Skip to playerSkip to main contentSkip to footer
  • 2 days ago
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali terpuruk setelah libur Lebaran 2025. Mata Uang Garuda bahkan sempat menembus level psikologis 17.000, atau tepatnya Rp17.171 pada Senin 7 April 2025 menurut kontrak rupiah Non-Deliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di bursa offshore.

Di sisi lain, Bank Indonesia akan melakukan sejumlah intervensi di pasar offshore, guna menstabilkan nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global. Langkah tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Senin, 7 April 2025.

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025 dan respons kebijakan retaliasi tarif oleh pemerintah China pada 4 April 2025 telah menimbulkan gejolak pasar keuangan global.

Category

📺
TV
Transcript
00:00Intro
00:00Ya pemirsa rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 7 April 2025
00:17memutuskan Bank Indonesia akan melakukan sejumlah intervensi di pasar offshore
00:21guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
00:24BI menilai pasar keuangan global saat ini terdampak oleh kebijakan tarif masuk resiprokal
00:28oleh pemerintah Amerika Serikat serta respons kebijakan retaliasi tarif oleh China.
00:40Bank Indonesia akan melakukan sejumlah intervensi di pasar offshore atau non-deliverable forward.
00:46Langit tersebut dilakukan guna menstabilkan nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.
00:51Ada pun kebijakan intervensi di pasar NDF telah diputuskan dalam rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 7 April 2025.
00:59Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya menyatakan
01:04kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan pemerintah Amerika Serikat pada 2 April 2025
01:09dan respon kebijakan retaliasi tarif oleh pemerintah China pada 4 April 2025
01:14telah menimbulkan kejolak pasar keuangan global.
01:17Ramdan menyebut intervensi di pasar offshore dilakukan Bank Indonesia secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.
01:24Bank Indonesia juga melakukan intervensi di pasar domestik sejak awal pembukaan pada 8 April 2025
01:29dengan mengintervensi pasar falas serta pembelian surat berharga negara di pasar sekunder.
01:35Selain itu Ramdan mengatakan Bank Indonesia juga akan melakukan optimalisasi instrumen likuiditas rupiah
01:40untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik.
01:44Serangkaian langkah diambil oleh Bank Indonesia ini ditujukan untuk menstabilkan nilai rupiah
01:50serta menjaga kepercayaan pelaku pasar dan investor terhadap Indonesia.
01:54Berbagi sumber, Aidex Channel.
01:59Pemirsa untuk membahas tema kita kali ini, urgensi menahan laju, depresiasi nilai tukar rupiah.
02:04Kita sudah tersambung melalui Zoom bersama dengan Bapak Ajib Hamdani,
02:07analis kebijakan publik dari Asosiasi Pengusaha Indonesia Pindu.
02:10Halo Pak Ajib, apa kabar?
02:13Sangat baik.
02:14Baik, terima kasih atas waktu yang disempatkan.
02:16Sudah bergabung juga Mas Fitra Faisal, senior ekonomis dari Samuel Sekuritas Indonesia.
02:20Halo Mas Fitra, apa kabar?
02:22Halo Mas Pras, kabar baik. Terima kasih Bang Ajib.
02:25Siap, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
02:27Sebelum membahas lebih jauh ini, Mas Fitra, bisa diuraikan sebenarnya apa saja sih faktor-faktor
02:31yang mempengaruhi terkait dengan depresiasi ataupun pelemahan rupiah yang terjadi saat ini?
02:38Silakan Mas Fitra.
02:38Yang pertama adalah, kalau kita melihat, the main culprit-nya adalah tentu tarif resi prokal.
02:45Tarif resi prokal Trump ini kan sudah menimbulkan kegaduhan di pasar, pasar regional, pasar global juga.
02:52Kalau kita lihat, hari ini juga ada trading hold, salah satu juga dipicu oleh kegaduhan tersebut.
02:58Sehingga persepsi resiko terhadap emerging markets ini meningkat, ada de-risking lah dari emerging markets.
03:07Sehingga itu kemudian menekan rupiah.
03:09Nah, di sisi yang lain tentu kita juga harus lihat faktor-faktor domestik yang juga ada perannya juga ya.
03:16Meskipun dalam hal ini kita juga melihat bahwa peran global itu jauh lebih signifikan dibandingkan dengan peran domestik.
03:21Apa saja peran domestik?
03:23Peran domestik adalah kalau kita melihat di awal tahun ini, Januari dan Februari, kan sudah defisit 31 triliun ya, 0,13 persen dari GDP.
03:33Dan ini yang pertama semenjak 4 tahun terakhir.
03:36Tapi memang ya kalau kita lihat, ini kan karena permasalahan dari cortex ya.
03:40Saya rasa ini bisa akan diantisipasi di bulan-bulan berikutnya ya Pak, dari sisi revenue.
03:45Cuma masalahnya ini kan sudah menimbulkan persepsi negatif gitu ya.
03:49Dan kemudian kita juga melihat bagaimana sejak awal tahun ada isu efisiensi yang mana dianggap sebagai faktor risiko oleh investor global ya.
03:58Karena ini adalah salah persepsi ya.
04:00Seharusnya kan efisiensi itu bukan budget cut ya.
04:03Tapi ketika saya menemui salah satu dubas perwakilan asing, dia tanya kepada saya tentang budget cut.
04:09Terus saya harus jelaskan, this is not a budget cut, this is a budget relocation.
04:13Nah ada hal-hal yang lain yang sifatnya secara domestik itu mempengaruhi persepsi investor asing sehingga kita melihat bagaimana Morgan Stanley mendowngrade kita.
04:22Karena potensi return on equity di tahun ini terbatas.
04:25Kenapa potensi return on equity terbatas?
04:27Karena fondasi makroekonominya mungkin juga terbatas gitu kan sehingga dia downgrade.
04:31Belum lagi, Goldman Sachs yang kemarin melihat bahwa ada risiko fiskal yang bisa menghasilkan defisit yang lebih dari 2,9 persen dari GDP.
04:40Nah ini juga adalah satu hal yang sebenarnya harusnya mampu dikomunikasikan dengan baik.
04:44Karena kalau kita bicara Goldman Sachs 2,9 persen tadi, itu kan sebenarnya jawabannya adalah efisiensi.
04:50Dengan efisiensi bisa mempertahankan level defisit fiskal misalnya di level 2,53 persen.
04:55Tapi masalahnya adalah sekali lagi komunikasi.
04:58Dan ini juga diakui oleh Pak Prabowo ya.
05:00Permasalahan dari 100 hari lebih dari pemerintahan Pak Prabowo ini adalah masalah komunikasi.
05:05Suatu hal yang positif, tapi kemudian dimaknai negatif oleh investor asing sehingga itu juga mampu untuk menekan rupiah.
05:12Terlepas juga dari tekanan eksternal yang sekarang kita sedang hadapi gitu Mas Pras.
05:16Baik, baik.
05:17Nah Pak Ajib, dari kalangan dunia usaha sendiri ya, Pindo khususnya begitu terkait dengan pelemahan rupiah yang terjadi saat ini,
05:24apa yang bisa kita komentari begitu?
05:26Apa yang bisa Anda cermati begitu tren dengan kondisi saat ini?
05:31Silahkan Pak Ajib.
05:32Ya Mas Pras, kalau kita lihat memang beberapa indikator makro dalam negeri Indonesia menunjukkan indikator-indikator yang tetap terkendali.
05:42Kalau kita lihat misalnya ukuran dari inflasi, kita masih dalam rentang di angka 2,5 plus minus 1 persen.
05:47Kemudian berbicara masalah ukuran-ukuran misalnya tingkat suku bunga acuan,
05:51kita juga menambahkan tingkat suku bunga acuan yang tetap bagus di angka 5,75 persen.
05:56Dan kemudian kalau kita lihat indikator politik, kita dalam stabilitas yang bagus.
05:59Tapi memang kemudian Mas Pras, kalau kita cermati, dan tadi saya menyimak papanan dari Dr. Fitra,
06:04itu memang ada dua variable yang kemudian akan mempengaruhi pelemahan nilai rupiah.
06:09Yang pertama berbicara masalah kebijakan global.
06:11Di mana benar-benar tarif Trump ini memberikan daya tekan yang luar biasa terhadap sektor monetar Indonesia.
06:18Karena ke depan ini dalam jangka menengah akan mengalami konstruksi ekspor-impor.
06:23Dan kondisi ini yang kemudian akan membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah kita.
06:27Dan yang kedua berbicara masalah bagaimana struktur APBN kita.
06:31Di mana struktur APBN kita itu menganut paham defisit fiskal.
06:35Dan repotnya adalah ketika kemudian kita defisit fiskal pun,
06:38pemerintah kemudian melakukan kembali otak-atik terhadap efisiensi misalnya.
06:42Kalau kita lihat struktur APBN kita, Mas Pras, dengan Rp3.600 triliun,
06:47Rp6.600 triliun itu sudah hutang tersendiri.
06:50Kemudian ketika pemerintah kembali membuat realokasi dengan adanya beberapa efisiensi,
06:56maka ini membuat tingkat kepercayaan publik kembali, mereka akan kembali mengukur.
07:02Bagaimana tingkat, bagaimana confidence levelnya spending government sampai dengan akhir tahun 2025.
07:08Karena sekali lagi, dalam konteks struktur APBN ini akan saat mempengaruhi terhadap nilai total rupiah
07:13dan akan mempengaruhi keyakinan konsumen.
07:16Apalagi kalau kemudian kita lihat, Mas Pras, bahwa hari ini pun indeks harga saham gabungan
07:21juga mengalami depresiasi yang luar biasa.
07:23Bagaimana pasar uang kita lihat sebagai sebuah respon yang paling objektif
07:28atas kebijakan-kebijakan pemerintah.
07:30Sehingga harapan kita, Mas Pras, ketika kita mengalami kondisi global yang kurang positif,
07:34ketika kita mengalami sentimen negatif dari kondisi kebijakan global yang ada,
07:38yang bisa dilakukan pemerintah adalah melakukan penguatan-penguatan ekonomi dalam negeri
07:42dan melakukan kebijakan-kebijakan yang perlu dengan pasar dan perlu dengan pertumbuhan.
07:47Pertanyaannya adalah, apakah jajaran kabinet pemerintah Indonesia ini cukup mampu menerjemahkan gagasan besar Pak Prabowo?
07:54Karena kalau kita lihat, Mas Pras, misalnya, ketika kemudian Pak Presiden menyampaikan
07:59bagaimana langkah-langkah mitigasi yang secara cepat harus dilakukan oleh pemerintah
08:04terhadap tarif Trump, misalnya.
08:06Ada tiga langkah utama, berbicara masalah penguatan bilateral dengan Amerika,
08:12kemudian penguatan ekonomi dalam negeri melalui lirisasi,
08:14dan yang ketiga, peningkatan konsumsi.
08:16Ini yang menjadi PR-PR kita, Mas Pras.
08:18Karena faktanya adalah, secara fundamental ekonomi,
08:21kita sedang mengalami PR-PR yang begitu luar biasa.
08:24Misalnya berbicara masalah pengangguran dan kemiskinan.
08:27Ini menjadi PR besar kita, sehingga ketika pemerintah ingin berorientasi pada penguatan konsumsi,
08:33penguatan ekonomi dalam negeri ini menjadi PR besar.
08:35Dan dilapan kita, Mas Pras, pemerintah betul-betul bisa memetakan
08:39bagaimana orientasi jangka pendek, bagaimana orientasi jangka menengah,
08:42dan jangka panjang.
08:43Karena jangka panjang ini menjadi tidak kalah pentingnya,
08:46karena sekali lagi, ekonomi Indonesia ini baru dimulai pada tahun 2025
08:50di masa pemerintahan Pak Prabowo Gibran.
08:53Harapan kita, Mas Pras, pemerintah betul-betul bisa memberikan insentif terbaik
08:57dalam konteks fiskal, moneter, maupun kebijakan-kebijakan ekonomi,
09:01sehingga terjadi penguatan-penguatan ekonomi di jangka panjang.
09:04Dan kita mempunyai harapan besar di situ, Mas Pras.
09:06Tadi yang Putra Fitra sampaikan tentang bagaimana struktur APBN kita
09:10harusnya bisa lebih sehat, kita sangat setuju dengan hal tersebut.
09:13Dan bahkan kita terus memberikan afirmasi-afirmasi positif terhadap pemerintah.
09:17Kita memberikan masukan-masukan bersehat konsumtif,
09:19bagaimana seharusnya pemerintah bisa mendesain ekonominya dengan baik
09:23dan menjadikan kebijakan fiskal itu sebagai daya ungkit pertumbuhan ekonomi yang ada.
09:29Karena sekali lagi, Mas Pras, ketika Indonesia mengalami tekanan luar biasa
09:33dalam konteks ekonomi global,
09:36Pak Presiden Prabowo harus fokus dengan penguatan-penguatan ekonomi dalam energi.
09:39Demikian, Mas Pras.
09:40Baik, lantas sejumlah mana peleman rupiah ini kalau kita kaitkan
09:43dengan pergerakan mata uang dari sejumlah negara di kawasan regional lainnya?
09:46Begitu kita akan bahas nanti di segmen berikutnya.
09:48Begitu ya, Mas Pras, Pak Ajib, kita akan cedah dulu sebentar.
09:50Dan pemirsa, kami akan segera kembali.
10:01Ya, Anda masih bergabung bersama kami dalam Market Review.
10:04Dan berikut ini kami sampaikan data untuk Anda
10:06terkait dengan bagaimana pergerakan nilai tukar rupiah
10:08berdasarkan kursus dari Gisdor, dari Bank Indonesia.
10:11Selengkapnya bisa Anda saksikan di layar televisi Anda.
10:14Jakarta Interpeng Spot Dollar Rate.
10:16Ya, seperti yang bisa Anda cermati,
10:18pergerakan nilai tukar rupiah memang data terakhir per 27 Maret 2025
10:22di mana rupiah masih bertengkar di 16.566 rupiah per dolar Amerika Serikat.
10:28Meskipun kita tahu di pasar NDF tadi sudah disampaikan
10:32begitu mengalami depresiasi yang cukup dalam.
10:35Selanjutnya, performa rupiah pasca libur lebaran
10:37kita lihat dari tahun 2019 sampai dengan 2024
10:41India memang rata-rata mengalami tekanan begitu ya di tahun 2020
10:452020 minus 0,34 persen, 2021 minus 0,6 persen, 2022 minus 0,41 persen, kemudian 2023 ada kenaikan 0,07 persen.
10:57Sementara di tahun 2024 minus 2,08 persen.
11:01Sementara kita tahu untuk suku bunga acuan Bank Indonesia
11:04untuk grafis selanjutnya kita lihat masih ditahan 5,75 persen oleh Bank Indonesia.
11:10Di next grafis ya.
11:12Itu dia pergerakan suku bunga acuan Bank Indonesia.
11:19Baik kita lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Ajib Hamdani Apindo
11:22kemudian Mas Peter Faisal dari Samuel Sekuritas Indonesia.
11:26Baik Pak Ajib mencermati dengan beberapa data tadi yang sudah disampaikan.
11:30Begitu menurut Anda bagaimana dengan pergerakan nilai tukar rupiah sendiri?
11:33Kalau misalnya dari JISDOR masih bertahan di 16.500-an
11:38kemudian NDF kita tahu juga ini mengalami poleman yang cukup dalam ini Pak Ajib. Silahkan.
11:45Ya Mas Pras, kalau rent penurunan nilai rupiah ini terus berlanjut
11:49maka ini akan memberikan efek dan sentimen yang kurang positif dari dunia usaha.
11:54Dan bahkan bukan hanya dunia usaha Mas Pras
11:56tapi dalam konteks government spending akan juga mengalami konstruksi.
11:59Ini yang perlu dicermati oleh pemerintah dan juga private sector.
12:03Tetapi kemudian Apindo mengusulkan paling tidak 4 hal kepada pemerintah
12:07untuk bisa memintigasi bagaimana tren penurunan ini bisa dihentikan Mas Pras.
12:12Yang pertama berbicara jangka pendek.
12:14Apindo tetap mendukung bagaimana kebijakan pragmatis jangka pendek dari pemerintah
12:19untuk misalnya menahan dana hasil ekspor misalnya DHE.
12:23Dimana DHE itu kan ditahan sekarang dalam waktu 12 bulan ke depan.
12:27Apindo tetap mendukung dengan beberapa catatan misalnya.
12:29Dengan adanya disinsentif DHE ini
12:31maka diberikan insentif-insentif moneter maupun insentif kebijakan ekonomi yang lain
12:36sehingga dunia usaha tetap bisa bergerak dengan baik.
12:39Ini yang kita dorong ke pemerintah Mas Pras.
12:41Jadi satu sisi kita mendukung gerakan-gerakan dan kebijakan-kebijakan positif
12:46dari pemerintah untuk memperkuat nilai tukar rupiah
12:49tapi sisi lain kita terus berikan masukan konstruktif
12:51agar dunia usaha terus berjalan dengan baik.
12:53Ini berbicara masalah orientasi jangka pendek.
12:55Karena kita lihat Mas Pras bahwa dengan adanya DHE yang ditahan selama 12 bulan
12:59ini memberikan sentimen positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah.
13:03Kemudian berbicara kedua berbicara masalah jangka menengah Mas Pras.
13:07Karena sekali lagi ini tidak hanya berbicara masalah sporadik
13:10berbicara hanya jangka pendek dan tidak terukur.
13:13Kita harus secara komprehensi misalnya
13:14adanya orientasi ekspor dan substitusi impor.
13:18Ini harus didorong oleh pemerintah.
13:19Kemudian yang ketiga adalah berbicara masalah penguatan daya saing.
13:23Kita selalu mendorong agar adanya revitalisasi sektor-sektor manufaktur
13:27dan terutama untuk sektor-sektor yang berorientasi
13:29pada penyerapan banyak tenaga kerja Mas Pras.
13:32Karena sekali lagi, salah satu problem yang dihadapi oleh Indonesia adalah
13:35produk-produk kita kurang punya daya saing.
13:37Kenapa kurang punya daya saing?
13:39Karena kita adanya high cost ekonomi.
13:41Nah inilah yang kita tunggu.
13:43Bagaimana pemerintah bisa mereduksi ongkos-ongkos ekonomi
13:45terutama di hal-hal yang bersifat non-ekonomi.
13:49Ini sangat penting Mas Pras, sehingga Indonesia bisa terus mendorong
13:52daya saing produknya, terutama bisa bersaing di luar negeri.
13:55Kalau kita berbicara masalah pasar ekspor terbuka misalnya,
13:59pertanyaan kedua adalah kita mempunyai komoditas yang punya daya saing atau tidak?
14:02Jangan sampai kemudian pemerintah saat ini sudah mendorong
14:05kerjasama-kerjasama bilateral dengan negara-negara lain.
14:08Sudah mendorong didolarisasi misalnya.
14:10Tapi kemudian kita tidak mempunyai konten,
14:12kita tidak mempunyai produk yang mempunyai daya saing.
14:14Ini yang kita harapkan Mas Pras.
14:15Jadi APEDU memberikan perusulan konkret kepada pemerintah
14:18agar pemerintah mendorong revitalisasi dan mendorong diregulasi,
14:22terutama sektor-sektor manufaktur yang bersifat padat karya.
14:25Yang keempat tentu ini relevan dengan program-program Pak Prabowo
14:28sesuai dengan Astacita Mas Pras,
14:30yaitu dengan adanya hilirisasi.
14:31Tapi yang kita dorong adalah hilirisasi dalam konteks yang lebih luas.
14:35Kalau tahun sebelumnya pemerintah fokus dengan hilirisasi sektor energi misalnya,
14:40maka pemerintah harus lebih fokus pada hilirisasi pada sektor-sektor
14:43yang melibatkan lebih banyak stakeholder, terutama di sektor perikanan,
14:47perlutupanian, dan perkebunan.
14:49Ini tentunya akan menurutkan daya ungkit yang lebih maksimal.
14:51Tapi saya pikir bagaimana pemerintah itu harus konsisten,
14:56dan bagaimana jajaran kabinet bisa menerjemahkan dengan baik.
14:59Dan saya pikir masukan-masukan dari Dr. Fitra tadi,
15:02kita juga sangat aware dan sangat sejujur tentang bagaimana
15:05perbaikan struktur APBN kita,
15:07dan bagaimana pemerintah bisa dikasih dengan baik
15:09dalam konteks jubungan bilateral dengan Amerika.
15:12Demikian mas Pras.
15:12Oke Pak Pras.
15:13Nah mas Fitra, lantas bagaimana Anda melihat pelemahan rupiah yang terjadi saat ini?
15:17Kalau misalnya kita lihat dan bandingkan dengan beberapa mata uang negara lainnya
15:20di kawasan regional.
15:21Kemudian dengan beragam upaya tadi yang sudah dilakukan oleh APIDO,
15:25begitu rekomendasinya ada DHE,
15:27kemudian substitusi ekspor, penguatan daya saing,
15:29dan juga hilirisasi begitu.
15:31Kalau upaya untuk bisa meningkatkan dari sisi fundamental ekonomi kita begitu.
15:34Mas Fitra.
15:35Yang pertama adalah kita harus melihat bahwa rupiah itu memang tertekan,
15:40tapi masih under control.
15:41Kenapa?
15:42Menurut hitungan saya,
15:43saya melakukan beberapa simulasi yang disebut sebagai impulse response function.
15:48Jadi untuk membantu rupiah itu berada di level 16.400,
15:52meskipun di pasar NDF-nya sudah 17.000,
15:54itu BI bisa intervensi 5 bilion USD selama 2 bulan,
15:59bulan ini dan bulan depan untuk mempertahankan rupiah.
16:03Nah, bisa atau enggak?
16:05Bisa, karena cadangan divisa kita 154 bilion USD.
16:09Sebagai perbandingan di tahun 2022,
16:12ketika The Fed pertama kali menaikkan suku bunga,
16:14dan Bank Indonesia tidak melakukan kenaikan suku bunga secara agresif,
16:19di 6 bulan pertama tahun 2022,
16:21Bank Indonesia bisa melakukan intervensi sampai hitungan saya 12 bilion USD,
16:26dan cadangan divisa kita pada saat itu adalah 145 bilion USD.
16:30Sehingga dengan kondisi sekarang ini saya rasa memang 5 bilion itu mahal,
16:36tapi ya itu suatu hari yang harus dilakukan karena cadangan divisa kita juga sebenarnya sangat memadai.
16:40Yang kedua, saya merespon dari Bang Ajib ya,
16:44untuk DHE isunya adalah di kalangan pengusaha kan juga masalahnya komunikasi juga ya,
16:49bagaimana itu nanti efeknya kepada working capital,
16:52dan bagaimana nanti efeknya terhadap ekspor under invoicing.
16:54Yang mana, sekali lagi ini masalah komunikasi ya,
16:57itu semua bagus,
16:58we have all the great ideas,
16:59tapi ketika went to communicate,
17:01kita bicara komunikasi dengan investorasi,
17:03ini mereka melihatnya sebagai ekspor under invoicing,
17:05dan pada akhirnya itu akan melemahkan rupiah juga,
17:08maka sekali lagi komunikasi.
17:09Terus yang ketiga,
17:10mengenai strategi substitusi impor,
17:12ini saya rasa di saat sekarang jangan dilakukan Bang Ajib.
17:15Kenapa?
17:15Karena itu kan menjadi poinnya Trump,
17:18ketika melihat ada 16 poin yang dikeluarkan USTR,
17:21itu salah satunya adalah ada TKDN,
17:23kemudian hal-hal lain yang terkait dengan substitusi impor.
17:26Justru kan Kemenko kemarin melakukan,
17:28ingin mengimpor lebih banyak lagi dari US,
17:30untuk mengurangi defisitnya,
17:32antara US dengan Indonesia,
17:33itu kan yang menjadi poin perhatian,
17:35sehingga sekarang kita harus menjalin negosiasi bilateral dengan Trump,
17:39dengan kemudian melakukan konsolidasi,
17:42yang mana konsolidasi itu sangat terbuka,
17:44karena banyak yang sifatnya non-tariff barriers,
17:46sehingga pada akhirnya tekanan global,
17:49dari sisi tarif resipurukal itu,
17:50bisa kemudian kita antisipasi dan mitigasi ke depannya.
17:55Baik, langkah intervensi apalagi yang mungkin perlu dilakukan begitu,
17:57Bank Sentral misalnya yang dikatakan masih bisa dilakukan begitu,
18:00tapi sampai seberapa kuat juga nih kemampuan dari Bank Sentral kita,
18:03jika depresiasi berlanjut.
18:06Ya, hitungan saya,
18:07kalau misalnya 5 bilion US dolar itu,
18:09sekarang bulan April,
18:11nanti sampai bulan depan,
18:12setidaknya sampai semester satu kali ini,
18:15kita harus evaluasi,
18:16apakah intervensi itu mau ada atau tidak.
18:19Nah, maka usulan saya adalah,
18:20sampai bulan Juni,
18:21kalau misalnya ini intervensi semakin lama semakin mahal,
18:24threshold-nya itu adalah per bulan 3 bilion US dolar.
18:27Kalau sudah lebih dari itu,
18:28itu sudah saatnya menaikkan suku bunga.
18:30Dan hitungan saya di bulan Juni ini,
18:32kalau misalnya tekanan itu belum meredah,
18:34ya harus dinaikkan 25 basis point,
18:35karena biar bagaimanapun,
18:37rupiah ini menghasilkan dua kondisi,
18:41teknis dan psikologis.
18:43Secara teknis,
18:44kalau misalnya rupiah terdepresiasi,
18:46itu ongkos produksinya akan meningkat dari industri.
18:48Dan kita melihat bagaimana tahun lalu,
18:50PMI kita,
18:51production,
18:52purchasing manager,
18:53indexing manufacturing,
18:54anjelok 4-5 bulan berturut-turut,
18:56salah satunya karena depresiasi nilai tukar.
18:59Jangan sampai itu terjadi lagi di tahun ini.
19:02Yang kedua adalah efek psikologis.
19:03Biar bagaimanapun,
19:03rupiah sekarang kan ketika masuk ke level 17 ribu,
19:06orang-orang sudah emboh.
19:07Ya ini udah lebih buruk dari krisis,
19:09ekonomi tahun 1998.
19:10Padahal kan,
19:111998 kan dari 6 ribu ke 16 ribu 600.
19:15Sekarang kan kita dari 16 ribu 500,
19:17ke 17 ribu 500 point.
19:19Kalau misalnya kita lihat dari depresiasinya,
19:21less than 5%.
19:22Kalau dulu, puluhan persen.
19:24Jadi sebenarnya,
19:25sekali lagi,
19:26ini kita memang harus pas pada,
19:28tapi belum dalam keadaan krisis,
19:29tapi pemerintah harus mampu
19:30mengkomunikasikan itu dengan baik.
19:31Karena ketika pada saat yang seperti ini,
19:34ketika kita salah mengkomunikasikan,
19:36yang terjadi adalah apa?
19:37Ya mungkin ya krisis itu menjadi semacam self-fulfilling prophecy pada akhirnya.
19:41Oke, oke.
19:42Nah, baik.
19:43Pak Haji,
19:43bagaimana dengan tadi informasi yang sudah disampaikan,
19:45analisis menarik terkait dengan fundamental ekonomi Indonesia,
19:48kemudian bagaimana kebijakan-kebijakan yang komprehensif perlu dilakukan,
19:51begitu di mana ada potensi bank sentral juga memberikan peran yang lebih jauh,
19:55kalau memang upaya-upaya untuk menjaga depresiasi rupiah ini masih berlanjut,
19:59begitu Pak Haji.
20:00Ya, tadinya kita mengasumsikan, Mas Pras,
20:04bahwa tanpa adanya efek dari ekonomi global yang begitu masif,
20:10tadinya kita memproyeksikan bahwa justru pada semester kedua nanti
20:13tingkat sumber pengacuan kita akan kembali turun di 25 basis point.
20:17Tapi kalau kita melihat realitas ekonomi global yang ada, Mas Pras,
20:20memang akan berat untuk Bank Indonesia melakukan kebijakan moneter
20:24menurunkan tingkat sumber pengacuan.
20:25Dan bahkan tadi Mas Fitra menyampaikan bahwa yang paling logik adalah ketika kemudian
20:30dolar terus mengalami penguatan dan rupiah mengalami pelemahan,
20:34kalau sampai psikologis menyentuh angka 17 ribu misalnya,
20:37yang notabene ini sudah terjadi di pasar luar negeri,
20:39maka yang paling logik adalah memang menaikkan tingkat cukup pengacuan,
20:42karena itu akan memberikan sentimen positif terhadap penguatan nilai tukar rupiah.
20:46Nah, tapi sekali lagi, pemerintah harus berhitung secara komprehensif, Mas Pras,
20:50karena juga ada resiko ketika terjadi kenaikan tingkat cukup pengacuan,
20:53yaitu likuiditas tentunya akan semakin berkurang,
20:56karena keuangan akan tersedot ke arah, misalnya ke SBN, dan lain-lain.
21:01Dan apalagi kemudian ketika tingkat cukup pengacuan itu diikuti oleh tingkat cukup pengacuan,
21:05komersial misalnya, sehingga likuiditas akan semakin berkurang
21:08di kegiatan perekonomian dalam negeri kita.
21:11Tapi sekali lagi, begini Mas Pras,
21:13tentunya kebincangan fiskal moneter ini dibutuhkan sebuah bauran yang ideal dan komprehensif,
21:18karena kita tidak bisa melihat secara parsial.
21:20Tapi kalau kemudian misalnya dolar sudah menyentuh angka 11 ribu,
21:23maka mau tidak mau memang,
21:25memang yang paling efektif adalah menaikkan tingkat cukup pengacuan.
21:29Sebuah hal yang kondisi kurang ideal,
21:30tapi saya pikir itu menjadi relatif diperlukan,
21:34ketika memang kondisi ekonominya kurang ideal.
21:36Jadi Mas Pras, beberapa poin kita sepakat dengan yang Mas Fitra sampaikan tadi.
21:41Dan sekali lagi, dunia usaha akan terus mendukung pemerintah sepanjang.
21:44Pemerintah itu bisa mendorong kebijakan-kebijakan yang bersifat komprehensif.
21:47Jangan sampai satu isi bersifat parsial dan memberatkan dunia usaha.
21:51Demikian Mas Pras.
21:52Baik, itu dia yang perlu dilakukan memang bagaimana kebijakan komprehensif.
21:54Tapi proyeksi terakhir, Mas Fitra,
21:56terkait dengan pergerakan nilai tukar rupiah kita ke depan ini,
21:59akan seperti apa dengan beragam upaya yang sudah dilakukan pemerintah?
22:02Ya, kalau kondisinya itu memungkinkan,
22:06saya melihat bahwa rupiah di tahun ini masih bisa lah beredar di 16.600, 16.700.
22:11Karena memang kita harus memperbaiki fondasi rupiah juga, Mas Pras.
22:15Fondasinya apa sih?
22:16Karena account deficit, kita kemarin sudah 7 kuartal berturut-turut deficit gitu ya.
22:20Itu harus diperbaiki.
22:21Nah, untuk menipiskan deficit itu apa?
22:23Ya industri, industri-nya nih, teman-teman yang Mas Ajib nih,
22:26usahanya harus difasilitasi.
22:28Industri-nya harus melakukan ekspansi.
22:30Supaya apa?
22:30Supaya nanti kita bisa mengekspor lebih banyak.
22:32Itu kan sebenarnya kata kuncinya.
22:34Mengekspor lebih banyak bukan arti kita menghambat import sebanyak-banyak yang enggak.
22:37Kalau belajar dari Vietnam, belajar dari China.
22:39Mereka mengimport nggak apa-apa,
22:41tapi kemudian import itu barang produksi,
22:43barang kebutuhan bahan baku dan barang modal,
22:46itu untuk diekspor lagi.
22:47Nah, itu sebenarnya kuncinya adalah di industri ya.
22:50Ketika industri-nya bangkit,
22:51maka sebenarnya rupiahnya juga bisa relatif lebih kuat begitu kan.
22:55Jadi jangan sampai kemudian fondasi rupiah itu kita tinggalkan.
22:57Apa yang dilakukan oleh bang sentral itu adalah ini aja,
23:00cuma kasih panadol.
23:02Obat gitu ya, untuk meredam demam.
23:04Tapi kalau misalnya obatnya terlalu banyak,
23:06itu kan kena ginjal juga.
23:07Tadi yang disampaikan Mas Ajib.
23:08Kalau kita suku bunganya terlalu tinggi,
23:11ya itu nanti ekonomi juga mandat juga dong.
23:13Ginjalnya bisa rusak, ekonomi juga bisa rusak.
23:15Nah, akhirnya maka penyebabnya apa?
23:17Industri.
23:18Sekarang kita sudah kontribusi sektor industri tinggal 18% dari GDP.
23:21Itu minimal 26%.
23:22Nah, ini harus butuh waktu ya.
23:24Dan untuk itu kita juga harus sabar.
23:26Oke, itu dia beberapa poin yang perlu dicermati juga.
23:29Semoga bisa menjadi panduan lah tadi.
23:31Bila memang ada pertemuan begitu antara pemerintah, pelaku usaha,
23:34maupun para ekonom nanti untuk bisa menghasilkan
23:37satu solusi yang komprehensif.
23:38Begitu dalam menjaga nilai tukar rupiah,
23:41tidak terlalu mengalami depresiasi yang lebih dalam lagi.
23:44Baik, Mas Fitra Faisal, terima kasih banyak
23:46atas analisis informasi yang sudah disampaikan.
23:48Mas Ajib juga, Pak Ajib.
23:49Terima kasih juga atas informasi dan update yang sudah diberikan
23:52kepada pemirsa pada hari ini.
23:53Selamat melanjutkan aktivitas Anda kembali.
23:55Salam sihat.
23:56Terima kasih, Pak Ajib, Mas Fitra.
23:58Sama-sama.
23:58Terima kasih, Mas Fras.
23:59Terima kasih, Mas Fitra.
24:00Terima kasih, Pak Ajib.
24:01Baik, Pemirsa, satu jam sudah saya menemani Anda
24:03dalam market review dan perbahar terus informasi Anda
24:05hanya di ID Actional,
24:06Your Transporting and Comprehensive Investment Reference.
24:09Karena urusan masa depan harus terdepan,
24:12aku investor saham.
24:13Saya, Prasetyo Wibowo,
24:15beserta seluruh kerebat kerja
24:17yang bertugas pamit undur diri.
24:19Terima kasih.
24:19Sampai jumpa.
24:23Sampai jumpa.
24:53Sampai jumpa.
25:07Terima kasih.

Recommended