Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
KOMPAS.TV - Rumah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, di Solo seolah tak pernah sepi dari kunjungan. Menteri, kepala daerah, hingga peserta Sespimmen Polri bergantian mendatangi.

Sejumlah pihak mengingatkan soal dampak komunikasi dari berbagai kunjungan tersebut yang bisa menimbulkan persepsi mengenai isu "matahari kembar" hingga "post power syndrome".

Bagaimana kita dapat membacanya?

Simak pembahasan KompasTV terkait kunjungan menteri hingga institusi ke rumah Jokowi bersama Sekjen Projo, Handoko; politisi Gerindra, Hendarsam Marantoko; dan Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya.

Baca Juga Respons Jokowi Soal Matahari Kembar hingga Instruksi Prabowo untuk Rapatkan Barisan Menteri di https://www.kompas.tv/nasional/588661/respons-jokowi-soal-matahari-kembar-hingga-instruksi-prabowo-untuk-rapatkan-barisan-menteri

#jokowi #mataharikembar #rumahjokowi #pemerintah

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/588710/full-blak-blakan-makna-kunjungan-menteri-polri-ke-rumah-jokowi-isyarat-matahari-kembar
Transkrip
00:00Sedara rumah Presiden Ketujuh Republik Indonesia Jokowi Dodo di Solo, Jawa Tengah
00:03seolah tidak pernah sepi pengunjung, Menteri, Kepala Daerah, hingga siswa SESPi Menpori
00:10bergantian mendatangi rumah Jokowi.
00:12Sejumlah pihak mengingatkan soal efek komunikasi atau efeknya komunikasi berbagai kunjungan itu
00:18yang dapat menimbulkan persepsi ataupun spekulasi soal matahari kembar hingga post power syndrome.
00:24Lalu bagaimana membacanya? Kita akan bahas bersama Sekjen Projo Handoko
00:28lalu juga politisi Partai Gerindra Hendarsam Marantoko
00:32dan Direktur Eksekutif Carta Politika Yunarto Widjaya.
00:36Selamat malam, Bapak-Bapak.
00:38Selamat malam.
00:40Saya ke Pak Handoko dulu nih.
00:42Pak Handoko saya ingin tanya sebagai Projo, sebagai orang yang juga punya kedekatan sangat dekat lah
00:48yang boleh dikatakan dengan Pak Jokowi, Presiden Ketujuh Republik Indonesia.
00:52Apa Anda juga memberikan advice kepada Pak Jokowi atau Projo memberikan advice atau saran
00:58untuk membatasi siapa saja yang menemunya?
01:01Karena ya itu tadi, menghindari spekulasi-spekulasi yang muncul di publik.
01:05Pak Handoko.
01:07Ya, terima kasih Mas.
01:08Selamat malam semuanya.
01:09Tapi, saya pikir nggak ada yang perlu dipersoalkan dengan baiknya orang berkunjung ke Pak Jokowi.
01:18Dan itu kan bukan artinya gini.
01:21Bukan Pak Jokowi yang kemudian ngumpulin orang.
01:24Apa kan bukan.
01:25Tapi orang memang, karena memang Pak Jokowi ini mempunyai apa ya,
01:33daya tarik, orang ingin datang, ingin ketemu.
01:36Ya kan, selama ini punya reputasi yang bagus gitu kan.
01:41Maka saya pikir, ini kan kesempatan yang memang selama ini ditunggu-tunggu oleh masyarakat.
01:47Pengen ketemu Pak Jokowi.
01:49Tetapi, ketika waktu menjadi, itu kan sulit.
01:51Nah, sekarang kesempatan itu muncul.
01:54Dan kemudian dengan segudang pengalaman Pak Jokowi dalam berkontribusi mengurus negara ini.
02:00Mulai wali kota, gubernur, sampai presiden dua periode.
02:04Itu tentu menjadi inspirasi.
02:08Banyak orang ingin, apa ya, mungkin mendapatkan arahan, mendapatkan wejangan, atau segala macam.
02:15Saya pikir itu wajar sekali.
02:16Ya, tapi dari, Pak Andoko, dari mana Anda yakin juga Pak Jokowi, bukan Pak Jokowi ini yang manggil gitu.
02:22Apa, Anda, keyakinan Anda itu di dasarnya apa?
02:24Nah, ya kan orang inisiatu sendiri semuanya datang berbondong-bondong selalu tiap hari mengantri, begitu.
02:33Nah, kalau kemudian begini loh, kalau Pak Jokowi ingin melakukan apa ya, manuver atau gerakan apa ya, enggak begitu Pak.
02:43Acaranya Pak, gitu kan.
02:45Pak Jokowi justru sekarang ini pada posisi, beliau karena sudah purna, sudah selesai mencari jabatannya, beliau di rumah.
02:55Ya kan cuma memang rakyat, ada berbagai kalangan di rupu publik ini kan pengen sekali ini untuk bisa bertemu dengan Pak Jokowi.
03:03Bahkan sekedar berfoto, sekedar bersalaman, itu kan memberi arti yang baik bagi rakyat.
03:10Dan kemudian, enggak perlu juga kita kemudian berspekulasinya akan ada matahari kembar atau pospor sindrum.
03:18Sama sekali, enggak ada itu.
03:20Dan semua juga, semua pihak juga membantai itu, gitu.
03:24Iya, ini yang saya pahami begini Pak Andoko.
03:26Ketika ada seorang Menteri Pak Prabowo, yang dulu juga Menterinya Pak Jokowi, gitu, menyebut kata, ini bos saya.
03:33Kalau satu orang dan itu disebut sliptang, itu masih bisa dipahami.
03:37Tapi ini dua orang, bahkan ada beberapa orang juga menyebut itu.
03:40Sebenarnya apa yang bisa dijelaskan soal ini?
03:43Kan begini ya, kan memang ada hal baru yang memang tidak terjadi sebelumnya.
03:49Bahwa pemerintah Pak Prabowo ini kan keberlanjutan.
03:53Ya kan, pemenangan Pak Prabowo itu kemudian tidak bisa lepas ketika pemerintah kemarin dari peran Pak Jokowi.
04:02Dan kemudian tema utamanya juga keberlanjutan.
04:05Sehingga sama sekali tidak ada dikotongi di sini.
04:08Tidak ada sama sekali.
04:10Kemudian, ya memang Pak Jokowi mendukung Pak Prabowo, begitu kan.
04:14Dan kemudian kekuatan dari Pak Jokowi ini juga menjadi bagian penting dari kekuatan.
04:21Bos darah menyebutkan.
04:23Yang punya representasi dana pemerintah, ada menteri-menterinya yang memang menteri-menterinya Pak Jokowi.
04:29Tetapi itu tidak kemudian lantas kita menerjemahkannya sebagai matahari kembar.
04:35Tidak, ini blending aja gitu.
04:37Dengan dari keberlanjutan tadi, jadi kunjungan-kunjungan ataupun penyebutan bos itu tadi ya sepertinya biasa saja begitu menurut Anda ya.
04:44Biasa saja, tidak ada yang terganggu juga.
04:48Ya, saya ke Pak Endarsam.
04:49Pak Endarsam ini tanpa saya bermaksud untuk membentur-benturkan antara Pak Prabowo dengan juga Pak Jokowi.
04:55Ini sama-sama pemimpin bahwa Pak Prabowo sekarang adalah presiden kita yang sah, yang harus juga diikuti segala kebijakannya karena ada panglima tertinggi negara.
05:03Itu betul.
05:03Tapi yang ingin saya tanyakan, apa yang harus ataupun didiskusikan lah ya mungkin dengan Pak Prabowo begitu.
05:09Untuk memastikan tidak ada persepsi dualisme kepemimpinan.
05:12Karena ini juga butuh apa ya.
05:14Pak Prabowo saya yakin butuh satu suara juga di internal kabinetnya begitu.
05:20Iya, kalau dari kita, dari kami dan dari saya, kami tetap berperasa agak baik bahwa apa yang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para menteri-menteri di Kemenin Pak Prabowo saat ini,
05:36kemudian apa namanya itu, teman-teman di SSTP dan teman-teman yang datang ke sana,
05:42ini merupakan dalam lingkup, apa namanya itu, tafsir kebangsaan dan tafsir silaturahmi.
05:51Emang kan kalau kita lihat bisa saja variabelnya, ada tiga ya.
05:56Bisa ada tafsir politik, ada tafsir silaturahmi dan tafsir kebangsaan.
06:02Nah kalau kami tetap berperasa kebaik bahwa ini adalah segitu dan tidaknya ini kan ada tafsir silaturahmi.
06:07Selaturahmi, karena masih dalam suasana lembaga.
06:10Ibu Fitri, oke.
06:11Ya, Ibu Fitri ya.
06:13Kemudian, untuk masalah teman-teman yang ke SSTP, kami mungkin hasilkannya bisa juga ini ada tafsir kebangsaan bahwa
06:20sebagai mantan presiden atau presiden ketujuh Republik Indonesia, tentunya pengalaman-pengalaman beliau dan juga
06:28ini mungkin perlu didengar oleh para teman-teman yang ikut SSTP, mengingat juga ajudannya kan
06:37apa namanya itu, Pak Syarif itu kan merupakan peserta SSTP juga kan gitu.
06:45Jadi ada nuansa silaturahmi di situ.
06:47Jadi kami tetap berpersangka baik ya bahwa ini apa namanya itu kedua hal tersebut yang merupakan variabelnya
06:57toh juga ya kan tidak ada agenda politik apa-apa ya di luar itu.
07:03Jadi ya begitu saja.
07:04Oke.
07:05Simple itu kita melihatnya.
07:06Tapi begini deh Pak Endarsam ya supaya nanti ke depannya juga tidak ada nasir-anasir liar,
07:10tidak ada tafsiran-tafsiran yang spekulatif begitu ya.
07:13Saya ingin tanyakan apakah juga kedepannya ada kira-kira mungkin mekanisme formal atau informal
07:19yang dapat dibentuk untuk menjaga harmoni antara pemerintahan saat ini dengan seorang mantan presiden.
07:25Dalam hal ini Pak Jokowi mungkin kemudian hari nanti ada pertemuan lagi sehingga tidak akan ada nasir liar.
07:31Mungkin ada mekanisme seperti yang saya sebutkan tadi?
07:34Ya kalau dibuat seperti itu kita membatasi orang, membatasi pihak-pihak tertentu bersilaturahmi
07:42ini kan malah jadi backfire sendiri kan itu tidak mungkin juga tidak lakukan.
07:47Pak Prabowo orang musilaturahmi kecuali ada agenda politik tertentu ya kan.
07:52Tapi itu kan juga kan merupakan dinamika yang biasa terjadi di belakang layar.
07:57Tapi kita tetap berperasangka baik kalau kita melihat seperti ini ya.
08:02Jadi saya mencoba untuk bersikap logik saja bahwa sebagaimana mungkin kalau kita lihat ke Pak SBY mungkin banyak juga mantan-mantan menteri Pak SBY
08:16yang tentunya datang ke kediaman beliau untuk bersilaturahmi.
08:21Nah itu juga sama dengan ini kan mantan-mantan apa namanya itu menteri yang ada di kabinet Pak Jokowi sebelumnya.
08:31Jadi itu juga sisi kita melihatnya.
08:34Jadi enggak kalau taksir politik biar Mas Toto yang bicara.
08:38Oke tapi ini ini publik mungkin ya mungkin saya juga menduga publik juga melihatnya kalau dulu Pak SBY ya menteri-menterinya
08:47tidak ada yang jadi menteri lagi di era presiden setelahnya dalam hal ini Pak Jokowi.
08:51Kalau sekarang kan masih dengan dalih keberlanjutan itu tadi Pak Endarsam.
08:55Apakah itu di nilai sesuatu yang wajar atau tidak.
08:58Nah itu saya tanyakan juga dalam konteks keberlanjutan Mas Toto apakah itu dalam koridor yang wajar
09:06atau sebenarnya publik yang wajar menilai spekulasi seperti ini.
09:11Kuncinya ada di situ Mas.
09:14Bahwa kenapa sih isu matahari kembar ini tidak terjadi pada saat peralihan kekuasaan dari Ibu Mega ke Pak SBY.
09:21Pada saat Pak SBY ke Pak Jokowi.
09:24Karena yang namanya SBY wapresnya itu bukan anaknya Ibu Mega.
09:29Yang namanya Jokowi wapresnya itu bukan anaknya Pak SBY.
09:33Ini kan menjadi sebuah kondisi anomali ketika keberlanjutan itu bukan sekedar diartikan pada deal politik terkait program-program yang akan dilanjutkan.
09:45Tapi dengan bahasa simbol yang secara konkret menempatkan anaknya Pak Jokowi kemudian menjadi wapres.
09:52Di situ bahasa komunikasi politik atau simbol politik yang muncul adalah Pak Jokowi masih ada di situ tanda kutip melalui anaknya.
10:00Itu yang menyebabkan sensitivitas sebagian publik.
10:03Saya tidak mau klaim seluruh publik.
10:05Bahwa Pak Jokowi masih ada dalam lingkaran kekuasaan.
10:09Itu yang menyebabkan kenapa sih ketika ada Menterinya Pak Prabowo datang ke rumah Pak Jokowi.
10:14Tapi publik langsung kemudian mencoba membuat taksir.
10:17Padahal kita objektif nih ya.
10:19Menterinya Pak Prabowo juga ada yang datang ke rumahnya Ibu Mega pada saat lebaran kemarin.
10:23Catatan saya misalnya ada Ibu Sri Mulyani, ada Pak BGS.
10:26Karena memang mereka berdua punya kedekatan personal juga dengan Ibu Mega.
10:30Tapi tidak diributkan.
10:31Karena Ibu Mega tidak ada dalam posisi seperti Pak Jokowi yang masih menempatkan anaknya di dalam posisi kekuasaan.
10:40Nah ini yang menyebabkan menurut saya jangan salahkan publik.
10:44Jangan salahkan juga yang mengingatkan bahwa tidak boleh ada matahari kembar.
10:48Pak SBI juga mengingatkan itu.
10:49Ini sebuah sarana pengingat dalam sistem presidensial.
10:53Supaya fakta empirisnya ya kita tidak mau Indonesia seperti Filipina.
10:57Yang punya kesamaan deal-deal politik, ujungnya tidak bagus loh.
11:02Apresnya sampai kemudian di image.
11:03Saya melihat ini sebagai bentuk rasa saya yang bukan mengadu domba.
11:06Jadi harusnya konsekuensi ini diterima dengan lebih bijak.
11:10Baik oleh Pak Prabowo ataupun Pak Jokowi.
11:12Buat Pak Prabowo ini kan beban ya.
11:14Dikatakan oleh Pak Jokowi di sampingnya, di belakangnya dan lain-lain.
11:17Pak Prabowo harus tegas.
11:19Memberikan batasan-batasan minimal misalnya secara komunikasi politik.
11:23Terkait dengan struktur di bawahnya.
11:25Misal, menteri-menteri ya jangan mengeluarkan kalimat yang bisa menimbulkan multitafsir.
11:30Kalau Mas Tranggono dan Pak BGS tidak mengatakan masih bos saya atau bos saya.
11:34Kan ini tidak akan dibahas di media.
11:36Kalau dikatakan semantan bos begitu.
11:39Kedua, Pak Prabowo juga menurut saya mungkin harus berhati-hati.
11:42Contoh, bagaimana tidak tahu politik berteriak mengenai hidup Jokowi.
11:47Mungkin artinya tidak dalam konteks itu.
11:49Tetapi kemudian dalam sensitivitas yang seperti ini.
11:52Karena ada keanomalian yang terjadi karena deal politik mereka berdua.
11:57Harusnya itu bisa disikapi secara lebih berhati-hati.
12:00Jangan disalahkan publik ya kira-kira.
12:01Oke, ada setetun-setetun glorifikasi ketika pidato.
12:04Itu juga jangan terlalu berlebihan begitu kira-kira ya Mas Toto.
12:07Nah, tadi saya menanyakan kepada Pak Endarsam.
12:10Bahwa perlu nggak ada mekanisme formal atau informal yang bisa dibentuk untuk menjaga harmoni lah.
12:15Kira-kira antara presiden saat ini dengan mantan presiden.
12:17Kalau kata Pak Endarsam katanya, ya nggak perlulah itu jangan terlalu jauh juga.
12:21Kita juga nggak mau membatasi silaturahmi.
12:23Tapi yang ingin saya tanyakan ke Mas Toto.
12:25Jika seorang presiden Prabowo ini perlu juga menjaga soliditas gitu kira-kira.
12:32Dan ada menghindari risiko-risiko yang akan muncul.
12:36Apa yang harus dilakukan?
12:39Kalau saya percaya Prabowo tidak bisa diintervensi.
12:42Prabowo punya pemimpinan kuat dengan karakter dan latar belakang beliau sebagai militer.
12:47Dan kalau kemudian mau kita uji pun ya secara substansi.
12:51Tentu saja ini hipotesa dan spekulasi dan analisis saya.
12:54Saya melihat apa yang menjadi program dalam lima bulan awal pemimpinan Pak Prabowo itu kas Pak Prabowo.
12:59Saya sepengenalan saya dengan Pak Jokowi karena saya cukup dekat dengan beliau dulu.
13:04Saya tidak melihat Jokowi akan menempatkan program seperti NBG sebagai program prioritas.
13:10Pak Jokowi dulu menempatkan infrastruktur dengan menggunakan dan APBN secara dominan.
13:15Pak Prabowo tidak ingin menggunakan itu.
13:16Pak Jokowi mungkin tidak akan menempatkan Indonesia masuk dalam BRICS sebagai salah satu kebijakan luar negerinya.
13:22Ini pemahaman saya.
13:23Artinya saya sih senang-senang saja bahwa artinya Prabowo sudah menjadi Prabowo sepenuhnya.
13:27Tetapi kan tadi bahwa di sampingnya masih ada kekuasaan yang diberikan kepada anaknya Pak Jokowi.
13:34Hal-hal itu yang kemudian menimbulkan banyak tafsir.
13:36Nah paling tidak walau Pak Prabowo menunjukkan kekuasanya secara penuh.
13:41Tapi juga harus berhati-hati dalam konteks menempatkan bahasa komunikasi publik kepada publik.
13:46Dan bukan hanya masuk adanya, saya alamatkan bukan hanya kepada beliau.
13:51Tapi bagaimana beliau juga bisa memberikan ketegasan kepada menteri-menterinya
13:55untuk kemudian tidak memberikan penafsiran yang bisa membingungkan publik tadi.
14:01Kenapa? Balik lagi.
14:03Karena di belakangnya sudah terlanjur ada sensitivitas.
14:06Ketika sensitivitas itu muncul, obati.
14:09Jelaskan.
14:10Jangan kemudian menuduh publik yang sedang mengadul.
14:12Oke. Begini, saya kembali ke Bung Handoko.
14:15Bung Handoko, kalau tadi Mas Toto mengatakan bahwa
14:20mungkin dulu di Pak SBY juga ada pertemuan-pertemuan,
14:23tapi tidak diungkap ke publik.
14:25Tadi juga Pak Hendarsap juga mengatakan seperti itu adalah silatur-sirat.
14:29Saya yakin juga dulu-dulu ya Pak SBY bertemu tokoh juga ada.
14:33Hanya tidak diekspos.
14:35Tapi kali ini pertemuan-pertemuan itu,
14:36ya kalau tadi kata politisi Nasdem Ahmad Saroni,
14:42ya biar enggak ada penafsiran post-power syndrome,
14:44ya enggak usah diekspos lah.
14:45Tidak usah diupload.
14:46Nah, dengan adanya eksposur ini,
14:50bagaimana Anda melihat bahwa
14:51sesungguhnya ini bukan kemauan Jokowi juga
14:54untuk bertemu tokoh-tokoh tadi?
14:58Ya, iya, gini lah.
14:59Kalau soal diekspos, saya bertemu itu kan,
15:02ya kita kan lihat Pak Jokowi kemudian memang,
15:05baru kali ini kita punya mantan presiden,
15:08kemudian rakyat masih terbondong-bondong tiap hari.
15:12Pak SBY juga kayaknya dulu gitu deh,
15:14Mandoko sebenarnya berbondong-bondong juga.
15:16Cuma enggak diekspos aja.
15:18Ya, juga.
15:20Kalau publik enggak ada masalah juga.
15:23Ini juga lain-lain aja menilai orang-orang dateng gitu kan.
15:27Enggak ada juga yang mempersoalkan.
15:28Kemudian apakah ini ide-ide atau pikiran-pikiran
15:34post-pohon sindrom ini kan muncul dari
15:36para politisi di elit gitu.
15:39Di bawah enggak ada masalah sekali,
15:41enggak ada mempersoalkan
15:42orang-orang dateng ke Pak Jokowi.
15:45Karena bagaimanapun beliau ini mantan presiden,
15:48orang yang punya posisi dan pengalaman penting di Republik ini.
15:53Jadi, biasa saja kemudian orang bersilaturami
15:57kepada seorang tokoh bagaimanapun
16:00itu hal yang lumrah dan sangat bisa diterima
16:03secara dalam sosiologis masyarakat Indonesia.
16:07Jadi juga enggak ada yang perlu dipersoalkan.
16:10Tapi karena itu kemudian adalah tafsir-tafsir
16:15yang dilontakkan dari para elit politik.
16:17Kan begitu aja.
16:18Tapi yang tadi dibilang Mas Toto juga ini
16:21bukan sarana untuk memencah belah loh.
16:23Sebenarnya publik juga hanya ingin mengingatkan
16:25begitu Pak Handoko.
16:27Ya kalau publik ada masalah,
16:28yang mengingatkan Pak Mardhani, Saroni kan begitu.
16:32Ya mungkin Pak Handoko kurang baca sosmed aja.
16:36Nah, di sosmed itu kan udah apa ya?
16:42Maksudnya udah timbang nantinya malah kemana-mana gitu loh.
16:46Lebih baik kan dihindari.
16:47Tak sama ya Pak Enderson tadi.
16:49Kan itu biasa saja.
16:50Situasinya normal-normal banget kok.
16:52Ini saya juga yakin Pak Enderson sebenarnya lagi hati-hati kayaknya ya Pak Enderson ya.
16:58Lagi dalam posisi yang enggak terlalu serius juga,
17:01enggak terlalu santai juga tapi gitu.
17:03Kira-kira begitu Pak Enderson?
17:05Ya enggak juga lah.
17:06Saya tetap dengan anak statement pertama,
17:09kita tetap berperasa kebaik bahwa
17:11saya rasa Pak Prabowo dan Pak Jokowi sudah tahu posisinya masing-masing.
17:18Kan itu yang paling penting bahwa saat ini Presiden adalah Pak Prabowo dan Pak Jokowi yang telah matur Presiden.
17:23Nah itu harus menjadi pegangan bagi Pak Prabowo.
17:28Dan itu kan sudah diperkonfirmasi dengan Mas Toto tadi.
17:34Dalam program-programnya pertama sekali tidak ada bau-bau programnya Pak Jokowi kan gitu kan.
17:40Seperti itu ya bahwa semua sekarang itu geologi dan ide dan gagasan dari Pak Prabowo yang memang ada di dalam buku-buku beliau selama ini beliau implementasikan.
17:50Dari situ kan sebenarnya sudah jelas ya.
17:52Dan Pak Jokowi juga saya rasa tahu persis bahwa saat ini dengan sistem keterangan keadaan kita
17:59bahwa orang nomor satu ya menentukan arah kebijakan bangsa ini ke depan bagi orang kemenantannya itu adalah
18:08RI satu kita Pak Prabowo Subianto dan diambil oleh Mas Gibran kan seperti itu sesuai dengan konstitusi.
18:16Jadi ya itu clear-clear aja lah saya rasa ya.
18:19Jadi ketika mungkin ada satu-dua pantan menteri.
18:27Ya sepertinya ada kendala teknis.
18:33Cara berkomunikasi berhadap pabrik.
18:35Ya itu kan mungkin menjadi catatan saja.
18:37Oke terakhir saya ya saya terakhir ke Bung Toto.
18:39Kalau dalam situasi seperti ini Bung Toto berarti Anda masih yakin atau enggak independensi menteri dalam menjalankan tugas di bawah Presiden Prabowo
18:47yang kalau kata Pak Endersop RI satu kita ini masih masih masih apa masih terjaga begitu.
18:53Kalau ada menteri yang masih menempatkan mantan Presiden sebagai tuannya ya menurut saya bodoh.
18:59Karena kalau bicara mengenai sistem tata negara dan kemenangan.
19:02Mau sehebat-hebatnya mantan Presiden yang bisa memecat atau mempertahankan Menteri hanya Presiden yang masih berkuasa.
19:09Bahkan WAPRES pun tidak bisa.
19:12Jadi saya sih masih berperasangka baik tentang hal itu.
19:15Tetapi kehati-hati yang dalam berbicara dalam sensitivitas isu seperti ini harusnya lebih dijaga.
19:20Dan yang terakhir udahlah kita kan belajar akhirnya ya.
19:24Dalam proses demokrasi gak usah aneh-aneh bagaimana kemudian keberlanjutan diartikan menempatkan anak mantan Presiden.
19:31Yang terjadi akhirnya adalah kebingungan publik seperti ini.
19:35Kebingungan perdebatan mengenai tata negara seperti ini.
19:38Keberlanjutan itu kan harusnya kita bandingkan.
19:41Apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan pemerintahan sebelum Pak Jokowi.
19:45Dan apa yang sudah ditambal atau belum ditambal oleh pemerintahan Pak Prabowo.
19:48Bukan dengan berdebat mengenai matahari kembar ini.
19:51Apakah Jokowi atau tidak ada matahari kembar.
19:54Semoga kita bisa belajar tentang demokrasi dari pengalaman seperti ini.
19:57Dan yang lebih baik isu-isu seperti ini jangan sampai mengganggu soliditas kabinet.
20:02Yang akhirnya juga terganggu menjalankan program-program pemerintahannya Pak Prabowo.
20:05Saat ini juga akan lagi tancep gas.
20:07Di tengah situasi yang juga sedang tidak menentu saat ini.
20:12Yang bisa sama-sama harusnya disikapi bersama oleh pemerintahan saat ini.
20:15Baik terima kasih Mas Toto.
20:17Bung Handoko dan juga Pak Endarsam sudah berbagi di Sapa Indonesia Malam.

Dianjurkan