Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • kemarin dulu
JAKARTA, KOMPAS.TV Ibu Negara ke-4 RI yang juga Aktivis Perempuan, Sinta Nuriyah Wahid berbicara soal kasus pelecehan seksual.

Hal ini disampaikan Sinta dalam program ROSI di Jakarta pada Kamis (17/4/2025).

Sinta mengatakan bahwa semua orang perlu bekerja sama untuk mencegah kasus pelecehan terjadi lagi.

Dirinya juga mengajak para perempuan untuk saling menguatkan terhadap para korban yang mengalami pelecehan hingga kekerasan seksual.

Mari Simak dialognya dalam #ROSIKompasTV hanya di KompasTV.

Video Editor: Agung Ramdani

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/587651/marak-kasus-kekerasan-seksual-ke-perempuan-sinta-nuriyah-wahid-moralnya-sudah-rusak-rosi
Transkrip
00:00Terima kasih Mas Sidi Rosi. Jelang perayaan hari Kartini, malam ini Rosi mengundang Ibu Negara keempat, Ibu Sinta Nuryah Wahid.
00:08Ia sarjana bidang hukum Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Indonesia jurusan kajian perempuan.
00:19Ibu Sinta, kita bicara soal sebuah peristiwa yang jadi banyak pemberitaan dan ini menyesakan dada.
00:30Karena terjadi kekerasan seksual pada perempuan dan yang betul-betul menghantam hati kita, membuat kita bersedia adalah misalnya pelaku Asusila ini kekerasan pada anak bahkan masih di bawah 5 tahun itu ada Kapolresengada.
00:48Lalu kemudian ada guru besar UGM, ada dokter obsjin yang biasa merawat perempuan untuk kesehatan reproduksinya.
01:01Tapi mereka justru dengan sangat leluasa melakukan kekerasan, pelecehan pada perempuan.
01:08Jadi ini adalah satu cerminan bahwa mereka yang terdidik sekalipun, Bu, bisa melakukan satu perbuatan yang luar biasa.
01:18Yang sangat rendah sekali.
01:20Yang lu sangat rendahnya sudah di batas paling bawah itu.
01:28Padahal mereka kelompok terdidik loh, Bu.
01:31Iya.
01:31Obsjin.
01:32Tidak hanya terdidik.
01:33Guru besar.
01:34Bahkan kaum beragama pun bisa melakukan seperti itu.
01:38Itu karena moralnya sudah rusak.
01:44Apalagi yang bisa kita katakan kalau bukan moralnya yang sudah rusak.
01:49Dan mereka lebih banyak menggunakan, menuruti hawa nafsunya belaka.
01:58Itu yang dituruti kan hawa nafsu.
02:01Hwa nafsu yang dibawa oleh setan.
02:02Nah itu kan yang diikuti.
02:07Itu karena kurang kuatnya batin mereka, kurang kuatnya penghayatan atau pengamalan mereka terhadap ajaran agamanya.
02:21Itu yang menurut saya itu yang membuat mereka lemah terhadap masalah yang seperti itu.
02:28Mudah tergoda.
02:29Bu, pelaku kita kutuk bersama dan kita sama-sama betul-betul menuntut keadilan dan hukuman yang sangat berat untuk para pelaku kejahatan seksual ini.
02:43Tapi yang tidak kalah pentingnya adalah korban, yang perempuan.
02:48Ibu, ini tidak cukup hanya sekedar menghukum pelaku.
02:57Tapi bagaimana sesungguhnya perhatian kita bagi para korban?
03:00Karena begini Ibu, sering sekali perempuan juga harus diam, tidak berani speak up atau berbicara.
03:07Karena tidak saja malu, tetapi juga karena keluarga memintanya seperti itu.
03:11Ada nama baik, keluarga yang harus dijaga.
03:15Menurut Ibu, pilihan mana yang harus diambil oleh korban?
03:21Dalam kondisi seperti ini atau kejadian seperti ini memang sangat susah untuk menentukan pilihan.
03:29Pilihan ini sangat, sangat apa ya, sesuatu yang tidak bisa dipilih dengan mudah.
03:42Pertama, kalau dia akan membuka suara, ya, artinya juga membuka dirinya ini sudah kena air.
03:54Juga orang tuanya ikut-ikutan, kena getahnya.
04:02Tidak hanya, ya, karena tidak bisa menjaga anaknya, tidak bisa mendidik anaknya, juga orang tuanya juga.
04:11Namanya juga menjadi, oh, anaknya itu, makanya bisa terjadi seperti itu.
04:18Orang tuanya juga menjadi jelek.
04:20Iya kan?
04:22Dima kasih, kalau dia diam, pelaku enak, bebas sekali.
04:29Tidak terkena, anak apa, tidak terkena getahnya sama sekali.
04:34Memang yang jadi enak, yang enak itu cuma itu.
04:37Jadi yang menjadi korban, boleh balik kembalinya kepada perempuan.
04:41Betul.
04:41Nah, ini yang tidak bisa kita jadikan pilihan.
04:47Perempuan tidak bisa memilih untuk masalah ini.
04:52Ya, yang harus kita hajar adalah pelaku.
04:56Pelaku.
04:57Bagaimana caranya menghajar pelaku?
04:59Dan bagaimana caranya?
05:00Kita tidak bisa mengatakan, menghilangkan sama sekali.
05:04Ini hukum alam.
05:07Tidak bisa dihilangkan sama sekali.
05:08Memperkecil korban.
05:12Ya, yang bisa kita lakukan itu adalah memperkecil jumlah korban.
05:18Nah, itu ya kita harus bekerja sama dengan semua pihak.
05:24Terutama ya, sebetulnya tidak harus para agamawannya yang harus memegang itu.
05:34Tapi semua orang yang merasa punya kuasa.
05:39Laki-laki menjadi begitu karena dia merasa berkuasa.
05:43Ya, relasi kuasa.
05:45Ya, berkuasa.
05:46Tidak hanya segala sesuatu.
05:48Tapi secara fisik, dia lebih kuat dari perempuan.
05:53Dia lupa bahwa seberapapun kuatnya laki-laki,
05:59dia itu sebetulnya lebih lemah dari laki-laki perempuan.
06:01Karena yang melahirkan dia adalah perempuan.
06:06Yang mengandung dia perempuan, yang menyusui juga perempuan,
06:11yang melahirkan perempuan, yang membesarkan dia perempuan,
06:15apa-apa lagi.
06:17Yang memberikan cinta kasih juga perempuan.
06:19Tapi dia lupa.
06:22Lupa semua itu.
06:24Itu yang harus diingatkan kepada laki-laki.
06:26Kalau menurut saya, selalu diingatkan.
06:29Siapa kamu?
06:33Apanya perempuan itu, apa kamu?
06:35Nah, laki-laki kamu itu datangnya dari mana?
06:37Dari mana?
06:39Enggak, gitu.
06:40Coba, ingat-ingat.
06:41Waktu kamu masih kecil.
06:44Waktu kamu sakit.
06:46Siapa yang tidak tidur semalaman untuk menempuhi sakit yang sakit?
06:50Ibu.
06:52Bapakmu yang kemana?
06:53Mendengkur.
06:56Iya, tau?
06:56Nah, yang seperti itu harus diingat.
07:04Apalagi kalau dia punya anak perempuan.
07:08Punya jadi saudara perempuan.
07:10Iya, betul.
07:12Bagaimana rasanya kalau terjadi hal seperti itu terhadap keluarga kamu.
07:20Apa yang bisa kita lakukan bagi para korban?
07:22Karena mereka tidak saja menjadi korban atas.
07:28Sudah tidak suci.
07:29Sudah tidak menjadi orang baik.
07:31Sudah tidak menjadi orang yang bisa dijadikan panutan.
07:35Masa depan hancur.
07:36Hancur.
07:37Ya, memang itu yang akan dialami perempuan.
07:40Karena itu, saya merasa,
07:45ayolah kita perempuan-perempuan bersatu padu
07:49untuk memikirkan nasib mereka bersama-sama.
07:54Apa yang paling baik.
07:56Bagi kami kalau di pesantren ya mungkin
07:59itu masih bisa agak ketolongan ya.
08:03Karena di pesantren itu tidak langsung keluar dari rumah,
08:08dari pesantrennya masih bisa tertutupi segalanya.
08:11Tapi kalau dia sebagai aktivis,
08:15kan ada juga aktivis yang menjadi korban.
08:19Itu memang yang repot.
08:22Apalagi menjadi contoh teladan,
08:25yaitu guru.
08:27Itu kan.
08:28Kalau guru saja sudah menjadi korban seperti itu.
08:32Apalagi.
08:33Cuman mungkin kita bisa memberikan
08:37keberanian pada para korban pelecehan seksual ya, Bu.
08:42Ya.
08:43Bahwa jangan,
08:44kalau memang hatinya ingin dia berbicara,
08:47jangan gentar.
08:49Ya.
08:49Jangan takut.
08:51Bila hatimu memang ingin mengatakan ini
08:54sebagai bagian dari
08:55untuk mencari keadilan,
08:59menghukum si pelaku dengan seberat-beratnya,
09:01bicaralah.
09:02Kita semua ada untuk mereka.
09:04Ya.
09:05Bicaralah.
09:06Silakan bicara dengan sangat terbuka.
09:10Bahwa kesalahan itu
09:11bukan kesalahan perempuan,
09:13bukan kesalahan keluarga,
09:15tapi kesalahan yang melakukan perbuatan itu.
09:19Itu harus berani dilakukan.
09:21Kita bersama korban.
09:23Ya.
09:23Kita bersama korban.
09:24Kami kembali sesat lagi.
09:27Terima kasih.

Dianjurkan