik, kepemimpinan transformasional, dan kolegial leadership.  

 

Reporter: Bayu Pradhana

Category

🗞
News
Transcript
00:00 [MUSIK]
00:08 Tapi salah satu yang mencolok adalah bagaimana syarat kelulusan ini tidak lagi skripsi.
00:13 Oh iya.
00:14 Nah ini juga mencuri perhatian mungkin sama teman-teman mahasiswa di luar sana.
00:17 Ini seperti apa Prof sebenarnya Prof?
00:19 Mungkin cerita UNJ ya.
00:21 UNJ itu di jaman IKIP, di jaman rektornya Bukoni, itu jalur lulus itu ada tiga.
00:28 Oke ada tiga.
00:29 Ada jalur tesis, itu sebenarnya skripsi sekarang.
00:32 Ada jalur makalah, ada jalur ujian komprehensif.
00:35 Jadi kalau mau lulus dengan ujian komprehensif nggak usah nulis apapun.
00:39 Setelah ada ujian komprehensif, selesai.
00:41 Itu dulu disebutnya jadul melundung.
00:44 Yang kedua jalur makalah, dia bikin paper kecil saja, makalah saja.
00:49 Lulus.
00:50 Yang ketiga adalah tesis atau skripsi itu tadi.
00:53 Jadi bukan suatu yang baru, kami siap dengan kebijakan ini.
00:58 Tetapi pandangan umum juga sebagai seorang sarjana sepatutnya ada kemampuan menulis.
01:07 Kemampuan menulis, paling tidak menulis laporan.
01:09 Oleh karena itu, kalaupun tidak skripsi, paling tidak tugas akhir lah.
01:14 Semacam tugas akhir sebagai bagian dari proses akademik itu saya kira perlu.
01:20 Implementasinya seperti apa untuk UNJ?
01:23 Tadi katanya siap sekali untuk menyambut transformasi-transformasi ini.
01:27 Oke, jadi kami segera melakukan penyesuaian.
01:31 Jadi paling tidak dua jalur ya.
01:35 Dua jalur, tadi ada skripsi, lalu ada tugas akhir.
01:39 Nah tugas akhir ini terutama adalah bidang-bidang praktek.
01:43 Bidang-bidang praktek, menghasilkan karya-karya misalnya ada seni rupa, olahraga, kemudian seni musik,
01:51 kemudian juga ada kuliner dan sebagainya itu kan dalam bentuk karya.
01:55 Boleh itu, tapi dituliskan ada narasinya.
01:58 Apa sih, seperti apa sih, bagaimana sih yang dihasilkan itu, buatkan narasinya itu menjadi tugas akhir.
02:04 Jadi satu paket kira-kira seperti itu.
02:07 Membuat narasi dari karya-karya yang dihasilkan.
02:11 Apakah nanti juga ada seperti defense, seperti sidang skripsi?
02:17 Ya mungkin proses itu ada, walaupun mungkin tidak menjadi sesuatu yang menakutkan lah kira-kira begitu.
02:24 Dan kalau itu karya pribadi, dia mempresentasikan karyanya kan sebagai sesuatu kebanggaan.
02:30 Nah ketika ada pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan karyanya, saya kira sudah menjadi sesuatu yang wajar lah.
02:37 Kira-kira begitu.
02:39 Wah banyak sekali transformasi dan sepertinya WNJ ini siap sekali.
02:43 Prof sendiri baru dilantik, ini melihat transformasi dan juga bagaimana sih, Prof saya penasaran.
02:49 Prof seorang rektor ini memimpin banyak sekali manusia, ada dosen, lalu juga ada mahasiswa dari generasi ke generasi.
02:57 Seperti apa challenge-nya?
03:00 Ya menghadapi manusia itu tidak seperti menghadapi barang mati.
03:05 Karena mereka hidup, punya keinginan, dan yang lebih kurat itu punya kepentingan.
03:11 Nah kepentingan itu tidak semuanya sejalan, ada juga yang tidak sejalan.
03:16 Tapi bagaimanapun seorang leader, seorang pemimpin, bagaimana mengharmonisasi perbedaan-perbedaan yang ada.
03:24 Baik dari dosen, tendik, maupun mahasiswa.
03:27 Menjadi sesuatu kekuatan yang bisa mendorong, menggerakkan WNJ menuju visi-visinya.
03:37 Untuk mencapai tujuannya.
03:39 Nah itu tentu dibutuhkan kepimpinan, cara-cara memimpin.
03:43 Kalau saya sendiri memang selama ini menerapkan beberapa konsep kepimpinan.
03:49 Diantaranya adalah educational leadership, kemimpinan yang mendidih, lalu transformasional leadership, kemimpinan transformasional, kolegial leadership.
04:00 Kata kuncinya adalah memimpin dengan hati.
04:04 Tidak hanya sekedar dengan otak, tapi memimpin dengan hati.
04:08 Kita memecahkan segala permasalahan selalu bersama dengan kolega yang lain.
04:15 Lalu kemudian juga menghasilkan sesuatu keputusan bersama untuk dilaksanakan bersama.
04:22 Kalau kita menghargai mereka, kemudian memberikan tempat yang setara dengan mereka.
04:29 Insyaallah mereka juga akan bersatu dengan kita untuk selalu kompak menjalankan roda organisasi.
04:36 Mewujudkan sistem gotong royong tadi ya.
04:40 Visi-visi ini bukan hanya visi-visi kampus saja, tapi juga sebagai akademisi mempeliki tawaran jawab untuk membentuk manusia.
04:48 Untuk nantinya bisa mengabdi kepada bangsa dan negara, atau kembali ke masyarakat.
04:53 Challenge ini seperti apa? Prof saya ingin tahu.
04:56 Ya itu harus tertuang di dalam program pendidikannya, termasuk di dalam kurikulum.
05:02 Karena lulusan UNJ itu dia sekedar dia mampu untuk bekerja.
05:08 Tapi bagaimana berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.
05:12 Oleh karena itu, program pendidikan, kurikulum yang ada di kita memberikan bekal kemampuan dan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
05:22 Bagaimana seorang warga negara yang baik, maka dia harus memiliki bekal bagaimana tentang kenegaraan kita.
05:30 Bagaimana kondisi bangsa kita, bagaimana visi bangsa kita ke depan dan seterusnya.
05:36 Sehingga dia nanti ketika di dalam dunia kerja, dia bisa berkontribusi bukan hanya untuk tempat kerjanya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara.
05:44 Jadi selalu dikaitkan dengan kepentingan bangsa dan negara. Itu harapan kami seperti itu.
05:49 Artinya ada nilai-nilai yang juga ditanamkan kepada Basti. Nilai budi pekerti?
05:54 Budi pekerti, karakter, kan kita ada mata kuliah umum, mata kuliah kependidikan yang sifatnya umum, ada mata kuliah bidang studi.
06:02 Jadi tiga komponen tadi itu memberikan bekal yang insyaallah cukup kepada lulusan kita untuk bisa berkontribusi untuk pengembangan tempat kerjanya, juga untuk bangsa dan negara.
06:16 Hanya yang beda adalah kesempatannya. Apakah ada kesempatan bagi lulusan kita untuk bisa masuk ke sana.
06:22 Dan itu memang harus kita rebut juga kadang-kadang.
06:25 (Music)

Recommended