Pemerintah telah menetapkan kuota penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi untuk jenis Pertalite sebanyak 31,2 juta kilo liter, solar sebesar 18,8 juta kilo liter dan minyak tanah 525 ribu kilo liter, yang berlaku mulai awal tahun 2025. Meski demikian, kuota penyaluran BBM Bersubsidi tercatat mengalami penurunan, jika dibandingkan pada tahun tahun ini, di mana untuk Pertalite sebesar 31,7 juta kilo liter dan Solar 19 juta kilo liter.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi atau BPH Migas seperti dikutip media menyatakan, penurunan jumlah kuota penjualan BBM Bersubsidi seiring dengan akan berlakunya skema baru penyaluran subsidi BBM yang mulai berlaku pada tahun depan.
Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi atau BPH Migas seperti dikutip media menyatakan, penurunan jumlah kuota penjualan BBM Bersubsidi seiring dengan akan berlakunya skema baru penyaluran subsidi BBM yang mulai berlaku pada tahun depan.
Category
📺
TVTranscript
00:00Terima kasih.
00:30Pastikan juga di idxchannel.com
00:32Dan langsung saja kita mulai market review selengkapnya.
00:44Iya pemerintah menetapkan kuota penjualan bahan bakar minyak RON90
00:48atau Pertalaid sebesar 31,2 juta kiloliter untuk tahun 2025.
00:53Di mana kuota penyeluruhan Pertalaid mengalami penurunan dibandingkan
00:56dengan tahun 2024 ini sebesar 31,7 juta kiloliter.
01:05Pemerintah telah menetapkan kuota penyeluran bahan bakar minyak
01:08atau BBM bersubsidi untuk jenis Pertalaid sebanyak 31,2 juta kiloliter,
01:13solar sebesar 18,8 juta kiloliter,
01:16dan minyak tanah 525 ribu kiloliter yang berlaku mulai awal tahun 2025.
01:22Meski demikian kuota penyeluruhan BBM bersubsidi tercatat mengalami penurunan
01:26jika dibandingkan pada tahun ini
01:28di mana untuk Pertalaid sebesar 31,7 juta kiloliter
01:32dan solar 19 juta kiloliter.
01:35Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi atau BPHMigas
01:38seperti dikutip media menyatakan,
01:40penurunan jumlah kuota penjualan BBM bersubsidi
01:43seiring dengan akan berlakunya skema baru penyeluruhan subsidi BBM
01:46yang mulai berlaku pada tahun depan.
01:49Sementara itu pemerintah juga akan mengumumkan
01:51dan menerapkan skema baru dalam kebijakan penyeluran
01:54bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi di masyarakat.
01:58Di mana kementerian ISDM telah mengusulkan
02:00skema baru penyeluruhan subsidi BBM
02:02dengan menggunakan skema blending atau kombinasi.
02:05Nantinya, subsidi akan diberikan dalam bentuk barang atau komunitas produk
02:09dan sebagian lainnya dalam bentuk bantuan langsung tunai atau BLT.
02:13Pengumuman skema baru subsidi di sektor energi tersebut
02:16rencananya akan disampaikan langsung oleh Presiden Prabowo.
02:20Meski demikian, kementerian ISD masih menunggu proses
02:22pemadanan data penerima BLT dan juga penerima BBM subsidi
02:26dari Badan Pusat Statistik.
02:29Hal ini guna memastikan proses penyeluran subsidi BBM
02:32yang akan diberikan kepada masyarakat tepat sasaran.
02:35Jakarta Tim Liputan, IDX Channel
02:40Ya pemirsa untuk membahas tema menarik kita kali ini,
02:43kita tetapkan kuota BBM ber-subsidi.
02:45Tahun 2025 kita sudah tersambung melalui Zoom
02:48bersama dengan Bapak Yayan Satyakti.
02:50Dia adalah pengamat ekonomi energi dari Universitas Pajajaran.
02:54Halo apa kabar Pak Yayan?
02:56Alhamdulillah, kabar baik.
02:58Baik, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
03:01Dan sudah bergabung juga ini Pak Satya Widya Yuda.
03:03Dia adalah anggota Dewan Energi Nasional Triadel 2020-2024.
03:07Halo Pak Satya apa kabar?
03:09Baik-baik, alhamdulillah.
03:11Baik, terima kasih juga atas waktu yang disempatkan.
03:13Dan sebelum membahas lebih jauh,
03:14kita akan review terlebih dahulu dari Pak Yayan ini.
03:16Terkait dengan kinerja pendistribusian bahan-bahan minyak,
03:20khususnya BBM ber-subsidi hingga penghujung tahun ini seperti apa?
03:25Oke, mungkin kalau detailnya tadi sudah dijelaskan ya
03:30di angka-angka yang tadi.
03:32Nah mungkin yang paling penting ini begini mungkin.
03:35Bahwa subsidi energi itu dapat dibagi menjadi dua.
03:38Yaitu ada yang disebut sebagai subsidi energi secara eksplisit
03:41dan ada subsidi energi itu secara implisit.
03:43Nah subsidi energi secara eksplisit ini yaitu subsidi yang diberikan oleh pemerintah
03:47kepada masyarakat yang secara langsung itu diterima oleh masyarakat
03:51dalam bentuk BBM atau listrik atau dengan kriteria tertentu ya
03:54berdasarkan pada undang-undang.
03:56Nah sedangkan BBM implisit ataupun subsidi energi implisit
04:00yaitu adanya pengeluaran yang tidak langsung
04:02atau disebut sebagai discretionary spending
04:05ini yang dikeluarkan oleh pemerintah
04:07yang berhubungan dengan dampak dari kerugian
04:09yang diakibatkan oleh penghabusan subsidi energi tadi.
04:13Misalkan adanya pengeluaran pemerintah memberikan kompensasi di sini ya
04:17kepada BUMN misalkan seperti PLN ataupun Pertamina
04:21sehubungan dengan kompensasi dari katakan adanya
04:26hambatan cashflow dan lain-lain ya
04:28yang berhubungan dengan subsidi energi tersebut.
04:30Nah kalau kita lihat ini berdasarkan hasil riset dari World Bank ini tahun 2024 ya
04:35bahwa angka subsidi energi secara implisit itu lebih besar
04:38yaitu sebanyak 1,5% ya untuk tahun 2023
04:41dibandingkan dengan eksplisit itu 1%.
04:44Artinya apa? Artinya bahwa subsidi energi ini
04:47itu membebani adanya inefektivitas dari sisi fiscal balances ya
04:54dimana secara implisit itu lebih tinggi dari eksplisit.
04:58Artinya bahwa impact-nya itu lebih besar
05:02untuk memberikan dampak terhadap beban fiskal ya.
05:08Jadi kalau misalkan kita lihat,
05:10kalau kita lihat bebannya langsung kepada katakan welfare society ya
05:15kita lihat tadi hanya sekitar 1%
05:18tetapi impact-nya terhadap katakan perusahaan ataupun BUMN
05:22itu lebih besar karena apa?
05:23Karena ada inefisiensi yang mungkin
05:27ini mungkin agak ini ya
05:30saya kira mungkin karena adanya inefisiensi dalam proses penyaluran tersebut.
05:34Baik-baik Pak Ian. Nah dari Dewan Energi Nasional begitu Pak Satia
05:37Anda melihat bagaimana begitu proses penelusuran BBM
05:41khususnya BBM bersubsidi di masyarakat begitu saat ini
05:44dari sisi mungkin ke tepat sasarannya, pasokannya, stoknya dan lain-lain.
05:52Yang bisa saya sampaikan ya
05:54saya disclaimer dulu ini
05:56karena ini menjadi satu pendapat yang pribadi
06:00yang bisa saya sampaikan dalam forum yang baik ini.
06:03Jadi subsidi itu
06:08merupakan hak daripada masyarakat yang memang tidak mampu
06:13dan itu didindungi oleh konstitusi kita
06:16jadi tidak sekedar undang-undang
06:18tapi adalah konstitusi
06:20bahwasannya pemerintah mempunyai kewajiban
06:24untuk membantu masyarakat di dalam rangka
06:27menolong supaya daya belinya menjadi ada
06:31itu tujuan daripada subsidi.
06:35Lantas yang kedua, subsidi itu ada berbagai macam bentuk
06:39komoditas yang disubsidi.
06:41Nah karena kita diskusinya adalah masalah BBM
06:45maka kita lihat adalah harga dan jual daripada BBM
06:50yang lebih rendah daripada harga keekonomian atau harga pasar.
06:56Otomatis gap yang diberikan
06:59itu tentunya berupa penetrasi daripada keuangan pemerintah
07:04untuk membantu supaya daya beli masyarakat itu masih ada.
07:08Jadi affordability menjadi faktor yang paling utama
07:11karena nanti dampaknya bisa masalah inflasi dan lain sebagainya.
07:16Ini yang sebetulnya kita diskusikan beberapa waktu yang lalu
07:20baik pada waktu saya masih di parlemen
07:23karena subsidi itu menjadi hal yang sangat mendasar
07:29bagaimana kita mengelolanya.
07:32Apakah subsidi itu diberikan secara langsung
07:35secara utuh kepada masyarakat
07:38dalam bentuk bantuan langsung dunai
07:41ataupun bentuk-bentuk yang lain
07:44atau yang kedua kita berikan kepada harga komoditasnya.
07:49Nah ini yang tentunya menjadi satu pola yang akan dibilih
07:55mana yang akan lebih efektif.
07:57Karena apabila pola subsidinya seperti hari ini
08:01yaitu diberikan kepada komoditas
08:04maka terbuka luang bahwasannya
08:09penerima daripada subsidi tersebut menjadi lebih tidak terkendali.
08:15Karena kita memberikan kepada komoditas
08:18masyarakatnya tidak kita batasi
08:21jadi masih menggunakan pola subsidi terbuka.
08:24Dan itu terjadi di berbagai macam komoditas
08:27seperti di LPG ataupun juga di BBM.
08:32Maka kenapa topiknya beberapa waktu lalu
08:37dan masih juga saat ini
08:39itu adalah bahwasannya banyak orang yang tidak layak disubsidi
08:43masih menikmati harga subsidi tersebut.
08:47Nah maka muncul satu pemikiran-pemikiran
08:50bahwa subsidi itu tetap diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu.
08:55Namun mekanisme pengelolaannya itu yang sekarang lagi dibahas
09:01dan tentunya pada gilirannya nanti akan disampaikan oleh yang berwenang
09:06dalam hal ini Bapak Menteri SDM untuk menjelaskan kepada masyarakat
09:11supaya tidak timbul spekulasi dan juga tidak timbul
09:16hal-hal yang tidak diinginkan
09:18karena ingat bahwa ini masalah yang sangat sensitif
09:22apabila penyampaiannya nanti tidak proper begitu
09:27maka akan muncul shock inflation.
09:30Inflasi mendadak karena kabar
09:33ataupun karena berita yang belum waktunya disampaikan
09:37sudah disampaikan
09:38dan ini tentunya akan dimitigasi oleh pemerintah
09:41bagaimana teknik daripada penyampaian.
09:44Jadi yang perlu saya peringatkan di sini adalah
09:48bahwa kita sudah pernah memiliki PR Press 1991 tahun 2014
09:54yang memberikan gambaran kira-kira penerima subsidi itu siapa saja.
10:00Pada waktu ada ide membatasi konsumen yang membeli daripada BBM subsidi
10:09maka ajuannya masih menggunakan PR Press yang lama.
10:12Saat ini lagi digodok nantinya akan muncul PR Press yang baru
10:16yang bisa mengklasifikasikannya
10:19atau dikatakan opsi-opsi yang memungkinkan
10:22sehingga masyarakat kelompok mana yang akan mendapatkan subsidi
10:27baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.
10:33Kita tinggal menunggu saja bahwasannya subsidi ini akan diberikan
10:39hanya metode dan mekanismenya pada waktunya nanti akan disampaikan.
10:43Baik itu dia, terkait dengan kenaikan dari
10:46bagaimana penyeluruhan BBM subsidi tadi sudah disampaikan
10:49kuotanya juga sudah ditetapkan oleh pemerintah
10:52kemudian adanya rencana penerapan skema baru penyeluruhan BBM subsidi.
10:56Kita akan bahas lebih lanjut di segmen berikutnya
10:59terkait dengan kuotanya yang sudah ditetapkan untuk tahun 2025.
11:03Datang di segmen berikutnya kita akan jadal dulu sebentar
11:05Pak Satta dan juga Pak Yayan dan Pemirsa
11:07pastikan Anda masih bersama kami.
11:18Terima kasih Anda masih bergabung bersama kami
11:20dalam Market Review dan Pemirsa berikut ini kami sampaikan data untuk Anda
11:23terkait dengan realisasi subsidi energi dan juga kompensasi
11:27per November 2024 di mana totalnya ada Rp333,6 triliun.
11:32Sementara ini terbagi untuk subsidi energi ada Rp157,2 triliun
11:37kemudian dana kompensasinya Rp176,4 triliun.
11:44Baik seperti yang bisa Anda saksikan di layar televisyen.
11:46Berikutnya kita lihat realisasi anggaran subsidi BBM
11:49data per 30 November 2024 di mana tahun 2023 ada Rp14,93 juta kiloliter
11:55sementara per 30 November ini Rp15,1 juta kiloliter
12:01atau mengalami kenaikan sekitar 1,1 persen.
12:04Dan selanjutnya kita lihat nilai investasi Hulumigas di Indonesia
12:08trennya dari tahun 2020 sampai dengan 2024
12:12Rp10,5 miliar dolar Amerika di tahun 2023 tercatat Rp13,7 miliar dolar
12:19kemudian target di tahun 2024 ini adalah Rp16 miliar dolar Amerika.
12:24Dan selanjutnya investasi eksplorasi Hulumigas terkait dengan jumlah sumur
12:29di tahun 2020 ada 28, tahun 2023 lalu ada 38 sumur
12:35dan target di tahun 2024 ini 48 sumur.
12:38Baik kita akan lanjutkan kembali perbincangan bersama dengan Bapak Yayan Satyakti
12:42pengamat ekonomi energi dari Universitas Pajajaran dan juga Pak Satya Widya Yuda
12:46anggota Rewan Energi Nasional 2020-2024.
12:50Baik kita akan lanjutkan Pak Yayan kalau kita cermati dengan beberapa data
12:53tadi yang sudah disampaikan kuota sudah ditetapkan
12:56untuk tahun 2025 BBM yang terjenis Pertalaitnya 31,2 juta kiloliter
13:02kemudian Solarnya 18,8 juta kiloliter.
13:06Kalau kita jumlahnya memang turun ya tahun depan dibandingkan dengan tahun ini
13:10apakah tadi akan ada memang penyesuaian dengan kebijakan baru
13:14untuk skema penyaluran BBM bersubsidi yang akan ditetapkan
13:18atau diumumkan dalam waktu dekat ini oleh pemerintah?
13:23Ya kalau kita, ya memang itu harus turun ya.
13:27Jadi kalau kita lihat apakah kuotanya harus turun harus turun
13:31karena apa, karena pertama kita lihat bahwa fiskal space
13:36jadi ruang fiskal kita itu sudah sangat, apa ya mungkin agak berat lah ya
13:42kita harus spending yang lebih banyak gitu kan
13:46nah kalau misalkan kita lihat disini mungkin kita agak harus berhati-hati
13:50karena apa, karena ketika terjadi penghapusan BBM tadi
13:54itu akan katakan ini harus dialokasikan kepada jenis-jenis spending yang lain
14:00yang memang itu memiliki sifat yang sama
14:04karena kalau misalkan ketika oke lah bahwa BLT itu akan
14:10bukan maksudnya subsidi itu akan dicabut kemudian akan diganti ke BLT
14:16ke BLT sebagian dan lain-lain
14:18nah tetapi disini bahwa kalau kita lihat di data itu akan berimpak
14:24itu terhadap inflasi
14:26karena apa, karena tadi ada multi-round effect yang diakibatkan
14:29karena penghapusan katakan subsidi untuk misalkan
14:34ataupun ada pembatasan kuota tadi
14:37nah memang disini disebutkan kalau misalkan ya berdasarkan hasil riset
14:44kita lihat misalkan seperti hasil riset Woodbank
14:48kemudian juga perhitungan dengan data struktur meraca sosial ekonomi terbaru
14:54bahwa ketika misalkan subsidi itu yang sekarang itu diganti ke frameworknya
15:00kemudian juga andaikan itu masuk ke BLT
15:03itu memang akan terjadi penghematan sekitar 20-30%
15:08akan tetapi kalau misalkan kita lihat karena data dari SNSE itu
15:14sifatnya juga dia years artinya 5 tahun sekali
15:18kemudian dia tidak mengcapture terhadap perubahan harga
15:21maka kalau misalkan kita gunakan lagi dengan data yang lebih detail
15:28maka itu akan memberikan impact terhadap peningkatan harga pangan
15:33dan juga harga logistik
15:35nah kalau misalkan harga pangannya itu dikisaran sekitar 2-3%
15:42dari baseline
15:44dan kemudian juga terhadap logistik itu bisa sekitar 5-6%
15:49artinya apa? artinya ketika
15:51kenapa sih menjadi gede seperti itu ya?
15:54karena kalau kita lihat bahwa yang menikmati subsidi tadi
15:58itu memang bukan masyarakat miskin
16:00jadi mungkin sekitar 60-70% itu adalah masyarakat menengah bawah
16:05dan juga 30% itu dari menengah atasnya
16:09yaitu misalkan seperti mobil Alphard, mobil apalah
16:13kadang-kadang itu yang suka nakal itu menggunakan subsidi tadi
16:17nah jadi kalau misalkan kita lihat bahwa
16:22akurasi data dan kemudian juga sistem dari kemampuan pemerintah
16:31untuk menjaga subsidi itu menjadi hal yang sangat krusial
16:34kalau misalkan kita lihat apakah itu akan menaikkan ruang fiskal kita?
16:40ya, tetapi kan ketika dilapangannya ini kan harus akurat
16:43ini kan harus efektif
16:45nah masalah akurasi dan inefektifitas ini yang selalu menjadi permasalahan
16:51kita lihat tadi seperti yang dikaji oleh World Bank ya
16:54disebutkan bahwa implicit subsidi energi itu, itu lebih besar
17:00karena apa? karena impactnya itu lebih besar
17:02dibandingkan dengan penghapusan dari ataupun penurunan
17:06katakan subsidi energi tadi
17:10nah jadi ini mungkin yang harus dibereskan terlebih dahulu
17:13agar apa? agar kita secara efektif
17:17mampu menurunkan katakan ruang fiskal
17:19tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk tetap mempertahankan daya beli masyarakat
17:24oke, oke
17:25nah ini menarik juga nih
17:26kalau kita lihat Pak Satya
17:28apakah memang kebijakan ataupun skema baru nanti adanya
17:31skema baru penyaluran BBM bersubsidi
17:35kemudian kuota yang ditetapkan di tahun 2025 sedikit ada pengurangan begitu
17:39apakah ini upaya dari pemerintah juga untuk bisa mengontrol
17:42lebih jauh begitu dari sisi penyaluran
17:45kemudian bagaimana konsumsi BBM di masyarakat begitu Pak?
17:50jadi gini mas, kita mesti nunggu dulu pengumuman daripada pemerintah ya
17:55karena nanti pada gilirannya pemerintah akan bisa menetapkan
18:00apakah subsidi itu diberikan secara langsung
18:04atau subsidi diberikan pada komoditas
18:07ini dua hal yang berbeda strateginya
18:10apabila subsidi itu diberikan kepada komoditas
18:14berarti pengguna daripada BBM subsidi tersebut
18:20itu tentunya akan diteliti mulai daripada jenis mobilnya
18:24apakah dia masuk di dalam kelompok sasaran masyarakat yang memang layak disubsidi
18:30begitu pun pula, apabila opsi yang diambil nantinya merupakan subsidi langsung
18:36berarti jenis daripada masyarakat
18:40kelompok masyarakat yang memang layak disubsidi itu harus ditentukan terlebih dahulu
18:46jadi memang banyak pendekatan
18:49jadi apabila kita mengklasifikasikan kelompok masyarakat yang saat ini
18:55yang saat ini sudah disubsidi tapi dalam bentuk natura
19:01misalkan data-data yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial
19:06itu ada namanya DTKS, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial oleh Kemensos
19:11mereka sudah mengklasifikasikan keluarga-keluarga yang kategori layak disubsidi
19:18begitu pun pula di Kemenko PMK itu juga ada
19:22itu Pensasaran Percepatan Penghampusan Kemiskinan Ekstrim
19:27atau P3KE, itu ada di kantor Kemenko PMK
19:31tentunya digabung nanti antara data DTKS, data Kemenko PMK
19:38dan juga ada data dari Registrasi Sosial Ekonomi atau RegSosek
19:43nah itu tentunya nanti akan diteliti oleh pemerintah
19:47yang pada gilirannya nanti itu menjadi kelompok-kelompok masyarakat
19:51yang memang layak disubsidi
19:53apabila bentuk subsidinya adalah langsung kepada masyarakat yang tidak berkemampuan
19:59nah apabila pendekatan yang kedua yang dipakai yaitu komoditas
20:04maka jenis daripada kendaraan, pengguna daripada kendaraan
20:09dengan pola pendekatan siapa yang layak disubsidi, jenis kendaraan apa
20:14itu akan dibilih, misalkan pola pendekatan kedua yang dilakukan
20:21maka sebetulnya ini pilihan-pilihan, maka kenapa saya di depan
20:24kita harus sabar aja menunggu dulu
20:27karena kalau kita berspekulasi sekarang yang kami khawatirkan nanti akan menimbulkan reaksi yang justru tidak kita inginkan
20:35tetapi yang jelas pemerintah berpikir bagaimana subsidi itu
20:40sebagus mungkin ya, sebaik mungkin agar tepat sasaran
20:47karena esensi daripada undang-undang dasar kita yaitu bahwa
20:51pemerintah memberikan subsidi kepada orang yang tidak berkemampuan
20:57untuk meningkatkan daya beli mereka, itu sebetulnya esensinya
21:00maka kenapa ada satu misalkan pemerintahan atau penampilan mengatakan dihilangkan subsidi
21:08sejatinya tidak dihilangkan, karena pemerintah pasti akan mencoba semedikian doang
21:14karena bunyi daripada undang-undang PBN untuk subsidi itu memang ada ruang
21:20dimana sesuai dengan kekuatan dan kemampuan fiskal kita
21:25nah ini bukan berarti dihilangkan tetapi direalokasi
21:30antara memberikan subsidi kepada komunitasnya atau kepada pengguna
21:36atau pada kelompok masyarakatnya
21:40kita tunggu aja jenis-jenis yang mana yang akan menjadi pilihan daripada
21:46pemerintah yang kemudian hari akan diberikan payung hukum
21:50baik itu dalam bentuk peraturan presiden ya sehingga tidak menimbulkan
21:55kejolak sosial, ya mesti diingat
21:57karena masyarakat pasti nanti jangan sampai ada satu konflik horizontal gitu
22:04kenapa mereka pernah, kenapa yang sebelah sini tidak
22:07tidak perlu ada satu payung dan juga tentunya nanti akan dilakukan sosialisasi
22:12jadi mungkin tahapannya begitu mas, jadi kita sabar dulu
22:16saya yakin nanti pada gilirannya akan disampaikan oleh pemerintah
22:21lantas kalau kita kaitkan dengan produktivitas ataupun lifting migas kita
22:25apabila memang ada pembatasan kuota ataupun kita lihat kuota yang sudah ditetapkan
22:29di tahun 2025 mendatang, kaitannya juga dengan bagaimana pendistribusiannya
22:33kita akan bahas nanti di segmen berikutnya
22:35kita akan juga kembali sebentar dengan pemirsa
22:37kami akan segera kembali usai pariwara berikut ini
22:47baik masih berbincang bersama dengan Bapak Mas Yudha
22:50Yudha adalah Kanggota Dewan Energi Nasional 2020-2024
22:54kemudian Bapak Yayan Satyarti, Pengamatan Energi dari Universitas Pajajaran
22:57Bapak Yayan lantas bagaimana kalau kita bicara mengenai kuota yang sudah ditetapkan
23:01kaitannya dengan produktivitas ataupun lifting minyak kita
23:05bagaimana Anda melihatnya?
23:09kalau misalkan kita lihat ya
23:13misalkan kondisi lifting migas kita
23:15kita sudah agak ketinggalan ya
23:17karena kalau kita lihat dari sisi cadangan
23:20ini tidak ada perubahan
23:22kemudian tidak ada eksplorasi baru
23:24tidak ada research and development yang signifikan
23:26saya kira kalau kita hubungkan dengan
23:29ini kita bicara mengenai security ya
23:32artinya ketahanan dari sisi supply side
23:34kalau dari sisi supply side ya
23:36kita sudah net importer
23:38jadi kita tidak juga bisa mengandalkan
23:40dan dari produksi minyak dalam negeri
23:43tetapi kita sudah bersifat harusnya mungkin
23:45outward looking policy
23:47jadi kita infected masih di luar
23:49mencari minyak di luar
23:51kemudian kita memperoleh minyak yang lebih murah
23:54dibandingkan kita hanya impor ya
23:55misalkan Pertamina
23:57mungkin pada tahun 2004-2005
24:00kalau tidak salah itu sudah punya portfolio itu
24:02misalkan seperti di Libya, di Kazakhstan
24:04dan lain-lain
24:05nah itu mungkin kita bisa melakukan investasi di sana
24:08kalau misalkan kita mengandalkan lifting migas
24:11yang ada di Indonesia
24:12itu sudah bukan rejimnya
24:14dengan biaya murah
24:16dan juga risiko yang rendah
24:18enggak, ini sudah bukan zamannya lagi
24:20bahwa kita ini
24:22kemudian merubah sistem fiscal rejim dan lainnya
24:25minyaknya sudah habis
24:27nah sehingga apa?
24:28sehingga
24:29yang sekarang itu bahwa research and development
24:31khususnya di sektor migas
24:33kita harus melakukan eksplorasi
24:34kemudian juga mengembangkan teknologi yang ada
24:37maksudnya untuk memperoleh minyak yang baru
24:41nah tetapi kalau kita hubungkan dengan
24:43hubungannya dengan fiscal
24:44itu hanya menambah terhadap PNBP
24:46tapi tidak menambah terhadap apa?
24:49terhadap kondisi dari price affordability
24:52karena apa?
24:53price affordability itu kita membeli minyak
24:55dari Timur Tengah
24:56dengan
24:59penghilangan itu dari minyak Timur Tengah
25:01jadi sebetulnya enggak begitu nyambung ya
25:03andai kan sekarang kita mau
25:05berbicara mengenai stock banker
25:07kemudian dan lain-lain
25:09berarti apa?
25:10berarti kita harus menggunakan minyak sendiri
25:12dan kemudian juga kita bisa menikmati itu
25:15dan kemudian itu langsung berimpak
25:17terhadap penurunan mungkin
25:19apakah itu harga?
25:20tapi kan kita kebijakannya enggak seperti itu ya
25:22kita menjual minyak
25:23kita memperoleh trade of margin
25:25kemudian kita bisa melakukan import
25:28jadi disini sebetulnya ruang fiskalnya
25:30masuk ke kantong yang sama
25:32alokasinya itu bisa kemana-mana
25:35baik-baik
25:36Dewan Energi Nasional melihatnya bagaimana nih?
25:38Pak Satya, Anda melihat bagian dari sisi kemampuan lifting kita
25:41juga bagaimana produktivitas
25:42kemudian jaminan ya
25:44terkait dengan suplai BBM di dalam negeri?
25:48yang jelas bahwa
25:50kita harus meningkatkan produksi migas kita ya
25:53karena memang saat ini kita masih
25:56mengandalkan migas
25:58terutama untuk sisi transportasi dan industri
26:03kalau kita berbicara hari ini
26:05kan tentunya kita ingin mempunyai dampak hari ini
26:08maka yang dilakukan oleh pemerintah
26:11saya pikir sudah satu hal yang cukup tepat
26:14yaitu adanya
26:16mencoba mengintroduce mobil listrik
26:20itu sudah mengurangi cukup lumayan
26:23apabila nanti pada gilirannya
26:25bahwa mobil-mobil tersebut cukup kompetitif
26:28dibandingkan mobil-mobil yang berbahan bakar
26:31minyak dan gas bumi
26:32lantas yang kedua, pemakaian LPG misalkan ya
26:36LPG rumah tangga sekarang sudah diarahkan
26:38dengan city gas
26:40atau gas kota
26:41karena kita kaya
26:43gas itu kita kaya
26:44tapi kayanya adalah kayak gas metana
26:46bukan propana dan bukan butana
26:49yang menjadi bahan baku daripada LPG
26:52jadi apabila kita bisa menggunakan city gas
26:54yang dimentuk gas metana
26:56maka itu sudah mengurangi konsumsi daripada LPG
26:59itu kita berbicara hari ini
27:01tetapi kalau kita berbicara jangka panjang
27:03tentunya eksplorasi minyak dan gas bumi
27:07kita berdoa, berharap agar yang keluar minyak
27:11karena kalau di wilayah timur Indonesia
27:13banyak sekali ditemukan cadangan-cadangan baru
27:16yang kebetulan gas lebih dominan daripada minyak
27:20dan tentunya untuk yang berproduksi minyak saat ini
27:24dilakukan teknologi-teknologi baru
27:26untuk bisa mengangkat jumlah volume liftingnya
27:29menjadi lebih meningkat daripada yang sebelumnya
27:32memang PRnya tidak seperti membalik telapak kangen
27:35tetapi itu sudah menjadi niatan daripada pemerintah
27:38untuk memompa produksi kita
27:41dengan mengeksplorasi beberapa cekungan-cekungan
27:44yang selama ini belum disentuh
27:46tetapi mesti diingat bahwa ini bukan pekerjaan satu tahun
27:49begitu berbicara eksplorasi
27:52mereka baru bisa on stream paling tidak tujuh tahun dari sekarang
27:55tetapi apabila kita membutuhkan tambahan hari ini
28:00satu, melakukan dengan menggunakan teknologi
28:03terhadap produksi mi gas yang ada
28:05lantas yang kedua, kita memberikan kemudahan
28:09bagi para kontraktor minyak dan gas bumi ini
28:13untuk diberikan keleluasaan
28:16sehingga mereka bisa meningkatkan produksi dengan maksimal
28:21walaupun itu juga tidak mudah
28:24yang konvensional adalah
28:26otomatis kita menambah importasi daripada BBM jadi
28:31itu tentunya hal yang kita hindari
28:35bahkan membuat defisit anggaran kita menjadi lebih lebar
28:39maka kenapa tujuan kita mengkonversi
28:43daripada BBM ke BBG
28:45dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas
28:47itu menjadi salah satu upaya
28:49lantas yang kedua penggunaan mobil listrik
28:52dan yang ketiga adalah penggunaan jaringan gas kota
28:55saya pikir itu cara-cara yang bijak
28:58yang bisa kita lakukan dalam waktu yang kita butuhkan saat ini
29:03baik, itu dia terkena dengan berbagai kebijakan di sektor energi
29:06yang sudah dilakukan oleh pemerintah dan pembatasan
29:08ataupun penetapan kuota BBM Rosprosidi
29:11yang sudah ditetapkan untuk tahun 2025 ini
29:14semoga bisa tetap menjaga kebutuhan
29:17rata tersediaan dari BBM tersebut di masyarakat
29:19sehingga tadi yang perlu dicega adalah
29:21terjadinya bagaimana friksi di masyarakat
29:25dengan adanya perubahan-perubahan
29:27kebijakan di sektor energi yang memang cukup sensitif
29:30dengan kondisi saat ini
29:32terima kasih banyak atas analisis informasi
29:36update yang sudah anda sampaikan
29:38terima kasih juga atas informasi dan data-data yang sudah diberikan
29:41selamat melanjutkan aktivitas anda
29:43kembali salam sehat
29:45terima kasih