Untung Rugi Pemberlakuan Cukai Minuman Berpemanis

  • last month
Pemerintah berencana mengenakan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), mulai tahun 2025. Adapun berdasarkan Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN 2025, pemerintah menargetkan penerimaan cukai Rp244,198 miliar atau tumbuh 5,9%. Optimalisasi penerimaan cukai pada tahun pertama kepemimpinan Prabowo Subianto itu akan dilakukan melalui ekstensifikasi cukai yang dilakukan terbatas pada MBDK.

Pengenaan cukai terhadap MBDK bertujuan untuk mengendalikan konsumsi gula hingga pemanis yang berlebihan, serta untuk mendorong industri untuk reformulasi produk MBDK yang rendah gula. "Akhirnya diharapkan dapat mengurangi eksternalitas negatif bagi kesehatan masyarakat yaitu dengan menurunnya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) pada masyarakat," tulis dokumen tersebut.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Intro
00:04Intro
00:12Ya pemerintah menegaskan rencana pembelakuan cukai untuk minuman berpemanis
00:17dalam kemasan mulai tahun 2025 mendatang dan saat ini kementerian keuangan berkoordinasi
00:23untuk menyempurnakan kebijakan dan aturan pengenaan cukai tersebut.
00:28Pemerintah kembali membuka peluang pengenaan cukai minuman berpemanis
00:34dalam kemasan atau MBDK mulai tahun 2025 mendatang.
00:38Langkah tersebut menjadi bagian dari target penerimaan cukai di 2025
00:42sebesar 244,198 miliar rupiah atau naik 5,9 persen dari proyeksi tahun ini.
00:50Saat ini kementerian keuangan melalui Direkturat Jenderal Badan Cukai
00:53serta Badan Kebijakan Fiskal terus berkoordinasi untuk menyempurnakan
00:57kebijakan pengaturan cukai terhadap MBDK.
01:00Kementerian keuangan pun tengah menunggu keputusan pemerintah
01:03untuk menyusun peraturan tersebut baik melalui izin prakarsa dari Presiden
01:08maupun melalui program penyusunan peraturan pemerintah.
01:12Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkiu Febrio Natan Kacaribu mengungkapkan
01:16rencana pengenaan cukai tersebut masih harus dibahas pemerintah bersama DPR.
01:21Febrio menambahkan pengenaan cukai MBDK dilakukan untuk mengendalikan konsumen
01:25minuman berpemanis yang jika berlebihan bisa menjadi sumber penyakit.
01:30Selain itu pengenaan cukai terhadap MBDK juga untuk mendorong industri
01:33untuk reformulasi produk MBDK yang rendah gula.
01:37Berbagai sumber, IDX Channel.
01:45Ya, pemirsa untuk membahas tema kita kali ini terkait dengan untung rugi
01:48pemberlakuan cukai minuman berpemanis.
01:50Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Mas Arief Rohman,
01:53Ketua HIPMI Tech Center dan juga Bapak Triyono Priyo Susilo,
01:57Ketua Umum Industri, maksud kami Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman atau ASRIM.
02:02Selamat pagi Mas Arief dan juga Pak Triyono.
02:04Selamat pagi Mas Pras, pagi Pak Triyono.
02:08Selamat pagi Mas Arief.
02:09Baik, terima kasih atas waktunya disempatkan.
02:11Sebelum membahas lebih jauh, Pak Triyono mungkin bisa diupdate terlebih dahulu
02:14seperti apa sih kondisi dari industri minuman saat ini.
02:17Seperti apa juga iklim usaha dan pangsa pasarnya? Silahkan.
02:22Baik, terima kasih sekali atas kesempatannya.
02:24Jadi memang kondisi industri minuman saat ini kalau saya bisa sampaikan memang belum baik-baik saja.
02:30Kita tahun lalu pertumbuhan di industri minuman itu kurang lebih
02:36kalau kita keluarkan minuman air AMDK itu kurang lebih minus 2,3 persen.
02:42Jadi kalau kita bayangkan sebenarnya masih belum kembali dari masa-masa pandemi.
02:48Di masa 2020-2022 itu pertumbuhannya 0 persen.
02:53Jadi kalau kita lihat sebenarnya 4 tahun terakhir kita melihat bahwa sebenarnya industrinya lagi ada kontraksi.
02:58Kemudian tahun ini, tahun ini memang di awal semester pertama
03:04ini memang ada sedikit kenaikan karena di dukung oleh lebaran
03:07dan juga adanya Piltes pemilu.
03:11Jadi mau gak mau ada sedikit pertumbuhan, alhamdulillah itu kurang lebih antara 2-3 persen.
03:15Tapi memang outlook ke depannya sampai akhir tahun ini kita mesti berhati-hati juga
03:20karena kalau kita lihat sebenarnya daya beli masyarakat masih belum tumbuh.
03:23Kita lihat sebenarnya harga-harga barang-barang pokok itu banyak yang naik
03:27dan mau gak mau industri minuman yang menandakan produk yang sifatnya sekunder
03:31ini bukan produk primer, mau gak mau akan menjadi pertimbangan, bukan pertimbangan pertama dalam pembelian produk.
03:37Sehingga kami sangat berhati-hati melihat bagaimana outlook untuk sampai dengan akhir tahun ini.
03:42Nah, di dalam konteks itu, memang bagaimana dengan iklim industrinya?
03:47Dan ini juga masih menjadi tantangan menurut kami.
03:50Karena kami melihat memang terutama banyak sekali isu-isu terkait dengan regulasi
03:54yang sudah mulai timbul. Tahun depan kita pahami akan ada PPN 15 persen,
03:59kenaikan PPN, mau gak mau itu juga akan menjadi pertimbangan bagi konsumen.
04:03Kemudian kita juga pahami terkait dengan isu yang selalu diangkat yaitu mengenai cukai, minuman beruang manis.
04:09Jadi itu menjadi challenge bagi industri, menjadi threat bagi industri.
04:16Bagaimana bisa menghadapinya di masa depan.
04:20Baik, tapi pelaku industri sendiri sudah cukup lapang dadang Pak Trihono,
04:24menerima dengan beragam kebijakan dari sisi penerima negara,
04:27begitu ada PPN 12 persen, kemudian cukai beruang manis, begitu.
04:32Anda melihat bagaimana minuman beruang manis sendiri melihat kebijakan-kebijakan saat ini?
04:37Ya baik, terus untuk PPN kami tidak bisa bicara banyak karena memang itu menyakuk ke seluruh sektor.
04:43Jadi mau gak mau dampaknya akan sangat terasa di seluruh sektor,
04:47itu akan memang berdampak negatif terhadap daya beli masyarakat.
04:51Terkait dengan cukai, ini menurut kami perlu hati-hati sekali.
04:54Karena apa? Bahasa yang selalu dibawa oleh pemerintah adalah terkait dengan isu kesehatan.
05:00Bagaimana cukai ini bisa membantu untuk memitigasi
05:04ataupun mengelola resiko penyakit tidak menular.
05:07Nah, tapi kita perlu lihat secara utuh sebenarnya, konsumsi masyarakat itu datang dari mana saja.
05:12Kalau kita lihat secara utuh, konsumsi bahasa di Indonesia,
05:15konsumen Indonesia itu mengkonsumsi pangan,
05:18itu ada dua bagian, itu pangan olahan dan pangan non-olahan.
05:21Industri minuman, siap saji, yaitu industri minuman dalam kemasan itu bagian daripada pangan olahan.
05:27Pangan olahan hanya 30 persen kontribusinya.
05:3070 persen adalah datang dari pangan non-olahan.
05:34Nah, artinya apa?
05:36Artinya, kalau memang pemerintah tetap berkekeh untuk menerapkan cukai minuman atau manis
05:41dengan asumsi bahwa ini bisa memperbaiki tingkat kesehatan masyarakat,
05:46kami melihatnya sebagai hal yang mustahil.
05:48Karena apa? Karena yang bagian non-olahannya tidak di-cover.
05:51Karena hanya membidik bagian yang sangat sempit.
05:53Sehingga kontribusinya, ini produk yang kontribusi terhadap isu kesehatan apapun kalori intake kecil.
06:00Tapi inilah yang dibidik.
06:02Nah, jadi kami melihatnya ini menjadi suatu ancaman bagi industri.
06:07Apakah dibilang siap?
06:09Mungkin kita bisa bilang kita belum siap dekat-dekat itu.
06:12Apalagi kondisi kita masih belum baik-baik saja.
06:17Baik, tapi kalau melihat dengan kondisi seperti ini,
06:19Mas Arief Rohman, ini dia.
06:21Kalau kita bicara mengenai penerimaan negara dengan adanya tadi cukai minuman berpemanis,
06:27Anda melihat ini ada satu hal lain tidak sih?
06:29Mungkin dari sisi penerimaan negara atau ada hal lain yang lain? Silahkan.
06:34Baik, terima kasih Mas Perkas.
06:36Kalau kita lihat dari sisi penerimaan negara,
06:39sebenarnya kalau hitung-hitungannya ya,
06:41kemarin pemberlakuan cukai di minuman berpemanis dalam kemasan ini,
06:48hanya sekitar kontribusi sekitar 6 triliun.
06:53Artinya, ini kita harus hitung betul,
06:56kalau kita bicara hanya soal penerimaan kontribusi dari penerimaan negara.
07:02Jadi kalau kita bicara cukai, itu kan sebenarnya filosofinya untuk pembatasan konsumsi,
07:09kemudian juga untuk pembatasan peredaran, dan lain sebagainya.
07:14Artinya, ini harus dilihat secara utuh bahwa,
07:18apakah kira-kira kontribusi terhadap penerimaan yang sebenarnya bukan menjadi
07:25variabel utama dalam pemberlakuan cukai itu,
07:28itu berbanding nanti kemudian positif terhadap ketika nanti ini diberlakukan terhadap MPDK itu tadi.
07:36Nah, itu ini harus diantisipasi dampak-dampaknya,
07:39apalagi tadi disampaikan oleh Pak Triono ya, bahwa ini secara prosentase itu sebenarnya hanya 30 persen.
07:46Kemudian, ya kita harus akui bersama bahwa nanti PPN naik itu juga salah satu faktor
07:54yang kemudian harus menjadi pertimbangan juga,
07:56apakah ini momen yang tepat untuk dinaikkan saat ini, begitu.
08:05Saya kira itu, Mas Pras.
08:06Oke, tapi Anda melihat dengan kondisi seperti saat ini memang sudah tepat tidak momentumnya
08:10di tengah kondisi ekonomi yang seperti Anda sampaikan,
08:13begitu kemudian dari sisi industrinya minuman yang tadi kaitannya dengan cukai minuman berpemanis
08:19pun juga tidak terlalu besar kalau hanya 30 persen, misalnya.
08:24Ya, jadi kalau dari sisi timing, kami di Mitek Center memang melihat bahwa
08:30kondisi ekonomi kita saat ini itu sedang kurang baik-baik saja,
08:35kalau tidak mau dikatakan tidak baik-baik saja.
08:37Artinya apalagi kita pun konsisten untuk kenaikan PPN pun kita juga berharap
08:42untuk tidak diperlakukan saat ini, persisnya di Januari 2025.
08:46Cukai ini pun kami juga berpandangan bahwa ini tentu nanti akan sangat memberatkan
08:51bidang industri tertentu dalam hal ini, walaupun memang kalau kita melihat secara jangka panjang
08:58itu kan berkaitan juga dengan soal dampak kesehatan yang ditimbulkan.
09:04Tapi ini perlu menjadi kajian yang serius kaitannya, lagi-lagi ini soal timing,
09:10kalau soal setuju bahwa ini nanti akan mengurangi soal dampak kesehatan,
09:16kami secara garis besar itu setuju.
09:20Tapi tentu juga harus dilihat bahwa oh ini kontribusnya 30 persen,
09:24artinya tidak hanya ini saja yang diberikan cukai,
09:27tapi juga hal-hal lain yang memang perlu dikontrol untuk pembatasannya.
09:33Dan jangan lupa bahwa kalau kita bicara cukai, cukai plastik itu di tahun lalu
09:37juga sebenarnya sudah masuk dalam draft ROU kan, tapi lagi-lagi tidak jadi debelakuan.
09:41Nah ini kita harus bisa memberikan treatment yang sama terhadap bidang-bidang industri
09:48agar bisa semuanya tumbuh dan kemudian tidak menjadi proses lantas sendiri begitu.
09:54Baik, baik. Lantas strategi apa nih dari teman-teman pelaku industri minuman sendiri
09:58untuk menyikapi kondisi seperti saat ini? Apakah dampaknya mungkin nanti dari sisi produksi
10:03Akan ada kenaikan harga yang dipastu kepada konsumen, kita bahas nanti di segmen berikutnya.
10:07Kita akan jadah dulu sebentar dan pemirsa.
10:08Kami akan segera kembali usai pariwara berikut ini.
10:21Baik, kita akan lanjutkan kembali perbincangan menarik ini bersama dengan Mas Arief Rohman,
10:25Ketua Hippie Tech Center dan juga Bapak Triyono Priyose Silo,
10:27Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman.
10:30Baik, Pak Triyono, dengan kondisi seperti saat ini mungkin ya kalau kita lihat bagaimana sih strategi
10:36dari pelaku industri minuman sendiri untuk menyikapi cukai yang akan dikenakan
10:40terkait dengan industri ini, kemudian seperti apa sih dampaknya?
10:43Adakah potensi peluang harga ini yang memang cukup sensitif saat ini di masyarakat akan naik? Silahkan.
10:50Baik, terima kasih.
10:52Mungkin saya coba jawab yang poin kedua dulu, memang mau nggak mau,
10:55karena itu yang tentunya menjadi pertimbangan kami dan kami melihat bagaimana dampaknya.
11:00Kita ambil simpelnya saja misalnya, kalau kita tahu produk minuman manis yang siap saji,
11:05itu mungkin rata-rata dijual di angka sekitar Rp4.000-Rp5.000 per botol dengan ukuran kurang lebih 3-30 ml.
11:12Nah yang kami dengar memang cukai ini ada yang mengusulkan sampai dengan angkanya 20% dari harga retail,
11:19harga di pasar. Berarti kalau memang misalnya kita asumsi Rp4.500 harga per botol,
11:25maka akan ada cukai yang kurang lebih sekitar Rp900, sehingga menaikkan harga minimal menjadi ke Rp5.400.
11:32Tetapi faktanya di lapangan, penjualan nggak tidak mungkin dijual dari harga angka Rp5.400.
11:37Jadi akan naik ke Rp1.000-Rp5.500 atau bahkan ke Rp6.000.
11:41Nah sehingga akhirnya actual angka kenaikan harga di lapangan akan lebih tinggi dari 20%.
11:47Mungkin bisa 30%, bisa 50%, 40%.
11:49Nah bayangkan ini yang akan terjadi, yang kemudian tentunya akan sangat berdampak negatif terhadap penjualan.
11:56Kalau saya ngambil data saja, angka penjualan produk minuman berkemalis dalam kemasan itu kurang lebih hanya 6 botol per tahun per kapita.
12:07Jadi orang Indonesia hanya mengkonsumsi kurang lebih 6 botol per tahun.
12:11Nah Thailand itu bisa kurang lebih 4 kali lipat. Vietnam kurang lebih bisa 50% lebih tinggi.
12:19Jadi kita itu di ASEAN pun masih salah satu yang paling rendah.
12:21Jadi kalau memang ada yang kemudian mengkaitkan dengan kontribusi gula
12:26yang kemudian dilihat sebagai minuman siap sajilah kontributor utamanya,
12:33ini menurut kami tidak tepat juga.
12:35Sehingga kami melihat tadi, kalau dari sisi dampak sudah jelas,
12:38kalau ada cukai akan menaikkan harga jual,
12:42karena nggak mungkin juga dari sisi industri berusaha mengabsorb dengan sekian-sekian banyak.
12:46Kemudian apalagi kita tahu juga kondisi industri minuman itu,
12:50di Indonesia terutama ya, itu memang sangat mengandalkan affordability.
12:55Karena konsumen kita itu konsumen yang sangat rentan harga.
12:59Kami pernah melakukan satu workshop ataupun mungkin sesi edukasi ke konsumen di beberapa universitas di Indonesia.
13:11Kami mengajak untuk konsumen untuk bisa membaca label dengan lebih baik,
13:16memahami apa yang dikonsumsi.
13:19Satu hal yang kami tanya sebelum sesinya adalah,
13:22apa yang mereka lihat dari satu produk,
13:24penimbahan apa yang mereka lihat dari utamanya untuk membeli satu produk.
13:27Jawaban mereka cuma satu, harga.
13:29Jadi mereka nggak ngelihat yang lain.
13:32Jadi memang itulah nature dari industri konsumen kita.
13:35Kenaikan harga pasti akan mengurangi penjualan,
13:38kalau tadi kenaikan lebih sering 80%,
13:40bayangan kami kalau itu terjadi, mungkin tahun depan kita akan kontraksi industri.
13:44Mungkin kontraksinya bisa sampai 5-10% reserve volume.
13:48Jadi bisa saja akan terjadi.
13:50Nah ini menurut kami akan berbahaya,
13:52karena kalau sampai itu tidak dimanaged dengan baik,
13:54konsekuensinya akan adalah apa,
13:56appetite untuk investasi di dalam industri akan menurun.
14:00Nah, itu dan juga akan akhirnya menimbulkan attractiveness dari sisi sektor industri makanan minuman,
14:08itu juga menjadi menurun.
14:10Nah ini, saya yakin ini tentunya bukan suatu hal yang diinginkan,
14:14apalagi kalau pemerintah baru punya target untuk growth di 8%.
14:19Sehingga menurut kami cukup penting untuk menjaga,
14:22jangan sampai industri-industri di dalam negeri ini yang sudah berinvestasi lama,
14:26dan punya ribuan tenaga kerja, sampai tergantung.
14:30Baik, ini menarik ya, kondisi real yang sudah disampaikan oleh Pak Triyono dari sisi industri minuman.
14:36Kita kembali lagi ke Mas Arief, anda melihat bagaimana dengan potensi pemerintah yang memang masih nampaknya mencari pos-pos baru
14:42untuk bisa mendorong penerimaan negara.
14:44Karena tahun 2025 mendatang tuh nyaris 3.000 triliun loh dari penerimaan yang ditargetkan.
14:48Anda melihat, apakah memang PPN 12%, kemudian cukai minuman berpemanis pun menjadi salah satu jalan ninja yang dilakukan oleh pemerintah?
14:58Ya memang, kalau kita seperti menaikan cukai, menaikan PPN,
15:03itu kan memang upaya-upaya intensifikasi ya.
15:07Semua yang sudah masuk ke dalam sistem, yaudah tinggal itu dinaikkan tarifnya,
15:12kemudian itu otomatis akan meningkatkan pemerintah negara.
15:16Tapi kan itu cara, dalam tanda-tanda itu cara gampang yang tentu itu kita harus pikirkan dampaknya terhadap perekonomian kita.
15:26Nah, sebenarnya yang lebih penting, yang lebih utama lagi, itu sebenarnya bagaimana memperluas basis pajak.
15:32Ini yang dari setiap kali kesempatan selalu kita sampaikan, kita suarakan soal perluasan basis pajak ini.
15:41Karena kalau perluasan basis pajak ini dilakukan secara optimal, tentu nantinya akan dikenai pajaknya.
15:47Hanya itu-itu saja yang sudah masuk ke dalam sistem perpajakan kita, tentu ini menjadi tidak sehat.
15:53Karena apa? Akan ada perlakuan yang tidak sama begitu.
16:00Sama-sama misalkan mereka di industri yang sama, tapi yang belum masuk ke dalam sistem karena satu hal,
16:07itu menjadi mereka tidak dikenai dengan pepajak yang sama.
16:13Nah, ini yang menjadi fokus kita sebenarnya, makanya kemarin ketika ada penundaan pembelakuan Kortek,
16:19itu juga kami cukup menyayangkan karena itu menjadi salah satu alat yang memang betul-betul menurut kita efektif
16:29untuk bisa lebih memperluas basis pajak kita.
16:31Karena dengan begitu nanti kita tidak hanya akan mengenai itu-itu saja untuk dinaikkan pajaknya,
16:37tapi akan lebih luas lagi orang atau industri yang berkontribusi terhadap penerimaan negara kita.
16:45Oke, jadi ini menjadi salah satu solusi perluasan basis pajak, kemudian mungkin ada industri lain juga yang bisa disasar.
16:52Penambahan objek baru itu menjadi penting juga.
16:54Pajak karbon misalkan, itu juga yang seharusnya diperlakukan di 2022 per April,
16:59tapi sampai sekarang itu kan belum diperlakukan juga.
17:02Kemudian penambahan objek baru untuk turunan nikel misalkan,
17:08ini kan juga salah satu upaya ekstensifikasi penambahan objek baru,
17:12kemudian juga tadi perluasan basis pajak untuk subjek pajak baru.
17:16Itu menjadi upaya-upaya ekstensifikasi memang yang harus lebih dimajukan.
17:24Jangan sampai, yang seperti waktu itu disampaikan ketika debat Cawapres-Cawapres seperti berburu di gebun binatang,
17:31yang sudah masuk itulah yang kemudian di eksploitasi lah gitu kira-kira.
18:01Kinerja, perusahaan tercatat langsung dari manajemen internal emiten dan ikutilah Public Expo Live 2024
18:07yang kali ini kembali digelar oleh IDXNL.
18:10Acara ini dapat diikuti secara langsung oleh investor dari seluruh Indonesia,
18:14dan melalui kegiatan ini Anda dapat mengetahui kinerja dan rencana perusahaan tercatat,
18:19serta dapat berinteraksi dengan manajemen emiten untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan
18:25dalam menentukan keputusan investasi Anda.
18:28Scan QR Code yang tertera di layar televisi Anda saat ini dan pilih emiten yang paparan kinerjanya ingin Anda saksikan.
18:36Cata tanggalnya pemirsa, tanggal 26 hingga 30 Agustus 2024.
18:41Public Expo Live 2024 hanya di IDXNL.
18:46Baik pemirsa, satu jam sudah saya menemani Anda dalam market review dan perbahari terus informasi Anda
18:52hanya di IDXNL, Yotra Sporti and Comprehensive Investment Reference.
18:57Jangan lupa saksikan program First Session Closing yang akan tayang pukul 11.30 waktu Indonesia Barat.
19:03Karena urusan masa depan harus terdepan.
19:05Aku Investor Saham, saya Prasetyo Wibowo, pamit undur diri, terima kasih, sampai jumpa.
19:27Terima kasih telah menonton, sampai jumpa di video selanjutnya.

Recommended