"Tembak saya di kepala... Kuburkan saya sendiri, supaya anak-anak saya bisa lihat kuburan saya..."
Di hadapan sang eksekutor yang siap dengan pistolnya, Thaib Adamy mengucapkan pesan terakhir sebelum ajal menjemputnya. Dia berujar perlahan dalam bahasa Aceh.
Sejurus kemudian terdengar bunyi "dor!"
Gaungnya memecah kesunyian malam di salah-satu sudut di kawasan Lhoknga, kira-kira 20km dari kota Banda Aceh.
Peristiwa horor itu terjadi 56 tahun silam, ketika huru-hara politik setelah peristiwa G30S 1965, melahirkan kekejaman brutal di Aceh.
Para elit Partai Komunis Indonesia (PKI) di provinsi itu, juga kadang kala keluarganya, berikut anggota, simpatisan, atau semata-mata dikaitkan atau difitnah, diburu dan dibantai.
Di hadapan sang eksekutor yang siap dengan pistolnya, Thaib Adamy mengucapkan pesan terakhir sebelum ajal menjemputnya. Dia berujar perlahan dalam bahasa Aceh.
Sejurus kemudian terdengar bunyi "dor!"
Gaungnya memecah kesunyian malam di salah-satu sudut di kawasan Lhoknga, kira-kira 20km dari kota Banda Aceh.
Peristiwa horor itu terjadi 56 tahun silam, ketika huru-hara politik setelah peristiwa G30S 1965, melahirkan kekejaman brutal di Aceh.
Para elit Partai Komunis Indonesia (PKI) di provinsi itu, juga kadang kala keluarganya, berikut anggota, simpatisan, atau semata-mata dikaitkan atau difitnah, diburu dan dibantai.
Category
🗞
Berita