Pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan tarif impor produk baja dan aluminium, dari semula 10% menjadi 25%. Kebijakan tersebut akan berlaku mulai 4 Maret 2025.
Pemerintah Negeri Paman Sam itu memberlakukan tarif masuk produk baja dan aluminium untuk menopang industri dalam negeri yang tengah terpuruk.
Kebijakan ini akan berdampak pada jutaan ton baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya mendapat pengecualian tarif. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa langkah ini bertujuan menyederhanakan aturan perdagangan agar lebih transparan.
Pemerintah Negeri Paman Sam itu memberlakukan tarif masuk produk baja dan aluminium untuk menopang industri dalam negeri yang tengah terpuruk.
Kebijakan ini akan berdampak pada jutaan ton baja dan aluminium dari Kanada, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, dan negara lain yang sebelumnya mendapat pengecualian tarif. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa langkah ini bertujuan menyederhanakan aturan perdagangan agar lebih transparan.
Category
📺
TVTranscript
00:00Pemisah Pemerintah Amerika Serikat mengisytaratkan akan segera memperlakukan bea masuk sebesar 25% untuk impor produk baja dan aluminium.
00:22Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebutkan pengenaan bea masuk tersebut untuk menciptakan kestaraan dalam perdagangan dengan negara-negara lain di dunia.
00:34Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan segera mengumumkan tarif impor untuk produk baja dan aluminium pada pekan ini.
00:41Trump mengisyaratkan akan memperlakukan tarif sebesar 25% bagi produk baja dan aluminium dan masuk dalam kebijakan perdagangan terbaru pemerintah Amerika Serikat.
00:51Menurut Trump, pemberlakuan tarif impor untuk produk baja dan aluminium tersebut adalah demi kesetaraan dalam perdagangan internasional,
00:58mengingat negara-negara lain juga memperlakukan tarif masuk untuk produk serupa.
01:20Ada pun negara yang menjadi pengekspor baja terbesar ke Amerika Serikat, antara lain adalah Kanada, Brazil dan Meksiko, serta Korea Selatan dan Vietnam.
01:41Pada periode pertamanya menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memperlakukan tarif masuk sebesar 25% untuk produk baja,
01:48serta 10% untuk aluminium, berbagai sumber IDX Channel.
01:57Sementara itu kebutuhan baja nasional tercatat meningkat 5% di tahun 2024 tahun.
02:04Asosiasi Industri Besi dan Baja menilai pasar industri baja dalam negeri tergerus oleh pasokan baja impor khususnya dari China.
02:16Industri besi dan baja dalam negeri tercatat mengalami pertumbuhan signifikan pada 2024, namun hal itu tidak bisa dirasakan para pelaku industri besi dan baja dalam negeri.
02:27Tercatat kebutuhan baja nasional tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional atau sebesar 5,2 sampai 5,3%.
02:34Dengan volume dari sebesar 17,6 juta ton pada 2023 menjadi 18,5 juta ton pada 2024.
02:43Namun Chairman Indonesia Iron and Steel Industry Association atau IISIA Akbar Johan mengatakan,
02:50pertumbuhan tersebut tidak serta-merta dapat dinikmati oleh pengusaha baja dalam negeri.
02:56Hal itu disebabkan adanya gangguan dari rantai pasok global terutama dari China.
03:01Akbar menyebut serbuan produk besi dan baja dari China telah mengerus industri dalam negeri.
03:07Namun ancaman ini juga bukan hanya dirasakan oleh Indonesia saja,
03:10tapi juga negara lainnya termasuk Korea Selatan, Jepang, negara-negara di Eropa dan bahkan Amerika Serikat.
03:18Akbar mengatakan jika dibandingkan Indonesia, industri besi dan baja China punya produktivitas yang jauh lebih banyak.
03:24Menurut Akbar, Indonesia baru mampu menghasilkan 20 juta ton per tahun produksi besi dan baja,
03:29sedangkan China memiliki kapasitas produksi hingga 1 miliar ton per tahun.
03:34Akbar menilai sudah sepatutnya pemerintah mengkaji lebih dalam terkait regulasi
03:38dan bagaimana tata niaga impor untuk menjaga industri dalam negeri.
03:43Ia pun mencontohkan langkah Amerika Serikat yang sudah menerapkan tambahan bea masuk
03:47serta kebijakan anti-dumping hampir mencapai 200% sebagai bantalan.
03:52Berbagai sumber IDX Channel.
04:22Dan sudah bergabung juga ada Pak Akbar Johan, Chairman Indonesia Iron and Steel Industry Association.
04:28Halo, Pak Akbar apa kabar?
04:31Baik, sehat Mas Pras.
04:32Sehat, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
04:36Sebelum membahas lebih jauh ini Pak Akbar, review Anda terkait dengan bisnis industri besi dan baja nasional
04:42di sepanjang tahun 2024 lalu seperti apa?
04:46Pertumbuhannya sudah sesuai harapankah atau masih mengalami stagnasi?
04:52Baik, terima kasih Mas Pras.
04:55Seperti di ilustrasi IDX tadi, memang kenyataannya memang seperti itu.
05:04Industri baja nasional kita itu sangat tergantung dengan geopolitik, geostrategi, geoekonomi.
05:13Bahkan lebih tepatnya sangat tergantung dengan global supply chain.
05:18Kalau ditanya mengenai reviewnya tahun lalu, memang sangat menantang.
05:24Pertumbuhannya tadi juga disampaikan akan kebutuhan baja domestik itu hampir sama dengan kebutuhan ekonomi kita, 5,2 sampai 5,3%.
05:36Hanya memang ini kalau kita biasa sebutkan ini rejeki kuping Mas Pras.
05:45Tidak dinikmati oleh produsen baja nasional.
05:49Padahal jumlahnya itu fantastis.
05:52Kalau kita prosentasikan secara total importasi dari internasional ataupun luar negeri itu sudah hampir mencapai 40%.
06:06Volume total prosentasi baja import masuk ke dalam negeri.
06:12Nah tentu ini banyak underlying masalahnya.
06:17Juga terus terang kita juga tidak bisa tinggal diam mengenai bagaimana kita meningkatkan daya saing ya Mas Bahrul.
06:26Daya saing, bagaimana efisiensi dari setiap pabrik yang kita miliki, ekosistem bajanya, produktivitasnya juga bisa punya daya saing yang tinggi.
06:37Tetapi rupanya bukan itu saja Mas Pras.
06:40Ada kekuatan yang sangat luar biasa di international trading ini.
06:47Bagaimana China dengan kapasitas produksi 1,1 miliar ton per tahun.
06:57Lalu kapasitas secara global itu hampir 2,5 miliar ton setahun.
07:04Dan demand dunia itu masih ada gap.
07:10Nah apalagi dengan kebijakan daripada pemerintah China mengeram infrastruktur, juga mengeram properti.
07:20Tetapi industri baja ini tidak bisa pabriknya berhenti Mas Pras.
07:25Kalau dia berhenti itu resikonya jauh lebih rugi dibanding mereka jual murah.
07:34Artinya disitu kan ada smelter yang harus di maintain operasionalnya.
07:41Akhirnya mereka menyerbu pasar di negara ASEAN sebagai new epicentrum ekonomi baru.
07:51Terutama di Asia Tenggara.
07:53Dimana negara-negara ini sayangnya dan hebatnya sudah mulai melakukan proteksi-proteksi dalam negerinya yang sangat kuat.
08:06Sayangnya di Indonesia kita tertinggal jauh Mas Pras.
08:11Proteksi itu masih dianggap takut.
08:15Lalu kemampuan daripada kita untuk melakukan negosiasi juga sangat lemah.
08:23Sehingga bukan lagi masif import baja dari China, tapi ini ke depannya akan menjadi tsunami.
08:34Tsunami baja import terutama dari China masuk ke Indonesia.
08:38Karena apa? Mereka ini sudah melakukan price predatory.
08:44Karena lebih bagus dia rugi daripada pabriknya berhenti.
08:49Nah ini juga tentu ada dukungan daripada pemerintah China.
08:54Karena kita tahu bahwa pemerintah China 10-15 tahun sebelumnya mereka sudah menetapkan go global.
09:01Jadi pengusaha-pengusaha, konglomerasinya, bahkan BUMN, BUMD-nya itu dipaksa untuk keluar ke pasar global untuk melakukan penetrasi market.
09:12Dan hasilnya seperti hari ini.
09:14Bagaimana kuatnya produk-produk baja mereka dalam melakukan penetrasi market.
09:21Nah ini menjadi tantangan tersendiri di tahun 2024.
09:27Rasanya mudah-mudahan di 2025 ini yang saya sampaikan tadi bukan lagi menjadi rezeki kuping bagi produsen-produsen baja nasional.
09:36Karena kuenya itu tidak dinikmati oleh produsen baja.
09:41Baik, ini menarik Pak Bar.
09:43Nah Mas Barul, Anda melihat bagaimana dengan dinamika tadi?
09:46Kondisi geopolitik, geoekonomi global begitu terhadap industri manufaktur di Indonesia.
09:52Kalau kita berkaca tahun 2024, bagaimana dengan proyeksinya di tahun 2025 tadi?
09:57Seperti sejumlah tantangan yang sudah disampaikan Pak Akbar, seribuan produk impor baja besi dari luar.
10:03Ini pun sudah cukup mengganggu kinerja produsen lokal kita.
10:11Ya, halo? Mas Barul?
10:17Ya, Mas.
10:19Sebetulnya, overall sektor industri manufaktur di Indonesia ini sebetulnya agak sulit untuk survive.
10:25Karena seperti tadi yang dipaparkan sama Pak Akbar ya.
10:28Sebetulnya, karena sangat tergantung dengan global supply chain gitu.
10:35Jadi supply chain, rantai pasok global ini sangat mempengaruhi.
10:39Karena komoditas bahan baku dari manufaktur kita itu juga sangat bergantung dari volatilitas harga di pasar internasional.
10:51Nah, jadi sedikit saja mereview sebetulnya bagaimana resiliensi kita di 2024 kemarin.
11:01Ya, ketidakpastian global itu menjadi satu faktor penting ya.
11:06Dan ini kemudian mendorong pelemahan nilai tukar rupiah semakin dalam juga.
11:11Karena perang dagang antara Amerika Serikat dan China ini itu akhirnya kemudian mendorong indeks dolar Amerika Serikat itu.
11:20Di pada 31 Desember 2024 kemarin, itu mencapai angka yang lumayan tinggi, 108,521.
11:28Dan ini kemudian menyebabkan akhirnya beban biaya impor bahan baku dan komponen industri manufaktur di Indonesia ini semakin tinggi juga otomatis.
11:38Akhirnya produsen-produsen baja ini mau tidak mau itu menurunkan margin profitnya.
11:44Jadi kalau misalkan kita mereview akhirnya apa yang terjadi?
11:48Memang PMI kita juga akhirnya di bulan Juli 2024 dan juga Agustus itu sempat menyentuh level di bawah 50.
11:56Yang artinya ini kan terkontraksi dan sedang tidak baik-baik saja.
12:01Walaupun memang sempat rebound ya di 2024 akhir kemarin di Desember itu sekitar 51,2.
12:08Kemudian di Januari hampir menyentuh atau mendekati angka 52.
12:13Tetapi jika tidak ada langkah mitigasi khusus memang dari pemerintah kita untuk menyelamatkan sektor manufaktur kita ini,
12:20maka tren penurunan juga akan berlanjut.
12:22Walaupun memang di bulan Maret besok akan ditolong sedikit dengan adanya hari besar, hari raya Idul Fitri.
12:29Tetapi bisa jadi setelah itu kemudian akan decline lebih dalam.
12:35Kalau Anda melihat dengan kondisi seperti saat ini lantas bagaimana dengan industri manufaktur khususnya besi dan baja kita?
12:41Tadi kita tahu perang tarif yang terjadi antara dua negara ekonomi besar dunia terkait dengan produk-produk Indonesia akhirnya.
12:50Ya tadi seperti apa yang disampaikan Pak Akbar juga. Jadi sebetulnya di Cina ini sedang oversupply.
12:58Jadi kita ini sebetulnya kan memang ada ya kadau ulang tahun kemarin ya kemudian ya,
13:05bagi produsen baja domestik gitu ya.
13:08Ada pemberlakuan BMAD HRC gitu ya, Heart Throat Coil kita,
13:12yang itu sudah mulai aktif di 15 Januari kemarin.
13:18Tetapi sebetulnya ada yang lebih penting.
13:21BMAD ini harusnya juga harus menyentuh kepada produk-produk baja lainnya.
13:25Jika tidak ingin dibanjiri oleh impor-impor dari produk-produk baja Cina.
13:31Jadi sejak 2016 ini juga tidak ada kejelasan juga nih dari pemerintah nih.
13:36Produsen baja Indonesia itu sudah mencoba untuk memberikan sedikit sinyal ya bahwa sebetulnya,
13:44kita ini sedang, kita ini butuh BMAD juga untuk produk CRC,
13:49Heart Throat Coil, yang ini belum dijawab sama pemerintah sampai hari ini.
13:53Dan pangsapasarnya CRC itu di Indonesia dari bahan baja CRC itu,
13:58itu lebih besar daripada HRC.
14:00Dan ini sering dimainkan di tingkatan atau di level retail.
14:05Banyak nih orang, pengusaha-pengusaha retail nakal gitu,
14:08yang itu mencoba untuk memanfaatkan celah itu gitu ya.
14:13Akhirnya mereka ini memilih untuk mengimpor baja itu dari luar,
14:18daripada memakai bahan baku dari produsen baja domestik.
14:22Oke, lantas strategi apa yang perlu diterapkan dari pelaku industri besi dan baja juga di Indonesia
14:26untuk menyingkapi kondisi ini sehingga tahun 2025 ini bisa menjadi pijakan yang kuat begitu
14:32untuk menata perekonomian kita yang lebih tinggi lagi,
14:35sambil juga ya kita belajar dari tahun 2024 lalu.
14:38Kita akan bahas nanti di segmen berikutnya, kita akan jadah dulu sebentar.
14:41Dan pemirsa, kami akan segera kembali usaha jadah berikut ini.
15:12serbuan produk asing juga masih cukup kuat, kemudian kondisi global juga ini,
15:17adanya proteksionisme yang sedang diusung oleh beberapa negara,
15:21begitu antar negara sedang terjadi perang tarif.
15:24Antas bagaimana Anda melihat Indonesia,
15:26ataupun industri besi dan baja di tahun 2025 ini?
15:31Ya, Mas Pras sebelum ke pertanyaan itu,
15:35saya ingin memberikan satu fakta,
15:38bahwa kita pada saat pandemi COVID-19 2020,
15:45import baja dan turunannya itu sangat minim.
15:54Padahal di tahun-tahun berikutnya,
15:58itu signifikan sekali pertumbuhan permintaan baja nasional
16:03yang terus terang pada saat 2019-2020 itu 16 juta ton volumenya.
16:12Namun di tahun 2024,
16:15itu pertumbuhannya luar biasa sampai 18,5 juta ton
16:19atau tumbuh hampir 15%.
16:23Nah, di saat COVID itu,
16:26justru ada terjadi substitusi
16:30yang dilakukan dan berhasil diproduksi
16:34dan disuplai oleh industri baja nasional.
16:38Artinya, Mas Pras,
16:40bahwa kemampuan untuk memproduksi baja nasional
16:45oleh produsen-produsen kami di bawah asosiasi ISEA,
16:49itu sangat mumpuni.
16:51Karena ini sudah terbukti di zaman COVID, Mas Pras.
16:56Artinya, pemerintah tidak usah meragukan kemampuan ekosistem
17:02industri baja nasional
17:04dalam melakukan suplai domestik,
17:08baik itu industri pertahanan, keamanan,
17:11apalagi industri retailnya.
17:14Baik itu dari upstream, midstream, sampai ke downstreamnya.
17:20Ini datanya sangat lengkap.
17:23Kita punya datanya bahwa
17:26di saat inilah setelah pasca COVID,
17:30pertumbuhan import baja itu sampai mendekati 8,5 juta ton.
17:36Bayangin.
17:37Import setelah 2021 sampai ke 2024.
17:43Nah, apa saja tantangan-tantangan yang pasti kita hadapi?
17:48Tentu, tadi sudah disampaikan sama Pak Bahrul,
17:51kalau saya melihat dari sisi ekosistem industri nasional,
17:56adalah bagaimana mengatur tata niaga importasi baja nasional.
18:03Itu yang paling penting.
18:05Artinya, ada keberanian daripada pemerintah pusat
18:10atau pemerintah kita untuk merespon
18:13bagaimana global supply chain,
18:16bagaimana geopolitik perang masih berlangsung,
18:20terus perang dagang proksi China dengan US,
18:23lalu dengan kebijakan Donald Trump,
18:27memberikan biaya masuk tambahan,
18:31biaya masuk anti-dumping plus 25%,
18:36tidak hanya sekutunya saja yang dia bebankan,
18:43Kanada, bahkan Meksiko.
18:46Ini memberikan pesan bahwa kenapa bukan Indonesia dulu?
18:53Kenapa kita nggak bisa lakukan hal yang sama?
18:56Jadi, ini hal-hal yang pragmatis sebenarnya Mas Pram.
19:00Tanpa pengelolaan tata niaga import,
19:05ini tentu akan memperlemah industrialisasi kita
19:11yang beberapa tahun ini,
19:13bahkan satu dekade ini,
19:16sudah terjadi deindustrialisasi.
19:19Kalau astacita dari Pak Presiden Prabowo di poin lima
19:25adalah bagaimana melanjutkan hilirisasi
19:28dan memperkuat reindustrialisasi,
19:31tidak ada pilihan lain,
19:33yaitu lakukan langkah-langkah strategis
19:37dengan semboyan bukan hanya Indonesia Mas,
19:40dengan target 8% pertumbuhan ekonomi,
19:43kalau reindustrialisasi kita,
19:47khususnya mother of industry,
19:49ini tidak dilakukan keputusan-keputusan yang cepat.
19:54Ini sebenarnya yang kita butuhkan untuk membuktikan
19:59pertumbuhan ekonomi 8% bukan hal yang mustahil.
20:04Saya sendiri melihat bagaimana lantas Mas Bahrul,
20:07tadi seperti yang disampaikan,
20:08butuh keberanian,
20:10Indonesia first,
20:11begitu yang harus disuruh oleh pemerintah saat ini
20:13untuk bisa membentengi industri manufaktur,
20:16khususnya besi dan baja juga,
20:18dari serupaan produk impor,
20:20bangguan terhadap kegiatan eksportasi juga ke luar negeri.
20:27Yang paling penting sebetulnya yang harus dilakukan
20:29oleh pemerintah hari ini adalah,
20:33harus pertama adalah,
20:35sense of crisis-nya dulu,
20:38itu yang harus dipengaruhi.
20:39Jadi ketika sedang terjadi ketidakpastian global seperti ini ya,
20:45itu industri manufaktur yang seperti apa,
20:49yang itu perlu diseramatkan terlebih dahulu.
20:51Kita ketahui Mas Prasya,
20:54industri tekstil terbesar se-Asia Tenggara,
20:58itu bisa pilot Mas.
21:01Artinya kan proteksi dari pemerintah
21:04terhadap industri manufaktur kita ini,
21:07intervensinya itu masih minim ya,
21:09di bidang regulasi.
21:11Nah ini yang sebetulnya harus didorong segera gitu,
21:14untuk pemerintah,
21:15karena perang dagang ini,
21:18efeknya itu sangat signifikan nantinya
21:21kepada industri manufaktur kita.
21:25Satu itu.
21:26Yang kedua adalah,
21:28mungkin yang bisa dilakukan oleh pelaku industri sendiri adalah,
21:32memang mau tidak mau,
21:34harus out of echo chamber-nya itu.
21:37Jadi,
21:38lakukan diversifikasi dan kemudian ekspansi pasar,
21:42jika memang memungkinkan gitu ya.
21:44Karena memang dengan kondisi hari ini,
21:46sepertinya paling memungkinkan itu adalah
21:48melakukan 2 strategi tadi,
21:51yang salah satunya adalah melakukan mungkin ya,
21:54market shifting ke green steel.
21:56Agar produsen baja domestik mampu memperluas
21:59bangsa pasar,
22:01bukan hanya domestik,
22:02namun juga internasional.
22:04Pemerintah juga,
22:05sebetulnya kan sudah menargetkan ya,
22:07sektor industri itu dapat mencapai netralitas karbon
22:10pada 2050,
22:11atau 10 tahun lebih cepat dari target nasional itu
22:14di dalam NDC-nya pemerintah.
22:16Nah industri baja ini,
22:18itu menjadi salah satu sektor yang paling disorot.
22:21Bahkan bukan skala domestik,
22:23atau skala nasional ya.
22:25Di internasional,
22:26seperti Arsenal Metal misalkan,
22:28mereka berani untuk menginvestasikan
22:30senilai 120 juta USD gitu,
22:33kepada Baston Metal gitu.
22:35Untuk apa namanya,
22:37untuk mengembangkan green steel.
22:39Nah,
22:40yang paling penting adalah,
22:42ternyata,
22:43bangsa pasar dari green steel ini,
22:46itu sudah diperkirakan,
22:47sudah diproyeksikan,
22:48oleh Fortune Business Insight.
22:51Jadi diperkirakan,
22:52ini lumayan menarik green steel ini,
22:54karena diperkirakan,
22:55bangsa pasar green steel itu,
22:57secara global,
22:58akan meningkat dari 2,7 miliar USD,
23:01di tahun 2023,
23:02menjadi 98,84 miliar.
23:05Pada tahun 2030,
23:07artinya 5 tahun lagi,
23:11itu produk green steel ini juga akan mulai,
23:18menempati gitu ya,
23:20atau produk green steel ini akan mulai
23:22untuk masuk ke dalam pasar domestik juga.
23:25Dan ini juga harus,
23:27tentunya dijawab oleh pelaku industri.
23:29Begitu.
23:30Baik, baik.
23:31Berarti memang tantangannya masih cukup besar juga nih,
23:33bagi industri manufaktur,
23:34khususnya besi dan baja Indonesia,
23:36di tahun 2025 ini.
23:38Apalagi dengan semakin memanasnya,
23:40perang tarif begitu di era saat ini,
23:43dan di pasar global,
23:45sehingga mau tidak mau,
23:46penguatan dari industri dalam negeri,
23:48juga harus dilakukan oleh pemerintah.
23:49Langkah berani,
23:50kemudian Indonesia First,
23:52tadi sudah disampaikan Pak Akbar Johar,
23:54ini bisa menjadi satu cerminan bahwa,
23:56memang kita harus bersatu padu juga nih,
23:58untuk menjaga industri nasional kita juga,
24:00dari serbuan produk asing,
24:02kemudian dari kebijakan-kebijakan,
24:04yang proteksionisme juga,
24:06begitu yang sudah dilakukan oleh banyak negara di dunia ini.
24:09Baik, Pak Akbar terima kasih banyak nih atas waktu,
24:12update, sharing,
24:13dan sudah terkait dengan informasi yang sudah disampaikan juga kepada pemerintah,
24:17terkait dengan industri besi dan baja.
24:19Mas Baharul, terima kasih juga atas analisis yang sudah diberikan kepada pemerintah pada hari ini.
24:23Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali,
24:25salam sehat, sampai berjumpa kembali.
24:27Terima kasih, Pak Akbar, Mas Baharul.
24:29Saya akan berbahari terus informasi Anda hanya di IDX Channel,
24:32Biotransporti and Comprehensive Investment Reference.
24:35Karena urusan masa depan harus terdepan,
24:37aku investor saham,
24:39ya saya Prasetyo Wibo,
24:41beserta seluruh kerabat kerja yang bertugas,
24:43pamit undur diri.
24:44Terima kasih, sampai jumpa.
24:49Mas Baharul, terima kasih.
25:19Terima kasih.