Lewati ke pemutarLewatkan ke konten utamaLewati ke footer
  • 5 hari yang lalu
MERAUKE, KOMPAS.TV - Berada di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini tak menghambat usaha seorang warga sekaligus guru Sekolah Dasar bernama Theresia Agnesia untuk mengembangkan UMKM bersama warga lokal Merauke.

Memanfaatkan lebah madu endemik Papua, Agnesia berhasil membuat produk madu trigona sendiri yang dikembangkan di sekitar rumahnya.

Tinggal di perbatasan antara negara Indonesia dengan Papua Nugini menjadi berkah tersendiri bagi Agnesia bersama sejumlah warga Papua.

Kekayaan alam yang masih melimpah dimanfaatkan Agnesia untuk membuat ragam produk UMKM madu trigona.

Ide mengembangkan madu trigona muncul saat pandemi Covid-19 dimana saat itu banyak warga yang mencari madu hutan untuk menambah imun tubuh.

Berdasarkan pengalaman sewaktu kecil, dirinya pernah diajari oleh orang tuanya untuk mencari lebah madu dari rongga kayu yang sudah tua.

Madu trigona yang diberi label madu pokos ini, dibudidayakan melalui lebah jenis austroplebecia cincta dan lebah tetragulona mellipes jenis lebah endemik yang ada di Papua Selatan.

Pengembangan madu ini dimulainya sejak awal tahun 2019 lalu hingga saat ini setelah melalui rangkaian perjuangan panjang.

Meski durasi panen lebah madu trigona yang ia kembangkan membutuhkan waktu cukup panjang yakni, selama 8 bulan untuk sekali panen.

Terlebih dalam satu kotak atau rumah lebah hanya bisa dipanen maksimal 500 mililiter saja sekali panen.

Namun, hal ini tak menyurutkan semangat dirinya yang hingga saat ini produknya sudah banyak dipesan bahkan hingga keluar Merauke.

Baca Juga Kementerian BUMN Gelar Workshop "UMKM Naik Kelas" di Surabaya, Dukung Asta Cita Presiden Prabowo di https://www.kompas.tv/advertorial/589775/kementerian-bumn-gelar-workshop-umkm-naik-kelas-di-surabaya-dukung-asta-cita-presiden-prabowo

#maduendemik #umkm #madutrigona #madu

Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/regional/590774/cerita-guru-sekolah-dasar-di-perbatasan-kembangkan-madu-lebah-endemik
Transkrip
00:00Beginilah tampak rumah dan pekarangan Teresia Agnesia, seorang guru sekolah dasar di Kampung Yang Gandur, Distrik Sota, Merauke, Papua Selatan.
00:10Tinggal di perbatasan antara negara Indonesia dengan Papua Nugini, menjadi berkah tersendiri bagi Agnesia bersama sejumlah warga Papua di Kampung Yang Gandur.
00:20Kekayaan alam yang masih melimpah dimanfaatkan Agnesia untuk membuat ragam produk UMKM, Madu Trigona misalnya.
00:27Di setelah kesibukannya sebagai seorang guru, dirinya membudidayakan lembah Madu Trigona di sekitar halaman rumahnya.
00:36Ide mengembangkan Madu Trigona muncul saat pandemi COVID-19, di mana saat itu banyak warga yang mencari Madu Hutan untuk menambah imun tubuh.
00:45Berdasarkan pengalaman sewaktu kecil, dirinya pernah diajari oleh orang tuanya untuk mencari lembah Madu dari rongga kayu yang sudah tua.
00:53Madu Trigona yang diberi label Madu Pokos ini dibudidayakan melalui lebah jenis Austroplebesia cinsta dan lebah Tetragulona melipef, jenis lebah endemik yang ada di Papua Selatan.
01:07Pengembangan madu ini dimulainya sejak awal tahun 2019 lalu hingga saat ini setelah melalui rangkaian perjuangan panjang.
01:14Ya mungkin yang pertama keunggulan dalam kita membudidayakan Madu Pokos itu adalah sesuatu lebah yang unik, karena memang kalau lebah yang umum mungkin saya pikir biasa ya, orang beternak lebah yang umum.
01:27Tapi kalau kita beternak lebah yang unik dan juga yang endemik kan itu luar biasa ya yang pertama.
01:35Kemudian belum pernah di Papua Selatan ini ada yang budidaya, kecuali kami yang pionir pertama untuk budidaya lebah tanpa sengat ini.
01:44Dan yang berikut adalah kita bersyukurnya karena lebah dari si Madu Pokos ini dia tidak menyengat, jadi dia ramah lingkungan.
01:52Jadi kebetulan di tempat kami ini biasanya setiap tahun kami kebetulan ada teman-teman dari SMP Kalam Kudus dan beberapa sekolah Paradise juga, itu sering datang biasanya mereka kayak studi tour ke sini.
02:05Jadi sehingga kalau anak-anak belajar itu artinya dia lebih safety, jadi lebih aman, tidak digigit gitu.
02:12Meski durasi panen lebah madu Trigona yang ia kebangkan membutuhkan waktu cukup panjang yakni selama 8 bulan untuk sekali panen.
02:19Terlebih dalam satu kotek atau rubah lebah hanya bisa dipanen maksimal 500 ml saja sekali padat.
02:27Namun hal ini tak menyurutkan semangat dirinya yang hingga saat ini produknya sudah banyak dipesan bahkan hingga keluar Merauke.
02:34Syarif Jumar, Kompas TV Merauke, Papua Selatan

Dianjurkan