KOMPAS.TV - Membangun literasi membaca di era serbadigital bukanlah perkara mudah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Abdul Muti, mengungkap kemampuan membaca anak-anak Indonesia masih berada di bawah standar: mereka dapat membaca, tetapi belum mampu memahami isi bacaan.
Mengapa kondisi ini terjadi dan bagaimana solusinya? Dari Pulau Natuna, seorang anggota polisiBripka Mudiyantoterus berjuang menyalakan semangat literasi melalui perpustakaan keliling di wilayah perbatasan Indonesia.
Untuk membahas lebih lanjut, simak dialog KompasTV bersama Bripka Mudiyanto, serta pegiat literasi Maman Suherman.
Baca Juga Penerangan Koopsudnas Gelar Sosialisasi, Literasi Komunikasi Media Digital Jadi Topik Pembahasan di https://www.kompas.tv/nasional/593597/penerangan-koopsudnas-gelar-sosialisasi-literasi-komunikasi-media-digital-jadi-topik-pembahasan
#literasi #pendidikan #minatbaca #natuna #polisi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/593960/full-darurat-literasi-di-era-digital-ini-cerita-polisi-di-natuna-tumbuhkan-minat-baca-anak-anak
Mengapa kondisi ini terjadi dan bagaimana solusinya? Dari Pulau Natuna, seorang anggota polisiBripka Mudiyantoterus berjuang menyalakan semangat literasi melalui perpustakaan keliling di wilayah perbatasan Indonesia.
Untuk membahas lebih lanjut, simak dialog KompasTV bersama Bripka Mudiyanto, serta pegiat literasi Maman Suherman.
Baca Juga Penerangan Koopsudnas Gelar Sosialisasi, Literasi Komunikasi Media Digital Jadi Topik Pembahasan di https://www.kompas.tv/nasional/593597/penerangan-koopsudnas-gelar-sosialisasi-literasi-komunikasi-media-digital-jadi-topik-pembahasan
#literasi #pendidikan #minatbaca #natuna #polisi
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/nasional/593960/full-darurat-literasi-di-era-digital-ini-cerita-polisi-di-natuna-tumbuhkan-minat-baca-anak-anak
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Membangun literasi membaca di era serba digital ini bukanlah hal yang mudah.
00:06Benar banget Akbar, kita tahu yang juga menarik dan ini jadi inspirasi,
00:10di Pulau Natuna seorang anggota polisi menyempatkan waktunya untuk tetap berjuang
00:14menyalakan literasi melalui perpustakaan keliling. Ini ceritanya.
00:20Bripka Mudianto tak hanya menjalankan tugasnya sebagai polisi di bunguran timur Natuna, Kepulauan Riau.
00:30Dirinya juga berjuang menyalakan semangat literasi membaca anak-anak di wilayah tersebut.
00:36Dengan sepeda motor yang telah disulapnya menjadi perpustakaan keliling,
00:41Bripka Mudianto rela menyambangi setiap sekolah yang ada di Pulau Natuna.
00:46Dirinya memberikan fasilitas gratis membaca buku dengan jenis dan jumlah yang cukup banyak.
00:53Ide perpustakaan keliling muncul di benak Bripka Mudianto sejak 2017 silam
00:59dan akhirnya di 2018 terwujudlah perpustakaan keliling dengan menggunakan motor hingga saat ini.
01:07Semangat Bripka Mudianto tak pernah luntur seiring dengan senyum rekah yang diberikan anak-anak Natuna di tiap kehadirannya.
01:17Saya sangat senang sekali ketika melihat antusiasa anak-anak membaca.
01:21Jadi saya ke sekolah-sekolah, ke kampung-kampung dengan menggunakan robot baca
01:25supaya anak terbiasa membaca dan terbiasa dengan buku.
01:28Saya yakin dan percaya anak-anak Natuna siap bersaing dan berkolaborasi dengan anak-anak di kota besar.
01:34Fikri Akori salah satu anak di Natuna mengaku senang dengan kehadiran perpustakaan keliling milik Bripka Mudianto.
01:42Fikri mengaku pilihan buku yang banyak menjadi salah satu alasannya tetap menanti kehadiran perpustakaan keliling.
01:51Saya senang membaca karena tempatnya nyaman dan buku anak bagus-bagus dan bahasanya mudah dipahami.
02:02Tantangan demi tantangan terus dilewati Bripka Mudianto demi memperjuangkan semangat literasi anak Natuna.
02:09Penanaman edukasi membaca menjadi salah satu prioritas Bripka Mudianto
02:14untuk membuat anak Natuna mampu bersaing dengan anak dari wilayah lain.
02:20Tim Liputan, KompasTV
02:22Tim Liputan, KompasTV
02:53Kenapa rela meluangkan waktu sebagai polisi juga keliling ke sekolah untuk kasih buku-buku bacaan ke anak-anak sekolah, Pak?
03:03Baik, saya ingin menyapa dulu sahabat KompasTV.
03:08Pertama, saya sebagai Pak Bintang Tim Liputan itu tahun 2017.
03:12Dan saya ketika melaksanakan kegiatan sama kepada anak-anak saya temui,
03:18adik-adik kami di Natuna ini banyak main gadget, agresif ngobrol-ngobrol.
03:22Kemudian sambil lain waktu lagi seperti ini juga.
03:25Saya berpikir sampai kapan sih anak-anak Natuna seperti ini.
03:29Dan saya mencoba membuat inovasi yaitu sebagai perpustakaan keliling.
03:35Dan sebelum inovasi saya jalankan, saya minta saran kepada pimpinan dan alhamdulillah pimpinan sangat mengaspirasasi ide yang saya sampaikan.
03:44Setelah itu saya coba merealisasikan perpustakaan keliling dan akhirnya diterima oleh anak-anak.
03:51Dan ketika itu saya melihat anak-anak lebih bisa untuk membaca, semangat untuk membaca ketika kami hadir di lapangan.
04:00Oke, terima kasih.
04:01Pak, ini berarti benar-benar membuktikan bahwasannya Bapak selain mengayomi, melindungi, juga mengedukasi.
04:07Nah, untuk jamnya sendiri Pak, apakah tidak mengganggu tugas utama Bapak sebagai seorang polisi?
04:12Itu jam berapa biasanya Bapak muter keliling? Dan apa tantangannya selama ini Pak?
04:19Untuk jamnya, karena saya sebagai Bapak Bintang Timas, saya hadir ke masyarakat untuk mengayomi dan melindungi masyarakat.
04:27Dan sebesar saya ada anak-anak yang sangat tidak mengganggu jam-jam kegiatan kita saya.
04:31Jadi selain menghadirkan pengupacaan kepada mereka, saya bertugas sebagai Bapak Bintang Timas menyampaikan pesan-pesan kontinus kepada mereka.
04:39Jadi sejalan antara tugas saya sebagai Bapak Bintang Timas dan dengan pertusakan keliling.
04:45Ketika saya hadir ke mereka, mereka membaca buku.
04:48Kita sampaikan pesan-pesan Bapak Bintang Timas.
04:50Ketika adik-adik mendekatkan kita, mereka lebih nyaman menyampaikan menerima masukan dan mereka bisa enak mendengarnya.
04:57Untuk tantangannya sendiri, apa yang menurut Bapak paling berat dalam tugas ini Pak?
05:04Untuk saat ini sih tidak terlalu berat.
05:06Cuma tantangan pertama waktu kita turun ke lapangan.
05:10Saya pertama memakai motor roda 2, kemudian motor roda 3.
05:13Sekarang ini roda awalnya, roda 2 dari motor Timas.
05:15Ketika saya turun, saya dikira jualan roti.
05:23Melihat saya turun pertama, orang bilang, polisi kok jualan roti ke sekolah.
05:28Setelah saya buka bloknya itu, mereka, oh ternyata Pak Polisi bawa buku.
05:32Dan mereka akhirnya tertarik dengan kehadiran saya sebagai Bapak Bintang Timas.
05:36Walaupun ada persamanya juga antara roti sama buku ya.
05:38Apa tuh?
05:39Ada isinya.
05:41Kamu ngomong kan, ini kan Pak Amudianto ini di daerah perbatasan ya Pak, betul di Natuna.
05:46Tantangan secara medan, secara wilayah seperti apa sih Pak Amudianto?
05:51Untuk tempat kerja saya, saya kan Bapak Bintang Timas keluruhan raneh kota.
05:55Dan kebetulan posisi saya di kota untuk medan ya,
05:58terjangkau dengan kendaraan roda gue sendiri.
06:01Kecuali yang di blok-blok mungkin enggak terjangkau.
06:04Karena saya belajar di kota, jadi ketika saya berjalan,
06:07semua sekolah, setelah yang ada belajar saya sama roda saya disambungin semua.
06:10Jadi alhamdulillah aman.
06:12Oke, jadi bukan masuk kejangkau.
06:14Benar sekali. Pak, mohon maaf.
06:16Untuk selama ini buku-buku, untuk penyediaan bukunya itu,
06:20Bapak dapat dari mana?
06:22Dan jenis-jenis buku apa yang biasanya Bapak bawa keliling itu Pak?
06:26Baik, untuk buku-buku.
06:29Pertama, saya enggak tahu nih di Indonesia ini ada komunitas literasi.
06:33Ketika saya berjalan, berteradaktif lah.
06:35Saya pertama, kegiatan.
06:37Saya upload di Medsos.
06:39Tujuannya bukan kita omong-omong.
06:41Yang enggak benar-benar kita sampaikan kepada masyarakat.
06:43Setelah kegiatan-kegiatan saya sampai mulai Medsos,
06:46ada IKEA, ada Facebook, atau yang lain-lain.
06:49Masyarakat pada komunitas literasi itu tertarik.
06:54Dia tanya, saya bantu buku ya.
06:56Jadi, mereka mengirimkan buku ke kami,
06:59jauh dari perbatasan secara cuma-cuma,
07:01walaupun biaya mahal.
07:02Untuk buku-buku sendiri seperti ini,
07:04saya bawa contohnya,
07:06buku seperti ini.
07:07Jadi, ada itu,
07:08teman-teman baca.
07:09Jadi, gambar-gambarnya.
07:11Jadi, mereka suka dengan membaca buku seperti ini.
07:13Iya, betul.
07:14Nah, itu anak-anaknya biasanya anak-anak SD atau SM?
07:17Umurnya apa Pak? SD? TK?
07:20Atau apa?
07:22Untuk sasaran saya, di TK, SD, dan TK,
07:26karena mereka masih muda,
07:28semangatnya masih tinggi,
07:31dan mereka ketika nanti istri besar,
07:33mereka tetap biasa membaca.
07:35Kalau kita ke SM, mungkin agak sulit.
07:37Jadi, mulai dari kecil, kita pindah mereka membaca.
07:39Nah, memang dari kecil harus minat membacanya ditumbuhkan.
07:43Salah satunya, Pak Mudianto.
07:44Pak, nanti kita mau berobrol-obrol lagi ya.
07:45Jangan ke mana-mana.
07:46Saya pengen tahu nih,
07:47Akbar juga pasti pengen tahu
07:48bagaimana semangat anak-anak di sana
07:49dengan hadirnya perpustakaan keliling dari Pak Mudianto.
07:52Tapi, jangan ke mana-mana.
07:53Di Sampai Indonesia, malam akhir pekan.
07:55Kami segera kembali.
08:01Kalau kita mencoba kemudian melihat hasil belajar
08:04yang juga masih menjadi tantangan kita bersama-sama,
08:07terutama adalah yang berkaitan dengan kemampuan membaca
08:12di bawah standar.
08:1475 persen anak usia 15 tahun di Indonesia
08:19memiliki kemampuan membaca
08:21di bawah standar PISA level 2.
08:25Yang artinya, mereka kesulitan memahami gagasan utama
08:29dan sebuah tek panjang.
08:34Mereka mampu membaca,
08:35tapi tidak paham dengan apa yang dibaca.
08:39Sedih banget ya.
08:40Bisa baca, tapi tidak paham.
08:42Tidak paham artinya.
08:43Mereka kebanyakan hanya menghafal,
08:45tapi tidak memahami makna isinya.
08:47Tidak tahu konteksnya apa yang dibaca.
08:49Ini mungkin memang dari dulu itu
08:51kenapa literasi kita itu rendah.
08:53Ini menurut saya secara penelitian.
08:55Kenapa?
08:56Karena sejak bayi,
08:57kalau minum asih tidak pernah diliteri.
09:00Jadi, literasinya rendah.
09:04Apakah mengaruh?
09:05Oh, ini data beneran.
09:08Ini fun fact yang data beneran.
09:10Soal data literasi Indonesia, bukan reka-rekaan.
09:12Kita lihat,
09:13provinsi yang paling gemar membaca di Indonesia
09:15berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS 2024.
09:19Di urutan ketiga ada...
09:20Ada provinsi apa, Bang?
09:22Jawa Timur.
09:25Dengan konteks indeksnya 77,15.
09:29Lalu di urutan kedua,
09:30ada provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
09:33Dengan 77,47.
09:34Dan di urutan yang pertama,
09:36ada daerah istimewa Yogyakarta.
09:38Dengan 79,99.
09:41Kenapa Jogja tinggi?
09:43Karena di sana kan daerah wisata.
09:45Jadi banyak peraturan-peraturan yang akhirnya dibaca juga.
09:48Jadi tiap belok, tiap baca.
09:51Nah, ini keduanya, Bar. Apa nih?
09:53Yang kedua ini berdasarkan survei
09:55Perpustakaan Nasional 2022.
09:57Waktu rata-rata warga Indonesia membaca adalah
10:011 jam 38 menit.
10:05Nah, ini ternyata setara dengan
10:07waktu memasak dua menu makan malam.
10:11Tergantung sih, kalau saya buru-buru mau ke kantor,
10:13itu satu jam bisa jadi tiga menu.
10:15Oh, tapi bisa juga 10 menu.
10:17Kalau?
10:18Kalau dalam bentuk mie instan, ya.
10:19Itu bisa soto, rendang, ayam penyet.
10:22Udah langsung jadi, ya.
10:24Bisa ada dua menu. Eh, 10 menu, ya.
10:26Jadi tergantung. Tergantung perspektif.
10:29Berikutnya, kalau ini ada juga data dari World Bank.
10:32Jumlah penduduk Indonesia tanpa literasi dasar
10:34ini mencapai 9,6 juta jiwa.
10:37Banyak banget ini.
10:38Dan ini, Bar, kalau kita lihat datanya ini
10:40adalah penduduk di atas usia 15 tahun.
10:4215 tahun.
10:43Yang belum bisa baca dan tulis.
10:45Dan ternyata hampir sama dengan,
10:47tau dari negara mana?
10:49Populasi negara Swedia.
10:52Yang mencapai 10,6 juta jiwa.
10:56Nah, tadi kan kita sudah dengar juga ya
10:58dengan data tadi.
10:59Disampaikan juga oleh Mendik Das Men.
11:01Wah, kemampuan membaca anak Indonesia di bawah standar.
11:04Kita langsung aja ngobrol sama penjual kita di sini, Kang Maman.
11:07Apa kabar?
11:08Penggiat literasi kita.
11:10Oke, Pak Mudianto.
11:12Masih ada di tempat.
11:14Belum pindah pulau, kan?
11:15Belum, dong.
11:16Masih di Natuna, ya?
11:19Masih, ya. Masih di Natuna juga.
11:21Oke, kita nanti juga akan ngobrol lagi dengan Pak Mudianto.
11:25Kang Maman tadi katanya sampai terkesima lihat angkanya.
11:27Ya, sedih pasti ya kalau kita lihat dari angka tadi
11:30menunjukkan bahwa literasi Indonesia,
11:32anak Indonesia ini masih sangat rendah, Kang.
11:36Kalau lihat angkanya sebenarnya ada optimisme, ya.
11:39Kalau kita lihat buta aksaranya tinggal 3%.
11:44Buta aksaranya?
11:45Buta aksaranya teknis.
11:46Itu yang tadi disitir oleh Menteri kita, kan?
11:50Ya.
11:51Buta aksaranya teknis itu artinya
11:53tidak bisa mewacah sama sekali, itu tinggal 3%.
11:55Tapi yang paling menakutkan memang kalau buta aksaranya fungsional.
11:59Bisa baca tapi tidak mengerti apa yang dibaca.
12:02Ini yang jadi PR besar kita.
12:05Jadi seharusnya PR besar adalah
12:07jangan sampai kita bahagia dengan
12:10angka buta aksaranya sudah mendekati nol,
12:13tapi begitu anaknya disuruh menjelaskan kembali apa yang dibaca,
12:17mengerti apa yang dibaca, dia tidak ngerti.
12:19Cuma baca teks, nggak tahu konteksnya.
12:21Betul, karena itu yang berat.
12:23Sejak kecil itu kita memang buta aksara,
12:26tapi tidak buta angka.
12:28Kalau angka, paham.
12:32Kalau angka, paham banget.
12:34Kalau Kang Maman, jadi apakah memang karena era gadget sekarang,
12:38jadi fokus anak ini jadi semakin singkat
12:41karena nggak terbiasa untuk baca panjang.
12:43Apakah itu salah satunya atau nggak juga sebenarnya?
12:46Saya nggak suka memparadoxkan dua hal ini memang.
12:49Karena e-book pun sebenarnya berguna
12:52untuk orang-orang untuk membaca dengan baik.
12:55Tapi memang harus diakui bahwa
12:57kalau kita menggunakan gadget, distraksinya tinggi banget.
13:00Lagi baca baru dua menit, notifikasi lain masuk.
13:03Itu kedalaman langsung hilang.
13:05Tiga menit, empat menit, kemudian hilang lagi.
13:08Daya tahan kita melihat gawa itu tujuh menit, mata sudah perih misalnya.
13:13Sehingga saya berbahagia kalau membaca Koran Kompas hari ini,
13:17gensi Indonesia mulai kembali membaca buku cetak.
13:21Karena mereka merasa sangat terganggu oleh bacaan-bacaan
13:25yang di media online tapi terdistraksi.
13:29Itu yang membuat anak-anak kita gampang banget beralih.
13:33Tidak memahami kedalaman.
13:35Sementara kalau baca buku kan kita kemudian berenang dalam kedalaman.
13:39Kita dalami, kita coba pahami.
13:41Sehingga berpikir kita terpantik terus untuk bertanya.
13:45Kalau tidak, baca tiga menit cuma seperti baca judul,
13:49dampaknya saya takut.
13:51Mereka jadi manusia-manusia yang sembuh pendek.
13:54Manusia-manusia yang mudah mengambil kesimpulan.
13:56Hanya dengan membaca sedikit, kemudian mengambil kesimpulan besar.
14:01Tidak diajar untuk berpikir kritis,
14:03tidak diajar untuk mendalami apa yang dibaca.
14:05Ini PR terbesar di era media digital hari ini.
14:09Apalagi hari Buku Nasional ini ya.
14:12Semoga-mungkin ini jadi momen untuk mengingatkan itu, Kang Maman.
14:15Ketika Malik Fajar, Menteri Pendidikan Nasional,
14:18mendeklarasikan hari Buku Nasional ini,
14:21di tanggal 17 Mei ini,
14:242002 seingat saya,
14:27itu memang semangatnya cuma satu.
14:29Untuk memantik dan mengajak orang untuk selalu mengingat kembali
14:32akan pentingnya membaca.
14:34Akan pentingnya kedalaman membaca misalnya.
14:37Kebetulan juga sekaligus dengan hari berdirinya Perpustakaan Nasional.
14:42Sekaligus hari lahirnya IKP,
14:44Ikatan Penerbit Indonesia yang tahun 50 misalnya.
14:48Kita berharap semua orang kemudian kembali diingatkan setiap tahun.
14:52Harusnya tidak boleh setiap tahun.
14:54Harusnya setiap hari untuk,
14:56ayo baca, ayo baca, ayo baca.
14:58Karena satu jam, tepatnya itu satu jam 37,8 menit.
15:02Itu terlalu singkat.
15:04Sangat singkat.
15:08Oke, kita akan terhubung lagi dengan Pak Mudianto yang ada di Pulau Natuna.
15:14Pak Mudianto?
15:17Siap.
15:18Oke, Pak Mudianto kita lanjut ngobrol lagi.
15:20Nah, dari banyak buku yang Bapak wawai itu,
15:24anak-anak paling gemar atau nyari buku-buku yang tema apa itu Pak?
15:28Fiksi, non-fiksi, pelajaran?
15:32Kalau untuk buku-buku yang saya bawa kan ada buku-buku bacaan,
15:36tapi untuk buku-buku pelajaran yaitu buku yang bergambar,
15:39tapi ada maknanya di situ.
15:41Jadi anak-anak sasaran saya di TK dan SD.
15:43Jadi saya bawa buku yang ringan-ringan saja,
15:45karena mereka usia masih muda.
15:47Jadi kita buku yang ringan-ringan sehingga mereka bisa mengerti
15:50dengan cara yang mereka baca.
15:52Di situ ada gambar, ada bacaan.
15:54Oke, berarti ditimbang dulu ya bukunya yang ringan-ringan.
15:58Bukan dong.
16:00Nah Pak, selama ini peran pemerintah daerah atau atasan Bapak
16:04dengan program atau kegiatan yang Bapak lakukan seperti apa Pak?
16:09Mau diulang anak pertanyaannya?
16:12Peran pemerintah daerah.
16:14Kan tahu kegiatan positif yang Bapak lakukan.
16:16Selama ini ada nggak peran pemerintah daerah?
16:18Mendukungkah atau bagaimana Pak?
16:20Ada bantuan untuk Pak Mudianto?
16:23Alhamdulillah untuk peran pemerintah daerah cukup mendukung sekali.
16:28Dan untuk saat ini saya lewat di perpustakaan daerah Natuna.
16:32Pada malam hari dibukakan untuk saya kegiatan live nupang di perpustakaan daerah.
16:36Yang kedua bantuan-bantuan buku.
16:38Pertama saya kemarin belum mendapatkan buku.
16:40Saya dikasih pinjam buku untuk kegiatan perpustakaan keliling.
16:44Dan dari pemerintah pusat juga kemarin kami dapat bantuan seribu buku
16:49dari perpustakaan nasional.
16:53Dan buku sudah alhamdulillah sampai sini
16:55dan bisa dimanfaatkan untuk adik-adik kami yang ada di perbatasan.
16:58Lama-lama gerobaknya penuh ya Pak.
17:00Apakah kesulitan juga akhirnya nanti?
17:02Pak Maman melihat yang di daerah ada pejuang literasi,
17:07Bribka Mudianto salah satunya. Ada yang mau disampaikan?
17:09Saya salut sama teman-teman ini.
17:11Karena sebenarnya yang kita butuhkan hari ini adalah penjodoh antara buku dengan manusia.
17:15Karena bukan soal minat baca, tapi akses antara buku dengan manusia itu jauh banget.
17:19Saya kalau ke Sulawesi Barat mau ke toko buku itu butuh 12 jam
17:23ke Makassar baru ketemu toko buku misalnya.
17:25Sehingga ada Pak Mudianto, ada teman-teman Taman Bacaan Masyarakat,
17:28Perpustakaan Keliling ini membantu pemerintah betul untuk menjodohkan buku dengan manusia.
17:33Itu yang pertama.
17:34Yang kedua saya berterima kasih ke Perpustakaan Kenagerakan
17:37seribu buku untuk 10 ribu Taman Bacaan Masyarakat.
17:40Itu dilanjutkan lagi tahun ini.
17:42Ada lagi kemudian hari ini juga diresmikan, kemarin diresmikan
17:46Satgas Relawan Literasi Masyarakat untuk mengkoordinasi
17:50dan kemudian berhubungan dengan teman-teman bagaimana supaya TBM
17:53dalam tanda kutip meningkat kualitasnya.
17:56Mereka bisa belajar mendata dengan baik,
17:59mengetahui pemustakanya.
18:00Tadi Pak Mudianto luar biasa.
18:02Targetnya anak 5 tahun.
18:04Betul buku yang dia pilih sudah tepat tuh.
18:06Lebih banyak gambar dari tulisan.
18:08Berarti dia sudah mengerti antara buku dengan pemustakanya.
18:11Karena salah jodoh itu juga tidak akan membuat orang jadi tertarik.
18:14Anak-anak tidak terlalu mengemari kalau umur 5 tahun?
18:16Hanya tulisan saja tidak terlalu mengemari?
18:18Sampai umur 5 tahun, 6 tahun itu gambar harus lebih banyak dibanding tulisan.
18:23Begitu umur 6 tahun ke atas mulai berkurang gambar-gambar.
18:26Lebih banyak visual ya anak-anak itu.
18:28Itu step-step untuk memberikan buku pada anak misalnya.
18:33Pak Mudianto bisa mendapatkan pengetahuan seperti ini
18:36buat saya sudah luar biasa.
18:38Artinya dia tahu target pemustakanya.
18:41Jadi kalau pun kita mau mengirimkan buku ke daerah,
18:43jangan asal kirim buku,
18:45atau hanya memindahkan sampah dari gudang rumah kita.
18:50Padahal itu buku-buku bekas yang sudah tidak tahu kapan,
18:53sudah dicoret-coret anak kita,
18:54lalu kita sudah merasa bangga ikut dalam gerakan literasi misalnya.
18:57Apalagi tiba-tiba kirimnya kirim buku Yasin gitu.
19:03Ini kan Pak Mudianto ini di Natuna ya.
19:05Saya yakin banyak daerah-daerah lain,
19:07tadi Kang Maman juga menyebutkan bahwa di daerah ini sulit sekali aksesnya.
19:10Pak Mudianto di pulau-pulau lain di sekitar Natuna misalnya.
19:13Apakah ada akses perpustakaan keliling seperti Pak Mudianto?
19:17Atau memang masih sulit sekali aksesnya untuk mendapatkan buku untuk anak-anak?
19:25Untuk perpustakaan keliling,
19:30yang bergerak untuk saat ini di daerah kota saja,
19:33karena kami terbatas dengan pulau-pulau.
19:35Jadi kami berkeliling di sekitar wilayah daratan saja.
19:39Jadi nggak bisa ke pulau-pulau.
19:40Kalau pulau-pulau, harus kita menggunakan kapal
19:43atau menggunakan alat seberang lainnya gitu Mbak.
19:48Pak Mudianto maaf, bergabung dengan forum Taman Bacaan Masyarakat di sana ya Pak Mudianto?
19:54Siap, bergabung sini.
19:57Berarti sudah punya teman-teman yang bisa saling berbagi buku.
20:01Program buku keliling, bukan buku berputar.
20:04Pak Mudianto cuma punya buku 100, dirimu punya 100, ini punya 100.
20:08Bisa tukeran tuh berputar seperti itu.
20:10Ganti judulnya ya.
20:11Jadi bukunya Akbar, Friska, Kang Maman, Pak Mudianto ganti-gantian.
20:15Jadi semuanya bisa mengakses macam-macam judul.
20:17Sehingga pembustakanya Pak Mudianto, dia bisa dapat 300 buku nih,
20:21karena kita masing-masing punya 100 misalnya.
20:24Nah gerakan-gerakan seperti ini memang harus berkolaborasi, nggak bisa sendiri-sendiri.
20:27Iya berat lah kalau sendiri ya, apalagi kayak Pak Mudianto.
20:30Harga buku itu ke Natuna atau ke Papua, harga bukunya 50 ribu, biaya kirimnya juga 50 ribu.
20:35Iya 100 persen yang cost kirimnya.
20:37Kita kalau kirim buku ke Papua 10 kilo itu harganya 10 juta biaya kirimnya.
20:42Padahal orang kalau mau beli buku itu sebenarnya bisa lebih cepat kaya loh.
20:48Orang beli buku itu bisa cepat kaya.
20:50Karena dengan membeli banyak buku, dia akan punya banyak halaman.
20:54Luas.
21:00Halaman rumah ya itu ya.
21:02Sabar ya.
21:05Kalau Pak Mudianto, sejauh ini kawan-kawan yang ada di sana,
21:09yang bergabung juga di Forum Taman Baca itu ada berapa kira-kira di sekitarnya Pak Mudianto?
21:17Kalau untuk Natuna sendiri kurang lebih 40.
21:20Untuk teman-teman tingkat literasi yang terbagi,
21:23di Pulau Naratan atau di Natuna kurang lebih ada 40.
21:27Kamu melihat ini sudahkah efektif misalnya di daerah-daerah dengan Forum Taman Baca ini?
21:33Untuk membantu akses terbatas tapi ingin menjadi jembatan antara buku dan pemustakanya.
21:40Saya salut dengan masyarakat akar rumput.
21:43Setahu saya anggota FTBM itu ada 8 ribu.
21:46Yang terdata sudah 3 ribu.
21:48Itu membantu betul untuk menjadi penjodoh antara buku dengan manusia.
21:53Yang saya harapkan nanti perpustakan-perpustakan formal daerah dan lain sebagainya.
21:57Katakanlah mencontoh perpustakan Cikini di Jakarta.
22:00Tutupnya sampai jam 10 malam.
22:02Itu bertambah lho pembacanya 53%.
22:06Jangan kebiasaan ketika anak di kelas perpustakannya terbuka,
22:10anak istirahat perpustakannya ikut tutup karena gurunya ikut istirahat misalnya.
22:14Padahal itu waktu untuk membaca, waktu senggang.
22:16Karena sekolah-sekolah tidak memprioritaskan perpustakan dikelola oleh pustakawan.
22:22Bekerjaan sampingannya guru bahasa Indonesia misalnya.
22:24Lah guru bahasa Indonesia udah urusan administrasi,
22:27urusan ngajar, perlu istirahat.
22:29Sehingga buku gak akan disentuh kalau seperti itu.
22:31Nah kalau buku-buku yang ada di perpustakan sekolah dipinjamkan ke TBM aja.
22:35Yang langsung menjemput pembacanya berkeliling.
22:38Seperti bapak-bapak Babin Kamtimas yang ada di daerah-daerah.
22:41Boleh ambil buku di sini, nanti bisa ditukar lagi, dibawa.
22:45Wow.
22:46Buku menjemput pembacanya, bukan pembaca yang datang ke perpustakaan.
22:50Bukan susah payah cari buku.
22:52Kalau buku menjemput pembacanya, semua orang juga akan senang.
22:56Dan mungkin juga dari pemerintah daerah bisa memfasilitasi,
23:00mungkin dengan ini kan selama ini pakai motor.
23:02Mungkin ada nanti, ada mobil.
23:04Ada, ada mobil, ada perahu.
23:06Teman-teman, perpustakan keliling itu dengan moda-moda tersendiri.
23:09Yang di Sulawesi Barat itu perahu pustaka itu berkeliling di mana-mana.
23:13Alusi Tau Toba di Danau Toba juga naik kapal.
23:17Ada yang pakai kuda.
23:19Kaki Gunung Selamat itu pakai kuda.
23:21Ya karena dia terjangkau itu ya.
23:23Jadi hari Sabtu, hari Minggu dia bawa kuda untuk dipakai,
23:27sewakan kepada anak-anak.
23:29Tapi juga bawa buku anak-anak boleh membaca dengan gratis misalnya.
23:33Dan itu kreativitas akar-akar rumput para rakyat-rakyat biasa yang punya kemauan.
23:39Itu yang mengharukan buat saya, karena mereka tidak digaji.
23:44Betul-betul suka relawan, sehingga kita butuh keadilan negara.
23:48Untuk mendukung gerakan-gerakan ini.
23:50Nah kalau Pak Modianto, mengapa dengan kondisi banyak berjuang sendiri,
23:54meskipun tadi ada kawan-kawan komunitas pun kan didukung oleh atasan,
23:58tapi di sisi lain kan setiap hari ini meluangkan waktu
24:01untuk di perpustakaan keliling juga menyita tenaga Pak Modianto.
24:06Kenapa Pak Modianto masih bertahan sampai sekarang?
24:11Ini salah satu motivasi saya untuk bergerak,
24:16karena antara perpustakaan keliling dengan kegiatan Bapak Gamtib Mas itu sejalan.
24:21Jadi kita enak ketika kita turun ke masyarakat,
24:24kita sampaikan pesan-pesan Gamtib Mas.
24:26Anak-anak, kita bukan ke sekolah saja,
24:28kita turun ke masyarakat, ke ganggang ketika anak-anak membaca buku,
24:32kita samperin orang tuanya juga.
24:34Jadi orang tua itu kita sampaikan pesan-pesan Gamtib Mas,
24:37dan mereka lebih mudah, lebih enak bercerita,
24:41Pak saya perlu bantuan ini loh.
24:43Jadi sejalan antara perpustakaan keliling anaknya membaca buku,
24:46orang tuanya mendapatkan informasi,
24:48atau mereka mau tanya, Pak saya mau tanya kalau mau buat surat kehilangan apa sih?
24:52Jadi mereka enggak perlu datang ke kantor polisi,
24:54jadi mereka bisa menanyakan langsung ketika saya berkunjung ke masyarakat.
24:59Sekalian mau ketemu Pak Polisi gitu ya?
25:01Ini strategi yang luar biasa kok,
25:03dia bisa mendekati masyarakat yang dia bina di situ,
25:06lalu kemudian menitipkan buku di situ.
25:09Apalagi kalau nanti ada kreativitas baru,
25:11mereka misalnya baca buku tentang budidaya ikan lele,
25:14habis itu mereka praktekan bagaimana budidaya ikan lele,
25:17sehingga tidak cuma hafal, tapi bisa dipraktekan, bisa dimengerti.
25:21Lalu Pak Mudianto mencari pedagang-pedagang lele,
25:25lamongan, soto lamongan dan sebagainya.
25:27Sate.
25:28Sate, soto, lele lamongan.
25:30Soto enggak ada yang pakai lele, Pak.
25:32Pecel-pecel.
25:33Soto enggak ada yang pakai lele.
25:35Pecel-pecel.
25:36Pecel-lele.
25:37Pecel-lele misalnya kan.
25:39Lalu kemudian mereka bersama-sama memproduksi, lalu kemudian menjual.
25:43Itu yang kita sebut transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.
25:48Mereka bisa mempraktekan, sehingga buta aksarat fungsionalnya itu bisa kita tekan.
25:54Oke.
25:55Karena dia bisa baca, dia bisa mengerti, dia bisa mempraktekannya.
25:58Kalau kata Ki Hajar Dewantoro, ya ngerti, ngerasa, ngelakoni.
26:02Kalau ini tiga-tiganya jalan,
26:04angka keliterasian kita insya Allah akan bagus.
26:07Karena memang namanya membaca itu.
26:09Setiap apapun usaha, setiap apapun pekerjaan,
26:12itu pasti perlu yang namanya membaca.
26:14Iya, pasti.
26:15Mencuri aja, maling.
26:16Itu juga perlu membaca.
26:17Baca situasi itu.
26:18Baca situasi.
26:19Tapi jangan diperhatikan.
26:21Baca bahaya juga.
26:25Kalau Pak Mudianto kan sekarang pasti masih punya mimpi ya.
26:29Apa sih mimpi yang masih ingin Pak Mudianto capai
26:32untuk terus mengobarkan semangat literasi anak-anak di Natuna khususnya?
26:38Saya ingin adik-adik khususnya di Natuna,
26:43tanpa kehadiran saya, mereka lebih semangat lagi untuk belajar.
26:46Saya mungkin sebagai penggerak awal saja.
26:50Jadi ketika saya nggak pergi meliling,
26:53mereka tetap belajar untuk membaca.
26:55Dan di sini saya bukan hanya petustakaan peliling saja sih,
26:58saya ada di rumah, ada rumah baca,
27:00dan ruang tamu saya saya modifikasi untuk rumah baca.
27:03Dan selain itu ada kadus bergerak.
27:05Kadus bergerak saya dijalankan ke tempat di mana
27:08disitu ada tempat anak mengaji.
27:11Jadi saya kasih buku, disitu saya titipkan disana.
27:13Ketika seminggu sekali, saya ganti buku.
27:15Jadi kadus yang berisi buku saya antar ke tempat anak mengaji
27:18sebelum mereka pulang, sebelum menjemput orang tuanya,
27:21mereka bisa baca buku.
27:22Dan ketika saya di tempat-tempat wisata,
27:25saya buka lapak baca.
27:26Jadi saya menyelesaikan tempat untuk pergiatan.
27:29Kalau jalannya jauh, saya buka pakai petustakaan keliling.
27:33Ya, luar biasa.
27:34Jadi perjuangannya akan maman.
27:38Pak, mohon maaf ya ini.
27:40Selama ini kan itu tentu selain meluangkan waktu,
27:43Bapak kan juga harus menguangkan waktu.
27:46Dalam arti biaya kan ada.
27:48Iya, iya.
27:49Ini kan juga dari Bapak sendiri ya Pak?
27:55Dan untuk pertama, saya buat pergustakaan keliling,
27:59saya nabung dulu karena nggak ada biaya.
28:02Saya buat bok dari motor roda 2 dulu.
28:04Asalnya motor roda 2, saya pasang bok.
28:06Kemudian pada saat berjalannya waktu,
28:09saya upload di social media.
28:11Dan di situ ada bantuan juga dari motor roda 3,
28:14bantuan dari SKK Migas,
28:16buku-buku dari Perthusnas.
28:18Jadi alhamdulillah sangat mendukung.
28:21Awalnya saya modal sendiri sih.
28:24Iya, iya. Pasti modal sendiri.
28:26Karena nggak mungkin juga semuanya disupport.
28:29Dengar-dengar kan dulu awalnya dari roda 2,
28:31sekarang udah roda 10 kali ya?
28:33Enggak juga sih.
28:35Susah juga nanti kalau nyetirnya.
28:37Kalau Kang Mama lihat,
28:38artinya kan gerakan-gerakan ini harus disupport oleh berbagai pihak.
28:41Sangat, dan negara harus hadir.
28:43Dan yang paling penting juga sekarang,
28:45ubah dong perspektif di perpustakan-perpustakan sekolah itu,
28:49bahwa buku adalah aset, tidak boleh hilang.
28:51Jadi jangan sampai seperti yang terjadi sekarang ini,
28:54bagaimana menjaga buku supaya nggak hilang.
28:56Akhirnya lebih konsen untuk tidak hilangnya,
28:58daripada dibacanya.
29:00Iya, iya. Jadi dijagain.
29:02Sehingga banyak buku di perpustakan daerah,
29:04di beberapa tempat,
29:05itu buat saya disebutnya buku pantat aja.
29:08Hanya diduduki di dalam plastik,
29:10karena tanggung jawabnya cuma nggak boleh hilang.
29:12Bukan tingkat keterbacaannya.
29:14Ubah dong perspektif bahwa oke, buku aset,
29:16tapi kalau hilang itu bukan sesuatu yang menakutkan.
29:18Justru anak itu jadi membaca.
29:20Kayaknya di antara kita bertiga ini pun,
29:22pernah kok nyolong buku ya?
29:24Enggak sih, untungnya enggak.
29:26Kalau nyolong sih enggak.
29:28Cuman pinjem nggak ngembalikan.
29:30Kalau nyolong sih enggak.
29:34Makin buku makin hilang,
29:36makin apa mereka bagus gitu loh.
29:38Sehingga saya tadi bilang Pak Budianto,
29:40dia taruh kardus tanpa perlu peduli
29:42akan kembali berapa,
29:44hilang berapa pun nggak apa-apa.
29:46Itu berarti dibaca, daripada cuma jadi hiasan
29:48seperti itu saja.
29:50Jadi kita harus mengubah beragam perspektif kita
29:52seperti itu, dan apa yang dilakukan Pak Budianto,
29:54Taman Baca, dan lain sebagainya
29:56adalah menghidupkan buku.
29:58Supaya buta aksara fungsionalnya
30:00bisa kita lawan nih.
30:02Menghidupkan buku itu ya, buku dibikin jadi menarik.
30:04Dibacakan, read aloud
30:06dengan nyaring, didongengkan,
30:08melibatkan orang-orang,
30:10diskusi buku.
30:12Kalau itu muncul, orang jadi senang dengan buku.
30:14Buku bukan benda mati lagi nih.
30:16Tapi buku adalah benda hidup.
30:18Diskusi misalnya di negara-negara lain,
30:20itu lumrah banget terjadi ya.
30:22Banyak banget.
30:24Diskusi sama istri mengenai buku ya,
30:26terutama buku tabungan ya.
30:28Ini tinggal segini.
30:30Kita diskusiin.
30:32Antar diskusi atau debat kalau itu kayaknya.
30:34Itu di luar negeri lagi berlangsung tuh
30:36yang ada di level itu namanya
30:38human library.
30:40Jadi misalnya saya butuh
30:42satu perspektif langsung dari orang.
30:44Perpustakaan itu memanggil orang tersebut
30:46berdiskusi dengan pemustakanya.
30:48Termasuk misalnya dengan penulisnya.
30:50Termasuk dengan
30:52saya baca buku tentang pilot
30:54tapi saya nggak terlalu mengerti buku ini
30:56boleh nggak pilotnya dihadirkan kesini untuk berdialog
30:58dengan kami.
31:00Pilotnya yang datang.
31:02Itu menarik.
31:04Jadi orang-orang jadi suka kan, karena langsung datang
31:06orang-orang yang sesuai dengan apa yang ada di dalam
31:08buku itu misalnya. Kalau itu sudah
31:10terjadi di Indonesia,
31:12buta aksara fungsional
31:14lagi-lagi bisa ditekan.
31:16Dan yang paling juga harus diperhatikan jangan sampai
31:18ada buta aksara kembali.
31:20Banyak nih di kampung-kampung
31:22orang-orang tua dan lain sebagainya tadinya udah melek.
31:24Tapi karena nggak lagi tersentuh
31:26tiga-empat tahun kemudian sudah lolos
31:28pemberantasan buta huruf
31:30tiga-empat tahun nggak dikasih pegang buku
31:32buta aksara kembali.
31:34Dan itu bisa terjadi. Sehingga kita butuh Pak Mudiantop
31:36boleh pindah tapi gerakannya
31:38nggak boleh berhenti. Harus ada
31:40keberlanjutan. Ada regenerasi lah ya
31:42Saya sendiri juga termasuk
31:44kolektor buku nih Pak. Saya ada satu buku
31:46ini judulnya sama, penerbitnya
31:48sama, cuma tokoh utamanya aja beda.
31:50Kok bisa? Buku nikah.
31:56Pak Maman, ini mungkin bisa disupport
31:58kata-kata atau apa yang bisa disampaikan
32:00untuk para pejuang literasi
32:02berbeda-beda yang sekarang lagi berjuang
32:04untuk menghiatkan literasi di seluruh Indonesia.
32:06Mungkin gerakan
32:08ini gerakan sunyi nih. Gerakan yang
32:10tidak terlalu disorot oleh orang
32:12berapa banyak sih konglomerat yang
32:14mau bikin tokoh buku?
32:16Yang produksi buku? Yang
32:18tutup banyak. Hampir banyak yang
32:20tidak masuk. Karena mereka
32:22merasa ini bukan ruang yang gegap gempitan
32:24dan lain sebagainya. Tapi percayalah bahwa
32:26gerakan inilah justru yang
32:28bisa membesarkan negeri ini.
32:30Bisa menghidupkan negeri ini. Bahkan
32:32ini gerakan yang sangat mendukung
32:34tentang upaya kemerdekaan ini
32:36mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi ayo
32:38kita sama-sama menjalankan semangatnya Kartini
32:40mengajar orang dari kegelapan menuju
32:42cahaya. Kalau
32:44kata pendirinya Kompas, Pak Yaakob Utama
32:46tugas kita sama kok
32:48to enlight, to enrich, to empower
32:50menerangi dari gelap ke terang
32:52kata Kartini. Dari tidak tahu menjadi tahu
32:54tidak bisa menjadi bisa. Kemudian
32:56memperkaya wawasan dan memberdayakan.
32:58Kalau buku sudah memberdayakan
33:00insyaallah Indonesia
33:02lebih terang. Ini yang harus kita lakukan
33:04semua pihak terutama negara harus hadir
33:06seperti tadi ya kata Kang Maman. Terima kasih
33:08Kang Maman Suhermanap. Kita ketemu lagi
33:10di kesempatan lainnya. Terima kasih juga
33:12untuk Brief Kang Mudianton. Semangat terus
33:14semoga semakin banyak anak-anak
33:16yang tercerahkan. Dan juga semakin banyak
33:18orang-orang yang terinspirasi oleh Pak
33:20Mudianton. Terima kasih banyak.
33:22Sampai ketemu lagi.