KOMPAS.TV - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 mengalami perlambatan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun ini tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan.
Bagaimana membaca angka-angka pertumbuhan ekonomi ini? Adakah data-data lain yang sebelumnya sudah memberi sinyal perlambatan?
Simak pembahasan selengkapnya dalam Kompas Bisnis bersama Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira.
Baca Juga Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Cuma 4,87 Persen: Terendah sejak 2021, Kalah dari Vietnam di https://www.kompas.tv/ekonomi/591432/pertumbuhan-ekonomi-triwulan-i-cuma-4-87-persen-terendah-sejak-2021-kalah-dari-vietnam
#ekonomi #pertumbuhanekonomi #pemerintah #kompasbisnis
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/591472/full-bahas-pertumbuhan-ekonomi-melambat-pengangguran-pecah-apa-saja-sinyalnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mengonfirmasi bahwa ekonomi dalam tiga bulan pertama tahun ini tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan.
Bagaimana membaca angka-angka pertumbuhan ekonomi ini? Adakah data-data lain yang sebelumnya sudah memberi sinyal perlambatan?
Simak pembahasan selengkapnya dalam Kompas Bisnis bersama Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira.
Baca Juga Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Cuma 4,87 Persen: Terendah sejak 2021, Kalah dari Vietnam di https://www.kompas.tv/ekonomi/591432/pertumbuhan-ekonomi-triwulan-i-cuma-4-87-persen-terendah-sejak-2021-kalah-dari-vietnam
#ekonomi #pertumbuhanekonomi #pemerintah #kompasbisnis
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/ekonomi/591472/full-bahas-pertumbuhan-ekonomi-melambat-pengangguran-pecah-apa-saja-sinyalnya
Kategori
🗞
BeritaTranskrip
00:00Anda menyaksikan Kompas Bisnis bersama saya Asri Gunawan.
00:04Hari ini saudara kita akan membahas soal pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2025
00:10yang ternyata melambat.
00:13Badan Pusat Statistik atau BPS mengonfirmasi ekonomi dalam 3 bulan pertama,
00:19ekonomi tumbuh 4,87% secara tahunan.
00:23Ini merupakan tahun fiskal pertama Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Raka Bumingraga.
00:28Ekonomi bahkan kembali ke level pandemi COVID-19 tepatnya terendah sejak kuartal 3 2021.
00:37Yang di layar Anda saudara ini adalah grafis pertumbuhan ekonomi setahun terakhir lebih.
00:43Nah kalau kita lihat tahun lalu di kuartal pertama saudara tahun 2024 pertumbuhan ekonomi ada di angka 5,11%.
00:53Di kuartal 2 mengalami penurunan sebesar atau angka pertumbuhannya ini adalah sebesar 5,05%.
01:02Di kuartal ketiga di tahun lalu tahun 2024 pertumbuhan ekonomi di angka 4,95% dan di kuartal keempat 2024 5,02%.
01:15Kalau kita lihat di tahun lalu dari kuartal 1 sampai kuartal 4 ini datanya cukup fluktuatif ya pertumbuhan ekonomi.
01:24Lalu kalau kita lihat lagi di tahun ini di tahun 2025 kuartal pertama pertumbuhan ekonomi ada di angka 4,87%.
01:31Kalau kita bandingkan dengan kuartal pertama di tahun lalu ternyata pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun 2024.
01:46Tahun lalu saudara ekonomi Indonesia juga pernah di level 4%-an pada kuartal 3 2024.
01:51Sebagai informasi mengacu APBN 2025 pertumbuhan ekonomi tahun ini ditargetkan 5,2%.
01:59Bahkan di pemerintahan Presiden Prabowo ekonomi dibidik tumbuh sampai 8%.
02:05Apakah target ini akan semakin berat? Nanti kita sama-sama tanya ke ekonom.
02:10Lalu siapa yang pertumbuhan pengeluarannya di bawah pertumbuhan ekonomi nasional? Kita ke data berikutnya.
02:17Ada beberapa indikator yang menopang pertumbuhan ekonomi saudara.
02:22Kita tidak bahas semua tetapi fokus pada beberapa angka.
02:25Kepala BPS Amalia Adininggar Widya Santi bilang pertumbuhan ekonomi teriwulan pertama 2025 ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga dan ekspor.
02:37Nah kita lihat grafisnya saudara konsumsi rumah tangga ini pertumbuhannya kalau pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran di konsumsi rumah tangga ini 4,89%.
02:52Kemudian konsumsi LNPRT 3,07%.
02:57Kemudian konsumsi pemerintah ini minus ya minus 1,38% lalu PMTB 2,12%.
03:07Ekspor ini angkanya lebih tinggi dibandingkan yang lainnya 6,78% dan impor 3,96%.
03:16Masing-masing tumbuh secara tahunan sebesar 4,8% dan 6,78%.
03:23Datanya yang Anda tadi lihat dan saya jelaskan angka yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.
03:29Tapi kita ulik sedikit.
03:31BPS juga mencatat konsumsi rumah tangga pada triwulan 1 2024 sedikit lebih tinggi.
03:38Yaitu di level 4,91%.
03:41Konsumsi rumah tangga umumnya menyumbang proporsi besar terhadap PDB yaitu pada kisaran 53-56%.
03:49Angka lain yang menarik adalah konsumsi pemerintah yang minus sampai 1,38%.
03:57Kita juga nanti akan bertanya kepada ekonom kenapa ini terjadi dan apa dampaknya kepertumbuhan ekonomi.
04:04Yang pasti pemerintah ini sudah mengatakan inflasi Indonesia meski sempat terpukul deflasi masih dalam range yang aman.
04:12Kita lanjutkan ke data berikutnya.
04:16Saudara Januari, Februari, Maret, April.
04:19Angka inflasi juga fluktuatif.
04:22April, inflasi ada di level 1,95%.
04:28Ini inflasi Indonesia naik atau lebih tinggi daripada bulan-bulan sebelumnya saudara.
04:34Kalau bulan Januari di 0,76%, Februari minus 0,09% dan Maret 1,03%.
04:43Nah saudara, ke depan tekanan atau gejolak ekonomi masih akan sangat tinggi.
04:50Menteri Keuangan Sri Mulyani bilang APBN masih akan jadi andalan sebagai bantal ekonomi.
04:56Tetapi yang menjadi tantangan adalah menjaga APBN tetap sehat.
05:01Pasar global meningkat kemudian tidak hanya karena Amerika melakukan tapi karena RRT membalas dengan sangat forceful juga.
05:14Dan ini menyebabkan guncangan kiri kanan dari berbagai aliran modal.
05:19Dengan guncangan yang sangat besar Presiden Trump kemudian menentukan pos atau jeda 90 hari.
05:28Tapi 90 hari untuk bernegosiasi dengan puluhan negara yang berbeda-beda ini juga nanti diprediksi akan cukup rum.
05:35Karena ini kita harus terus mengamati dan mewaspadai dari berbagai gejolak dan dinamika yang terjadi.
05:46Nah dalam situasi ini APBN menjadi instrumen yang sangat biasanya diandalkan.
05:56Baik merespon shock, melindungi dunia usaha, melindungi masyarakat dan juga bagaimana kita bisa tetap menjaga APBN-nya menjadi tetap sehat dan kredibel.
06:11Itu tugas yang sangat menantang.
06:16APBN-nya harus digunakan aktif untuk melindungi shock, melindungi masyarakat, melindungi dunia usaha.
06:24Tapi APBN-nya tidak boleh sakit.
06:28Itu adalah suatu tugas yang harus kita lakukan.
06:32Kembali di Kompas Bisnis bersama saya Asri Gunawan.
06:48Saudara, kira-kira bagaimana membaca angka-angka pertumbuhan ekonomi?
06:52Adakah data-data lain yang sebetulnya atau sebelumnya ini sudah memberi sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi akan melambat?
06:58Kompas Bisnis bertanya langsung pada Direktur Eksekutif Selios Bima Yudistira.
07:02Selamat pagi Mas Bima, apa kabar?
07:04Selamat pagi, kabar baik.
07:06Mas Bima, secara umum pertumbuhan ekonomi melambat di kuartal 1 2025.
07:10Kalau kita bandingkan juga di periode yang sama di tahun lalu, angkanya lebih rendah.
07:16Bahkan terendah ini sejak 2021.
07:18Apakah sebetulnya ada gejala atau sinyal perlambatan yang sebelumnya ditunjukkan oleh data lain?
07:23Misal inflasi?
07:24Ya, sebelumnya bisa dilihat dari deflasi ya.
07:29Beberapa kali terjadi deflasi dan itu cukup aneh sebenarnya.
07:33Bagi negara dengan penduduk usia produktif yang cukup tinggi,
07:38kenapa terjadi deflasi secara beruntun, terutama 2024.
07:41Nah, spesifik pada bulan Maret, itu kan ada Ramadan dan Lebaran.
07:46Dan Ramadan dan Lebaran ini menjadi penyumbang konsumsi orang belanja, orang mudik, ada THR juga.
07:54Tapi inflasinya secara tahunan itu cuma 1%.
07:57Jadi gejala-gejala adanya pelemahan daya beli masyarakat sebenarnya sudah terasa 1-2 tahun terakhir.
08:03Kemudian indikator lainnya misalnya dilihat dari penjualan retail, itu juga mengalami kontraksi.
08:10Ada juga dari sisi suku cadang kendaraan bermotor.
08:13Jadi orang nahan untuk beli motor.
08:15Motor itu adalah barang yang kemudian bisa dijadikan sebagai indikator siklus.
08:21Jadi kalau kendaraan otomotifnya turun, itu berarti masyarakat sedang mementingkan kebutuhan pokoknya dulu.
08:29Sebelum cicilan motor dan lain-lain.
08:31Perumahan juga sama, mengalami perambatan juga.
08:33Oke, artinya yang paling menjadi sinyal ini adalah lesunya daya beli masyarakat.
08:39Ini sudah terjadi cukup lama juga.
08:41Bahkan tadi Mas Bima menyebutkan dengan angka usia produktif yang tinggi, tapi malah deflasi terjadi berkali-kali.
08:47Lalu Mas Bima, apa sih sebetulnya karakteristik yang menyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi?
08:55Kira-kira data-data apa yang sebenarnya bisa jadi pegangan bahwa ekonomi ini melambat ataupun pertanda membaik?
09:04Ya, sebenarnya kita melihat ya performa dibandingkan negara lain aja misalnya.
09:09Indonesia mitra terbesarnya adalah China.
09:12China itu di kuartal pertama bisa tumbuh 5,4 persen secara tahunan year-on-year.
09:18Kemudian ada Vietnam.
09:21Vietnam ini harus kita monitor terus nih, karena Vietnam pertumbuhan ekonominya di atas 6 persen.
09:25Nah Indonesia, ini kenapa pertumbuhannya hanya 4,8 persen?
09:30Jadi ada faktor eksternal harus diakui ya.
09:34Ada faktor dari sisi perang dagang.
09:37Tapi meskipun perang dagang kan ada delay ya, tidak langsung kemudian berlaku.
09:41Tapi di sisi yang lain ada faktor fundamental nih dari sisi kebijakan.
09:46Ternyata yang membedakan adalah Vietnam memang ada efisiensi anggaran,
09:51tetapi efisiensi anggarannya untuk mendorong percepatan perizinan bisnis.
09:55Sementara Indonesia yang terjadi adalah efisiensi anggaran itu justru sekarang menjadi beban ekonomi.
10:02Karena efisiensi anggarannya membuat belanja pemerintah itu kontraksi minus 1,3 persen lebih.
10:09Secara tahunan yang membuat banyak sektor bisa dicek akomodasi, perhotelan, kemudian makanan minuman.
10:17Itu banyak yang terdampak dari efisiensi belanja pemerintah.
10:21Nah dibandingkan tahun sebelumnya 2024 kan ada pemilu, bansosnya besar-besaran.
10:26Jadi anggaran belanja pemerintah itu serapannya juga cukup tinggi di awal tahun 2024.
10:32Sementara 2025 kita menghadapi tekanan efisiensi anggaran dengan berbagai alasan ya.
10:39Tapi efeknya adalah swasta sedang lesu setahun terakhir, gelombang PHK terjadi,
10:45industri manufaktur padat karya tertekan.
10:48Nah dari sisi belanja pemerintahnya belum menjadi pendorong atau belum menjadi stimulus perekonomian.
10:54Nah ini harapannya ada perubahan dari yang tadinya ikut berhemat, belanja pemerintah ini harus jadi pendorong ekonomi.
11:03Tadi Mas Bima sempat nyenggol dikit soal faktor eksternal.
11:08Tapi sebetulnya ini faktor eksternal seberapa signifikan sih berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi kita?
11:13Jadi faktor eksternal perang dagang itu di beberapa negara, bahkan di Amerika Serikat sendiri memang ada tekanan ekonomi ya.
11:23Tapi seharusnya menjelang adanya pemberlakuan tarif resiprokal,
11:28banyak sekali produsen-produsen itu melakukan impor bahan baku secara besar-besaran.
11:34Atau barang-barang modal, mesin misalnya dilakukan impor besar-besaran sebelum kena tarif.
11:39Situasi itu tidak terjadi di Indonesia. Nah ini yang anomali.
11:42Jadi kalau melihat misalnya dari data impor bahan baku bulan Maret 2025,
11:48itu turunnya 3,2% secara tahunan.
11:53Jadi dibandingkan bulan Februari.
11:56Artinya apa? Artinya mau secara tahunan, mau dibandingkan bulan sebelumnya.
12:00Ini perusahaan cenderung untuk melakukan penahanan ekspansi,
12:05tidak melakukan mitigasi terhadap kenaikan bahan baku menjelang adanya tarif yang berlaku.
12:12Nah ini tidak terjadi di negara lain itu pada borong bahan baku secara eksesif, secara berlebihan.
12:20Jadi ini tidak dilakukan oleh perusahaan Indonesia.
12:23Kenapa? Karena menurut mereka buat apa?
12:25Memborong bahan baku lebih banyak, stok masih ada, belum semua terjual,
12:30dan ekspektasi penjualan beberapa bulan ke depan, ini sepertinya ada tren perlambatan.
12:35Oke. Nah saya ingin konfirmasi juga, Mas Bima, pertumbuhan belanja pemerintah kan minus 1,38%.
12:42Artinya ini imbas dari penghematan atau efisiensi anggaran ya?
12:48Iya, itu jelas ya.
12:50Karena ada dampak, ada dua sebenarnya.
12:53Satu, belanja tahun sebelumnya karena pemilu tinggi sekali, belanja pemerintah.
12:58Yang kedua adalah karena adanya efisiensi anggaran yang memang by design, memang disengaja.
13:04Artinya awal tahun saat itu kan efisiensi anggaran menjadi salah satu cara pemerintah
13:10mengendalikan utang jatuh tempo, mengendalikan defisit anggaran,
13:15dan menyediakan ruang lebih banyak lagi untuk makan bergizi gratis,
13:19sekarang ada kooperasi merah putih.
13:20Tapi efek dari efisiensi anggarannya itu langsung terasa di kuartal pertama.
13:26Padahal kuartal pertama memang belanja serapannya masih rendah ya,
13:30tapi tidak sampai negatif.
13:32Nah ini baru kali ini terjadi negatif.
13:35Oke, nah kalau kita mengingat lagi tadi di segmen sebelumnya Kompas Bisnis,
13:40ada data soal pertumbuhan ekspor, impor, itu ada data-datanya Mas Bima.
13:46Pertumbuhan ekspor ini lebih tinggi ketimbang impor.
13:49Pertanyaannya nih, ekspor kita yang membaik atau domestik kita yang melempem?
13:55Terbukti nggak ada impor yang signifikan?
13:57Misalnya impor bahan baku dan impor yang lain mungkin, Mas Bima?
14:03Ya, saya kurang terlalu suka dengan surplus meraca perdagangan kita yang seolah besar ya.
14:10Yang artinya surplus ini tadi ekspornya lebih tinggi daripada impor.
14:14Tapi sebenarnya kalau digali lebih dalam, satu ekspornya ini kan bergantung fluktuasi harga komoditas
14:22yang saat ini tidak berpihak pada Indonesia sebenarnya.
14:26Mau bicara batu bara, sawit, kemudian nikel, nikel olahan, itu harganya relatif rendah.
14:31Kemudian dari sisi impor, sebenarnya selama dia impor bahan baku yang tidak diproduksi di dalam negeri,
14:38itu indikator positif kalau terus meningkat.
14:41Sebaliknya kalau impor bahan bakunya mengalami kontraksi, mengalami penurunan,
14:46Maret dibandingkan Februari 2025, dan secara tahunan cuma tumbuh 2%,
14:52berarti perusahaan dia mengurangi pembelian bahan bakunya.
14:56Dan itu harus ditanya lagi, lebih detail lagi.
14:59Kenapa? Kok impor bahan baku, terutama pada saat menjelang Ramadan-Lebaran,
15:05itu kenaikannya tidak terlalu signifikan.
15:07Berarti perusahaan sudah membaca, saya pikir perusahaan dia punya pandangan bahwa
15:13Ramadan-Lebaran kalau sudah lesu seperti sekarang,
15:17maka bulan-bulan setelah Ramadan-Lebaran,
15:20itu kemungkinan pertumbuhan permintaan konsumsi rumah tangganya lambat.
15:25Dan berharapnya apa? Berharapnya adalah ada dua,
15:29Natal tahun baru, dan itu masih November-Desember, masih cukup lama,
15:34atau satu lagi berharap belanja pemerintah yang tadinya dilakukan efisiensi,
15:38itu sudah mulai buka, blokir anggarannya.
15:42Sehingga bisa menghidupi industri manufaktur dan permintaan di daerah.
15:47Jadi data yang tadi, meskipun ekspor,
15:50nilai angkanya di 6,78 persen, impor hampir setengahnya begitu ya Mas Bima.
15:57Ini bisa disebut jangan terlalu mengambil atau menilai mentah-mentah ya,
16:02jangan jadi ilusi begitu harus dilihat juga faktor-faktornya.
16:06Lalu Mas Bima, pengangguran juga pecah nih,
16:08setahun terakhir bertambahnya 83 ribu orang menjadi 7,28 juta orang per Februari.
16:15Nah Mas Bima melihat angka ini seperti apa?
16:18Kira-kira akan bertambah atau bagaimana, mengingat kondisi sekarang?
16:23Ya, itu tingkat pengangguran terbuka.
16:25Berarti angkanya bisa lebih tinggi lagi,
16:27karena banyak sekali sektor-sektor outsourcing,
16:31kemudian sektor yang terkait dengan pekerja kontrak, pekerja informal,
16:36itu biasanya tidak terdata dalam data penganggurannya BPS.
16:41Jadi ada masalah soal metodologi,
16:44belum bisa meng-capture semua fenomena pengangguran yang ada.
16:47Tapi kalau digali lebih detail lagi,
16:50sebenarnya menjadi salah satu concern besar,
16:52isu besar adalah pengangguran usia muda.
16:55Pertama, kita sudah tertinggi pengangguran usia mudanya se-ASEAN.
17:00Yang kedua, pengangguran ini,
17:03ini juga dampak dari adanya 4 juta orang masuk lapangan kerja baru,
17:07bersaing dengan korban PHK.
17:09yang angkanya sekarang 24 ribu orang ya,
17:15versi Kementerian Tenaga Kerja sampai dengan bulan Maret.
17:18Artinya, peta persaingan kerjanya semakin sempit.
17:23Dan ini juga menjadi salah satu indikator sebenarnya,
17:26apakah ada pengurangan efisiensi dari sisi biaya produksi
17:31yang signifikan dilakukan oleh banyak perusahaan,
17:34entah dia industri, entah dia jasa, entah dia kemudian sektor pertanian,
17:40yang mempengaruhi serapan tenaga kerja.
17:42Dan juga ini menjadi salah satu indikator juga,
17:45apakah program-program Pak Prabowo,
17:47food estate, lumbung pangan,
17:49kemudian ada makan bergizi gratis
17:51yang dipersepsikan bisa mendorong serapan tenaga kerja,
17:55ternyata efeknya tidak sebesar itu,
17:58tidak sebesar yang direncanakan.
18:00Sehingga, kalau pemerintah ingin agar program pemerintah
18:04bisa mendorong penciptaan lapangan kerja,
18:06ini sebenarnya waktu yang tepat evaluasi semuanya.
18:09Mau dari makan bergizi gratis,
18:11mau dari food estate,
18:12semua program pemerintah yang dipersepsikan
18:14awalnya menyerap tenaga kerja,
18:17maka ini saatnya ada evaluasi.
18:18Kenapa?
18:20Kok terkait dengan serapan tenaga kerja
18:22belum ada tendangan tadi ya,
18:24belum ada dorongan serapan yang sangat besar
18:28di saat sektor swastanya sedang menurun.
18:31Saya kira masalahnya sekarang adalah
18:33semua sedang ikat pinggang,
18:36dan itu nggak boleh sebenarnya pemerintah
18:38ikut-ikut melakukan austerity atau ikat pinggang,
18:41termasuk dari sisi BUMN.
18:43Labanya besar,
18:44dividennya besar,
18:46dividen di store ke dana antara juga besar.
18:48Kenapa itu kemudian tidak diputar langsung
18:50untuk melakukan serapan tenaga kerja,
18:53merekrut mereka yang di PHK
18:54dari sektor-sektor usaha swasta.
18:57Itu salah satu jalan keluar yang sangat quick win,
18:59saya kira.
19:00Oke, artinya siapa dong Mas Dima
19:02yang harus bertanggung jawab
19:03atas lonjakan pengangguran ini,
19:05dan kira-kira apa langkah yang harus diambil
19:08pemerintah selain tadi?
19:09Ini waktunya untuk mengevaluasi
19:11atas program-program strategis pemerintah
19:14yang tadinya harapannya bisa membuka
19:17lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
19:21Ya, ini kalau dilihat memang ada banyak kompleksitas,
19:24tapi kalau dibedas satu persatu,
19:27pemerintah punya role untuk melakukan serapan tenaga kerja
19:33dari sektor swasta.
19:35Sementara swasta ini kan sedang mengalami tekanan.
19:39Kemudian swasta yang ada,
19:40itu diberikan banyak sekali insentif-insentif,
19:44sehingga mereka tidak melakukan PHK lebih lanjut.
19:47Jadi karyawan yang ada sekarang ini dijaga.
19:49Apa yang bisa dijaga?
19:50Saya setuju sekali ada rencana penghasilan tidak kena pajak,
19:55itu dinaikkan.
19:57Menyambung kemarin apa yang diungkapkan oleh Pak Prabowo,
20:00itu harus segera direalisasikan.
20:02PT KP kita kalau diperbesar lagi,
20:06uang yang harusnya dibayar pajak harus bisa masuk langsung ke ekonomi.
20:10Buruhnya, pekerjanya bisa langsung belanja.
20:13Selain itu, industri-nya butuh apa?
20:14Industri itu sebenarnya banyak yang bilang,
20:18industri sebenarnya nggak butuh banyak diganggu,
20:20nggak butuh banyak dicampuri.
20:21Oke, sekarang apa yang membuat gangguan terhadap industri tadi?
20:25Pungli, korupsi, biaya logistik,
20:29yang kemudian kita rangkum menjadi high cost ekonomi.
20:32Itu yang menjadi salah satu peran pemerintah untuk membantu di sana.
20:37Kalau pengusaha bilang,
20:39kita sebenarnya nggak perlu dibantu Pak.
20:40Kita sebenarnya punya strategi sendiri,
20:43strategi bertahan untuk saat ini.
20:45Tapi kalau pemerintah mau bantu,
20:46high cost ekonomi itu yang harusnya kemudian diturunkan.
20:50Nah, itu yang sama-sama setuju.
20:52Pengusaha setuju,
20:53pemerintah harus melakukan aksi nyata untuk itu.
20:56Nah, selain itu,
20:57tanggung jawab lainnya adalah Satgas PHK.
21:00Jadi Satgas PHK,
21:02meskipun sifatnya adalah remedy,
21:04bukan preventif,
21:05tapi setidaknya pemerintah harus mempercepat tuh.
21:08Yang awalnya 150 pemimpin buruk
21:11mau bertemu dengan 150 pengusaha,
21:14itu konkret.
21:15Siapa yang menjadi korban PHK,
21:17mungkin Serikat Pekerja punya datanya,
21:20itu langsung diberikan kepada asosiasi pengusaha.
21:23Kualifikasi skillnya seperti apa,
21:25bukaan lapangan kerjanya berapa.
21:27Jadi job fair,
21:28yang diciptakan oleh negara,
21:31difasilitasi.
21:32Itu solusinya.
21:33Baik, Satgas PHK juga harus diakselerasi,
21:35dan semoga tadi apa yang disampaikan
21:38dan menjadi diskusi kita hari ini
21:40bisa jadi rekomendasi
21:41dan tentunya dikaji
21:42untuk bisa salah satunya memperluas
21:44lapangan pekerjaan
21:45yang juga bisa menjadi salah satu solusi
21:47untuk kemudian bisa mengatasi
21:50masalah perekonomian
21:51yang terjadi saat ini,
21:51apalagi di kuartal pertama 2025
21:54ada perlambatan ekonomi.
21:55Terima kasih,
21:56Mas Bima Yudistira,
21:57Direktur Eksekutif Selio,
21:58setelah berbagi informasi
22:00dan pandangan bersama kami
22:01di Kompas Bisnis.
22:02Terima kasih.
22:02Terima kasih.
22:02Terima kasih.