CHIEF TALK: Kisah Prof Komarudin, dari Anak Petani Jadi Rektor

  • last year

Sosok Prof Komarudin dikenal sebagai Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Baru-baru ini bahkan dia baru saja dilantik kembali menjadi Rektor UNJ untuk periode 2023-2027 oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim. 

 

Prof. Komarudin sendiri berasal dari keluarga petani kecil yang mengalami kesulitan ekonomi, yang juga bekerja sebagai pengumpul sekam atau kulit padi, yang oleh orang setempat di penggilingan padi sekitar Jatibarang disebut "dedek," sehingga kemudian ayahnya dikenal dengan istilah "tukang dedek".

 

Reporter: Bayu Pradhana

Category

🗞
News
Transcript
00:00 [MUSIK]
00:08 Bicara soal karakter, saya menariknya untuk membicarakan terkait karakter Prof. Kumarudin secara personal.
00:15 Apakah betul Prof. Kumarudin dibesarkan dari seorang petani yang hebat?
00:21 Kalau dibilang kami itu lebih banyak otodidak belajar dari kehidupan. Karena orang tua saya tidak sekolah, tidak lulus, putah huruf, kedua orang tua saya.
00:37 Saya sedih dengan kondisi itu, beda dengan beberapa teman yang lain. Tapi kalau di kampung dulu sih sebagian besar memang begitu.
00:46 Saya belajar dari kehidupan, belajar dari kanan kiri sehingga semuanya itu memotivasi saya untuk terus maju.
00:55 Motivasi yang utama bagi saya saat itu adalah saya ingin merubah nasib.
01:00 Merubah nasib?
01:01 Merubah nasib dari kepapaan, dari kesengsaraan dengan potensi yang ada pada diri saya, saya harus mengubah itu.
01:09 Maka di dalam proses pendidikan pun saya berusaha menjadi yang terbaik. Itu selalu, dulu sekarang sih tidak.
01:16 Kalau dulu di SD, walaupun banyak main, saya berusaha ingin menjadi yang terbaik.
01:22 Dan Alhamdulillah jadi lulusan terbaik.
01:24 Di SMP banyak lulusan terbaik dari SD di wulaiah kecamatan Jatibarang dan lain-lainnya.
01:30 Dan saya dinasihati oleh Wakil Kepala Sekolah, selama ini tidak ada yang juara dari Jatibarang, adanya dari kecamatan lain.
01:38 Itu motivasi juga.
01:39 Dan ternyata memang dalam proses itu saya agak minder, tapi saya punya tekat tadi, ingin menjadi yang terbaik.
01:46 Dan Alhamdulillah lulusan terbaik juga di SMP.
01:49 Dan itu SD SMP itu penuh dengan kesengsaraan.
01:54 Kenapa? Karena kondisi kelangkaan tadi dari sisi ekonomi.
01:59 Banyak membantu orang tua, banyak membantu kakak.
02:03 Orang-orang pada setiap hari dapat jajan, saya sekolah nggak pernah ada jajan.
02:09 Membawa bekal juga? SD nggak ada. SD SMP itu saya nggak ada uang jajan dari orang tua.
02:13 Makan di rumah berarti?
02:15 Ya makan di rumah seadanya aja.
02:17 Jadi itu sampai SMP ya.
02:20 Ketika SPG, Alhamdulillah saya kan punya warung, dari warung itu saya bantu, akhirnya ada bekal-bekal.
02:29 Kemudian lulus SPG, saya dinasehatin oleh guru saya, jangan hanya lulus SPG jadi guru SD,
02:38 tapi kamu punya potensi bagus, harus melanjutkan kuliah.
02:41 Itu menjadi motivasi sehingga akhirnya saya kuliah.
02:44 Menarik sekali ini ya.
02:45 Ayah ini seorang petani, petani dedek ya?
02:49 Ayah saya petani kecil, punya sawah yang tidak mencukupi untuk penghidupan setahun.
02:55 Makanya kerja. Kerjanya itu adalah mengambil dedek.
02:59 Dedek itu adalah kulit padi di penggilingan.
03:03 Dedek itu kalau di kampung saya itu ada dedek wadak, dedek lembut.
03:07 Dedek wadak itu yang kasar gitu, dijual untuk jadi bahan bakar.
03:11 Bahan bakar bagi pedagang tahu, di pedagang tempe, di kampung saya itu banyak yang pedagang-pedagang gitu.
03:18 Kalau di penggilingan padi nggak ada dedek, ya nggak kerja.
03:21 Itulah yang menyebabkan pada suatu ketika saya pengen jajan,
03:28 sampai ngerogok-rogok kantong ayah saya, nyata nggak ada uang.
03:33 Dari situ saya sadar bahwa saya harus menghidupi diri sendiri.
03:38 Maka cari uang jajan itu, main gundu, main klereng, main biji asem, main karet.
03:45 Dan alhamdulillah saya banyak menang dari jajan saya itu dari begitu.
03:49 Jadi dari itu, dari SD ya, dari kecil di SD,
03:54 waktu SMP banyak belajar, tidak banyak main.
03:59 Belajar itu sampai jam 12 lebih, bahkan otak saya sebenarnya sih sampai lulus itu sudah keberatan lah.
04:08 Hape panas, karena sempat berbentur-benturkan kepala di tembok gitu.
04:12 Saking terlalu banyaknya belajar, jadi sakit.
04:16 Tapi ya hasilnya alhamdulillah sih, kira-kira begitu.
04:18 Jiwa kumpatis ini sudah ada di jiwa Profesor sejak gini ya?
04:21 Ada, karena saya memang suka organisasi, suka aktivitas sejak kecil.
04:26 Tapi dulu juga membantu ayah Prof?
04:29 Bantu, ya di sawah itu kan kalau libur pasti saya ke sawah.
04:35 Oke, libur juga ikut bercocok tanah.
04:38 Jadi ada nanam, ada menyiangi, ada memanen sampai menjemur padi.
04:52 Kemudian ya sampai ujung, dari awal sampai akhir lah gitu.
04:57 Dan satu motivasi bagi saya itu ketika menggeluti tani itu ada sesuatu yang menyebabkan saya harus berpindah haluhan.
05:08 Karena mikul padi dari sawah ke rumah itu, gatal, bikin gatel.
05:15 Apalagi jemur padi itu, kalau sudah jemur padi kan ada debunya, itu bikin gatel luar biasa.
05:21 Saya mikir nih kalau terus-terusan begini saya nggak kuat kayaknya.
05:25 Makanya saya harus lanjut sekolah dan harus mengubah nasib.
05:29 Nah itu satu motivasi.
05:31 Dari bertani sampai bisa mengajar, menjadi seorang guru juga artinya kan ya.
05:37 Seperti apa, Papa memang pernah diajak mengajar atau seperti apa akhirnya?
05:40 Saya kan lulusan SMP itu terbaik ya, bahkan ada nilai 10 waktu itu.
05:46 Untuk mata pelajaran IBA, wali kelas saya menyarankan masuk ke SMA di Jerbon.
05:51 Yang favorit pun kamu pasti masuk.
05:53 Cuma saya berpikir orang tua nggak mampu, saya harus lanjut sekolah yang bisa kerja cepat.
05:58 Maka saya milih SPG.
06:00 Nah ketika di SPG, saya juga masih galo itu 3 bulan itu.
06:06 Antara iya apa tidak.
06:07 Makanya setiap hari kalau naik mobil, call dulu itu, mabok terus.
06:12 Walaupun sebelum masuk sekolah saya nggak mau terlambat.
06:15 Memang ada rada disiplin dari dulu.
06:17 Di masjid sebelum masuk, mikir-mikir.
06:19 Setelah 3 bulan saya berpikir, saya ini sudah di SPG kenapa harus galo, harus ragu.
06:25 Maka saya putuskan hari itu juga saya harus serius fokus ke sekolah di SPG.
06:31 Dari situ besok-besoknya nggak pernah mabok lagi naik mobil itu.
06:35 Alhamdulillah.
06:36 Dan dari situ saya menikmati ya kuliah di SPG.
06:40 Saya belajar banyak tentang pedagogi, tentang psikologi.
06:45 Itu ternyata membuat hati saya menjadi tenang dan menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih.
06:55 Di samping saya juga aktif organisasi.
06:57 Ada Prabuka, ada kemudian mendirikan PMR, lalu jadi Ketua OSIS.
07:02 Nah 2 kegiatan itu terjadi kesimbangan.
07:04 Nah disitulah yang mendidik saya menjadi guru di SPG itu.
07:08 Kepribadian guru itu terbentuk di SPG.
07:12 Lalu saya praktek kemudian sampai lulus dan lulus pun terbaik.
07:15 Lalu disarankan kuliah.
07:17 Nah ketika kuliah karena ketidakmampuan ekonomi, saya berpikir cari pekerjaan lah gitu.
07:22 Nyambi-nyambi gitu.
07:24 Pernah mau menjadi tukang bajaj gitu, kuliah bangunan.
07:29 Tapi akhirnya mengajar.
07:32 Di tahun ke-2, ke-3 itu saya mengajar.
07:36 Dan mengajar itulah yang menyambung hidup dan sampai lulus kuliah di IKIP Jakarta.
07:42 Dari mulai bertani hingga akhirnya juga mengajar dan lain halnya banyak sekali sampai organisasi.
07:48 Saya sendiri bingung tadi bagaimana Prof ini bisa mengatur waktu.
07:52 Tapi Prof di luar sana juga banyak anak-anak muda yang mungkin punya privilege,
07:56 punya keuntungan untuk mengenyam pendidikan lebih jauh lagi.
08:01 Tapi mereka enggak.
08:02 Berbeda dengan Prof dengan keterbatasan tapi Prof yakin untuk merubah hidup hingga akhirnya bisa menjadi rektor.
08:08 Ada enggak yang mau disampaikan mungkin untuk anak-anak di luar sana gitu?
08:12 Iya.
08:13 Berkhasiat dari pengalaman pribadi.
08:17 Karena dulu waktu saya di Jati Barang juga banyak orang kaya yang anaknya tidak selesai kuliah.
08:23 Padahal tadi privilege juga ada.
08:25 Kata kuncinya adalah motivasi.
08:29 Motivasi hidup yang mendorong kita untuk bisa lebih baik.
08:34 Itu kata kuncinya.
08:36 Yang kedua adalah mimpi.
08:38 Lebih lanjut kita adalah mimpi kita ingin menjadi apa sebenarnya.
08:42 Kalau kita ada mimpi seperti itu maka kita terdorong.
08:46 Motivasi kita terdorong untuk mencapai mimpi itu.
08:50 Dua hal itu saja barangkali bisa mendorong.
08:53 Sambil tentu ada cara-cara lain.
08:56 Tentu kesana itu kan perlu adaptasi, perlu interpersonal kemampuan, dsb.
09:03 Tapi dua itu menjadi modal.
09:05 Motivasi untuk lebih baik, hidup lebih baik.
09:09 Kemudian meraih mimpi menjadi apa itu saya kira kuncinya.
09:14 Harus mengetahui dulu kemana kita.
09:17 Memiliki tujuan.
09:19 Dari situ kita akan tahu jalan mana.
09:21 Wah luar biasa sekali.
09:23 Inspirasi dong Prof ya.
09:25 Menjadi challenge juga pastinya untuk anak-anak yang sekarang juga Prof.
09:29 Untuk generasi Z.
09:31 Seperti apa Prof challenge-nya?
09:33 Kalau menurut saya hidup ini bervariasi.
09:39 Hidup ini tidak sendirian.
09:43 Hidup ini banyak pengaruh lingkungan.
09:47 Oleh karena itu kita tidak bisa hidup dalam satu titik.
09:51 Tapi juga kita mengenali titik-titik yang lain.
09:54 Mengenali lingkungan-lingkungan lain.
09:56 Dan kemudian kita harus beradaptasi.
09:58 Kata kuncinya di situ.
10:00 Beradaptasi dengan berbagai lingkungan.
10:02 Dari adaptasi mudah-mudahan nanti kita bisa menguasai lingkungan itu.
10:06 Maka insya Allah itu akan berhasil.
10:08 Luar biasa Prof.
10:10 Bukan hanya orang-orang luar sana, tapi juga saya sendiri terinspirasi.
10:13 Terima kasih banyak Prof. Komarudin.
10:15 Kita doakan agar tadi dengan segala perubahan ini bisa juga tetap diwujudkan.
10:20 Supaya tetap bisa kita mencetak banyak anak bangsa yang bisa berpertih untuk bangsa dan negara.
10:26 Terima kasih sekali lagi Prof.
10:28 Sukses terus, sehat-sehat terus.
10:30 Terima kasih sudah.
10:32 Prof. Komarudin dari seorang anak petani hingga menjadi rektor.
10:39 Yang juga bukan berhenti sampai situ saja.
10:42 Tapi juga Prof. Komarudin ini berdekat untuk bisa mencetak anak-anak bangsa.
10:46 Yang nantinya bisa kembali ke bangsa dan negara.
10:49 Hingga akhirnya bisa mewujudkan Indonesia yang kemilang ke depannya.
10:54 Pemirsa itu dia Chief Talk bersama Rektor UNJ Prof. Komarudin.
10:59 Demikian saya Bayu Pradara, sampai jumpa.
11:01 [Musik]
11:03 [Musik]
11:06 [Musik]
11:08 [Musik]
11:18 [Musik]
11:28 [Musik]
11:30 [Musik]
11:37 [Musik]
11:43 [Musik]
11:51 [Musik]

Recommended