• 4 bulan yang lalu
Perempuan Dayak Bertengger di Dahan Pisang, Usai Pemakaman Massal Korban Kerusuhan Rasial 1998, Provinsi Kalimantan Barat. Simak Saksi Denny Purwanto, Anak Romelah, Saksi Sejarah Pemakaman Massal di Sasanalaya, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat!

PONTIANAK, DIO-TV.COM, Jumat, 2 Agustus 2024 – Seorang perempuan Dayak bertengger di dahan pisang di Provinsi Kalimantan Barat tahun 1998.

Perempuan Dayak bertengger di dahan pisang, pasca pemakaman massal korban kerusuhan rasial 1998.

Dimana ratusan tewas insiden Anjongan di Kabupaten Mempawah diangkut menggunakan truk terbuka, dimakamkan di Sasanalaya Sungai Raya.

Ratusan korban konflik komunal antar etnis Dayak dan Madura, dimakamkan di dua liang lahat ,1 liang lahat Muslim dan 1 liang lahat Kristen.

“Seorang perempuan setengah baya, lincah, menggunakan baju adat Dayak,” kata Denny Purwanto, Kamis, 1 Agustus 2024.

Denny Purwanto mendapat penjelasan dari ibunya, Romelah, bersama Panggi, sebagai petugas pemakaman di Sasanalaya Sungai Raya.

Pemakaman Sasanalaya terletak di belakang Kodam XII/Tanjungpura, Gang Purnawirawan, Jalan Mayor Mohammad Alianjang, Desa Sungai Raya.

Desa Sungai Raya berada di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat.

Menurut Denny Purwanto, suasana mencekam selama kerusuhan rasial Dayak dan Madura terjadi di Provinsi Kalimantan Barat tahun 1998.

Menjelang tengah malam, petugas dari Korem 121/Alambhana Wanawai mendatangi Romelah dan Panggi, tentang rencana pemakaman massal.

Ratusan tewas insiden Anjongan, dibawa dengan 2 truk milik TNI AD, masing-masing 1 truk korban etnis Dayak dan 1 truk korban etnis Madura.

Pemakaman massal ratusan korban etnis Dayak dalam satu liang lahat dilakukan di lokasi pemakaman Kristen Sasanalaya.

Kapten Pendeta Drs Junias Lantik, rohaniawan Kristen dari Korem 121/Alambhana Wananai, pimpin pemakaman ratusan warga Dayak.

Korban dari etnis Madura dimakamkan sesuai tradisi Muslim di lokasi pemakaman Muslim yang lokasinya berdekatan dan selesai jelang subuh.

Denny Purwanto menjelaskan, sekitar pukul 7 pagi, ibunya, Romelah, didatangi seorang perempuan Dayak setengah baya.

Penampilannya lincah, setelah bertengger di dahan pohon pisang, terbang ke rumah, sambil menari-nari, tapi Romelah merasa risih.

Karena tercium bau amis dan sekujur tubuh berlumuran darah.

Perempuan Dayak bertengger di dahan pisang, menegur Romelah agar tidak boleh risih, karena suaminya Peltu Aloysius Nehat Hidayat orang Dayak Kalimantan Barat.

“Ibu saya langsung minta maaf,” kenang Denny Purwanto.

Perempuan Dayak bertengger di dahan pisang, mengucapkan terimakasih kepada Romelah, karena bersedia lakukan pemakaman layak para korban.

Usai mengucapkan terimakasih, perempuan Dayak bertengger di dahan pisang, melompat ke luar, sambil menari-nari.

Setelah beberapa saat kembali bertengger di dahan pohon pisang, perempuan Dayak setengah baya langsung menghilang.***

Category

🗞
Berita

Dianjurkan