Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • hari ini
JAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih mengunjungi kediaman presiden ke-7 Joko Widodo di Surakarta, Jawa Tengah saat momen lebaran. Pakar Etika Politik, Dr. Haryatmoko, S.J melihat momen itu berkaitan dengan transisi kekuasaan yang harus jelas terjadi di negara demokrasi.

"Artinya, jangan sampai ditafsirkan yang namanya dilema loyalitas birokrasi. Ini mengapa Pak Jokowi itu mantan presiden, tetapi masih seperti menjadi patron dari beberapa menteri, beberapa pejabat. Jadi masalah patronase politik. Kedua, sebetulnya harusnya Pak Jokowi langsung mengatakan bahwa saya tidak cawe-cawe. Ini kan dikaitkan dengan cawe-cawe," katanya.

Silaturahmi sebenarnya juga dilakukan sejumlah menteri dan mantan menteri ke kediaman mantan presiden Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono. Namun dalam konteks ini, kunjungan ke kediaman Jokowi dirasanya kurang tepat waktu.

"Maksud saya, tidak tepatnya supaya transisi ini jelas dan orang melihat ada loyalitas, birokrasi, dan kebijakannya satu. Sebetulnya kan masyarakat juga ingin mendapatkan suatu kejelasan atau supaya transisinya ada transparansi juga bahwa memang yang berkuasa saat ini adalah bapak Prabowo," pungkasnya.



Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.



https://youtu.be/oQbHKeG-DDU

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/talkshow/589188/kunjungan-menteri-ke-jokowi-pengamat-yang-berkuasa-sekarang-prabowo-rosi
Transkrip
00:00Kita sedang berbicara soal politik matahari kembar.
00:04Saya mau masuk dulu dengan situasi dimana baru sekali ini, sepanjang sejarah,
00:10halal bihalal itu dipersoalkan.
00:12Padahal ini adalah tradisi khas Indonesia.
00:15Jadi ketika para menteri datang ke rumah Pak Jokowi,
00:20kemudian disinyalir dengan adanya matahari kembar.
00:25Mengapa sesuatu yang sangat mulia justru bisa ditafsirkan dengan sesuatu yang sangat negatif?
00:34Kalau saya harus melihatnya menghubungkan dengan transisi kekuasaan ini jelas dan tegas tidak.
00:42Yang saya maksud apa?
00:44Di negara demokratis itu transisi kekuasaan itu harus jelas.
00:48Artinya apa? Jangan sampai ditafsirkan yang namanya dilema loyalitas birokrasi.
00:57Dan ini mengapa Pak Jokowi itu mantan presiden,
01:02tetapi masih seperti menjadi patron dari beberapa menteri, beberapa pejabat.
01:08Jadi masalah patronas sepolitik.
01:10Dan yang kedua sebetulnya harusnya Pak Jokowi langsung mengatakan bahwa saya tidak cawe.
01:19Ini kan dikaitkan dengan cawe-cawe segala itu kemarin.
01:22Jadi ini bukan...
01:24Kenapa sampai sejauh itu begitu?
01:27Kalau kita lihat misalnya hal yang serupa,
01:31para menteri juga atau menteri-menteri yang ada di kabinet sekarang juga datang
01:36untuk halal-halal ke tempat Pak SBE,
01:39datang juga ke rumah Bu Megawati,
01:43tapi kenapa ketika datang ke Pak Jokowi itu langsung nyinyir semuanya?
01:47Atau kemudian bereaksi keras?
01:49Ya, karena masalahnya kan dikatakan Pak Prabowo akan melanjutkan politiknya Pak Jokowi.
01:56Sejauh mana kekasan dari Pak Prabowo itu juga ditampilkan.
02:01Dan juga mengenai misalnya kunjungan-kunjungan itu mengapa secepat itu?
02:08Kalau saya melihatnya apa?
02:09Waktunya tidak tepat.
02:11Waktunya dan konteksnya tidak tepat.
02:14Ada soal waktu yang tidak tepat?
02:16Ya, maksud saya tidak tepatnya apa?
02:18Supaya transisi ini jelas,
02:20dan supaya orang melihat ada loyalitas satu,
02:24dan juga supaya birokrasi itu arahnya satu,
02:27dan supaya kebijakan satu.
02:28Sebetulnya kan masyarakat juga ingin mendapatkan suatu kejelasan,
02:33atau supaya transisi ini ada transparansi juga,
02:37bahwa yang memang berkuasa saat ini adalah Bapak Prabowo.
02:40Terima kasih.

Dianjurkan